Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Artikel » Cara Menjadi Buddhis – Tolok Ukur Trisarana
    Biksu berjalan di tengah kota

    Cara Menjadi Buddhis – Tolok Ukur Trisarana

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on February 22, 2024 Artikel, Featured, Wacana

    Memangnya ada cara menjadi Buddhis? Bukannya Buddhisme bukan agama, melainkan filsafat hidup atau way of life? 

    Buddha mengajarkan “Dharma” yang secara harfiah berarti kebenaran. Tidak peduli agama atau kepercayaan apa yang dianut seseorang, semua bisa menemukan potongan-potongan kebenaran dengan berbagai cara. Ketika ia hidup sesuai dengan kebenaran yang ia temukan itu, ia dapat dikatakan menjadi seorang “Buddhis” dalam artian “hidup sesuai dengan ajaran Buddha”. Namun, tentu lain halnya ada yang kita ingin menjadi “Buddhis” dalam artian “pengikut Buddha”. Walau tetap tidak perlu ganti KTP, menjadi Buddhis dalam artian ini tetap ada tata caranya!

    Menjadi pengikut Buddha berarti bertumpu pada-Nya, mempelajari dan mengikuti keseluruhan ajaran-Nya (Dharma), dan hidup harmonis dengan sesama pengikut Buddha yang lain (Sangha), atau dalam konsep Buddhis dikenal dengan istilah “Trisarana” (Tiga Perlindungan). Trisarana berarti kita berlindung kepada Triratna (Tiga Permata) yang terdiri atas Buddha, Dharma, dan Sangha. Kita juga memiliki keyakinan bahwa Triratna dapat menolong kita untuk bebas dari kelahiran di alam rendah, bebas dari penderitaan samsara, hingga meraih Kebuddhaan demi kebaikan semua makhluk.

    Ritual Hanyalah Awal

    Umat Buddha di Indonesia mengenal upacara “pengambilan” Trisarana yang dikenal dengan istilah “visudhi”. Dengan mengikuti upacara ini, sang umat akan “resmi” menjadi seorang Buddhis. Ia juga akan diberikan nama khusus dan kartu visudhi sebagai bukti. Selain itu, ada bait-bait Trisarana yang menjadi bagian wajib dalam puja bakti di wihara. Isinya adalah sebagai berikut:

    Buddham Saranam Gacchami – Aku berlindung kepada Buddha
    Dhammam Saranam Gacchami – Aku berlindung kepada Dharma
    Sangham Saranam Gacchami – Aku berlindung kepada Sangha

    Ritual ini penting sebagai salah satu cara menanamkan sebab agar seseorang bisa mempraktikkan Trisarana sepenuhnya. Namun, praktiknya sendiri ada di setiap momen dalam keseharian, bukan sebatas ucapan dan upacara saja. Langkah-langkah Trisarana (dan lantas menjadi Buddhis) telah dirangkum dari berbagai khotbah Buddha dan ulasannya dalam Lamrim atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan Bagi Ketiga Jenis Praktisi. Kita pertama-tama perlu alasan yang kuat untuk melakukan Trisarana, mengenali masing-masing objek perlindungan, lalu mempelajari tolok ukur Trisarana dan manfaatnya, hingga mempraktikkan serangkaian ikrar agar kita punya pegangan yang kokoh terhadap Buddha, Dharma, dan Sangha.

    Tolok Ukur Trisarana

    Setelah memahami sebab-sebab Trisarana dan mengenali objek-objeknya, ada satu hal lagi yang perlu dipelajari: apa tolok ukur seseorang sudah Trisarana? Tolok ukur ini perlu dipelajari bukan untuk menghakimi orang, menilai apakah si anu dan si itu sudah cukup Buddhis atau belum, melainkan untuk memberi diri kita sendiri acuan mengenai cara berlindung kepada Triratna dan menjadi Buddhis yang seutuhnya.

    Lamrim merangkum tolok ukur Trisarana ke dalam 4 poin. Penjelasannya berdasarkan kitab “Pembebasan di Tangan Kita” adalah sebagai berikut:

    1. Trisarana setelah mempelajari kualitas setiap aspek Triratna
    2. Trisarana setelah mempelajari perbedaan dalam Triratna
    3. Trisarana dengan menyatakan keyakinan pada Triratna
    4. Trisarana dengan menyangkal keyakinan terhadap ajaran lain

    Mencegah Keyakinan Buta

    Mempelajari kualitas setiap aspek Triratna dan perbedaan-perbedaannya sangatlah penting. Jika kita tidak memahami dua hal tersebut, tentu tak ada alasan bagi kita untuk mengandalkan Triratna sebagai perlindungan. Jika kita ngotot bertrisarana dengan keadaan demikian, “keyakinan” yang kita bangkitkan hanyalah sebatas keyakinan buta yang tidak didasari oleh pemahaman logis. Sangat mungkin kita akan kehilangan keyakinan tersebut sebelum bisa mendapatkan manfaat apapun dari Buddhisme. Atau kalaupun kita masih bertahan, manfaat yang kita dapat tak akan maksimal. Banyaknya umat Buddha yang pindah agama kemungkinan besar terjadi karena hal ini.

    Pernyataan dan Penyangkalan dalam Menjadi Buddhis

    Poin ketiga dari tolok ukur Trisarana, yaitu “menyatakan keyakinan pada Triratna” terdiri atas 3 jenis pernyataan, yaitu: (1) menyatakan keyakinan pada Buddha sebagai orang yang mengajarkan kita bagaimana menemukan Trisarana; (2) menyatakan keyakinan pada Dharma sebagai perlindungan yang sesungguhnya; dan (3) menyatakan keyakinan pada Sangha sebagai teman yang membantu kita menemukan Triśaraṇa. 

    Saat membuat pernyataan ini, kita benar-benar mempercayakan diri kita kepada Buddha yang ibarat seorang dokter, Dharma sebagai obat, dan Sangha sebagai perawat bagi hidup kita. Upacara visudhi dan pelafalan Trisarana dalam puja bakti rutin adalah contoh praktik dari poin ini.

    Berikutnya, mMenyangkal keyakinan lain ini juga penting untuk memastikan agar kita tidak salah mengikuti sosok yang masih terikat samsara atau melakukan praktik-praktik yang tidak akan membantu kita mencapai kebahagiaan sejati. Saat ini, ada banyak sekte atau kelompok yang “mirip” dengan Buddhisme atau bahkan memang mengajarkan praktik Buddhis dengan tujuan khusus mengatasi persoalan di kehidupan saat ini. Jika seorang pengikut Buddha tidak bisa memisahkan praktik-praktik tersebut dengan praktik Buddhis sejati dengan pembebasan dan pencerahan sempurna sebagai tujuan utama, ia akan terjebak dan semakin jauh dari kebahagiaan sejati.

    Menjadi Buddhis Berarti Keyakinan Sejalan dengan Logika

    Di era sekarang ini, tak sedikit orang yang memandang praktik Trisarana sebelah mata, bahkan di kalangan Buddhis sendiri. Saking bangganya dengan ajaran Buddha yang seringkali digadang-gadang sebagai ajaran spiritual yang paling logis dan saintifik, ada yang menganggap bahwa Trisarana itu sebatas mempelajari teks Dharma atau menghimpun karma baik. Ekspresi keyakinan seperti menghormati rupang Buddha dan memohon atau berdoa kepada Buddha saat kita mengalami kesulitan dianggap “bukan ajaran Buddha”. Ini terjadi karena “Buddha” hanya dipahami sebagai sosok historis yang telah lama wafat, lantas memotong praktik “Trisarana” menjadi “Dwisarana” secara prinsip.

    Pandangan ini dapat dengan mudah dipatahkan dengan memahami kualitas Buddha. Lebih lanjut, orang-orang yang telah mempelajari dan merenungkan kitab-kitab filosofis Buddhis akan menemukan betapa pentingnya Trisarana secara utuh. Pembelajaran dan perenungan yang mereka lakukan membawa mereka pada kesimpulan bahwa praktik Trisarana adalah sesuatu yang logis. 

    Lalu, jika para cendekiawan saja ber-Trisarana, bagaimana dengan orang lain yang tidak berkesempatan untuk mempelajari banyak risalah secara mendalam, tapi ingin menjadi pengikut Buddha? Tentunya semakin penting buat orang-orang seperti ini, termasuk penulis sendiri, untuk sepenuhnya memercayakan diri kepada Triratna.

    Referensi:
    “Pembebasan di Tangan Kita Jilid II” oleh Phabongkha Rinpoche
    “Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan: Lamrim Chenmo Jilid 1” oleh Je Tsongkhapa

    It's Lamrim It's Buddhism lamrim lamrimnesia
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleTiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Keempat 2023
    Next Article Magha Puja KMB Dhammavadana Binus
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    Agama Buddha dan Kemerosotan Moral

    Menggali Kembali Praktik Penyembuhan dari Muara Jambi 

    Dulu Diajarkan Leluhur, Kini Diakui Dunia: Healing ala Muara Jambi

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.