Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Kegiatan » #ILOVEBHINNEKA » Southeast Asia Lamrim Festival 2019 » SEALF 2019: Memahami “Aku” dalam Metode Pandangan Mendalam

    SEALF 2019: Memahami “Aku” dalam Metode Pandangan Mendalam

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on November 15, 2019 Berita, Featured, Kegiatan, Southeast Asia Lamrim Festival 2019, Wacana

    Ternyata topik ini tidak serumit yang saya bayangkan awalnya. Terima kasih Rinpoche.

    oleh: BESTRELOAD

    Sesi pengajaran Guru Dagpo Rinpoche pada rangkaian acara Southeast Asia Lamrim Festival (SEALF) 2019 telah memasuki hari ketiga. Di tanggal 13 November 2019 ini, Beliau kembali memberikan pengajaran yang merujuk pada teks “Pembebasan di Tangan Kita” bagian akhir, tepatnya bagian mengembangkan Dhyana Paramita (konsentrasi) dan Prajna Paramita (kebijaksanaan). Seperti yang telah Beliau jelaskan pada hari sebelumnya, ketenangan batin shamatha laksana tangan yang kuat dan stabil sementara kebijaksanaan dari pandangan mendalam (wipashyana) ibarat kapak yang tajam, bagaikan menebang pohon. Dibutuhkan gabungan dari tangan yang kuat dan kapak yang tajam, kombinasi dari shamatha dan wipashyana, untuk benar-benar memotong akar dari samsara. Kapak yang tajam laksana kebijaksanaan yang bisa melihat suatu hal sebagaimana mestinya inilah yang dipelajari pada hari ketiga ini.

    Berkaitan dengan topik pengajaran hari ini, Rinpoche memulai sesi dengan menjelaskan bahwa masa lalu sudah lewat. Sekarang, yang paling penting adalah menentukan apa yang bisa kita lakukan untuk menggunakan sisa-sisa hidup kita yang berharga sebagai manusia yang memiliki 18 permata ini. Kita bisa membuat batin kita dan makhluk lain bahagia. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengubah cara berpikir kita menjadi cara pandang yang benar. Mengembangkan cara pandang yang benar inilah yang secara khusus dipelajari pada saat kita mengembangkan Prajna Paramita.

    “Batin tidak sadar bahwa kita melihat diri sendiri dengan cara yang salah,” ungkap Rinpoche saat menjelaskan mengapa kita masih berada di samsara atau alam kelahiran. Beliau menjelaskan bahwa kita secara otomatis memiliki pemikiran bahwa ada “aku” yang memiliki keberadaan yang inheren (hadir dengan sendirinya atau memiliki eksistensi yang berdiri sendiri/tidak bergantung dengan yang lain). Poin penting dari Rinpoche adalah pemahaman yang mengenai modus eksistensi tentang diri yang benar bukan hanya teori yang dipikirkan. Kita baru bisa mencapai pandangan mendalam ketika kita sudah memeditasikan rasa dan pengalaman dari konsep ini. Disebutkan pada teks bahwa pemahaman ini harus memiliki aspek kognitif dan perseptual, kognitif mengacu pada pengetahuan kesadaran bahwa “aku” tidak memiliki keberadaan sejati, dan perseptual mengacu pada pengalaman dari kesunyataan yang datang dari pemikiran penolakan atas objek-objek yang harus disangkal yang merupakan kebalikan dari aspek ketanpaakuan.

    Beliau menjelaskan bahwa cara untuk mencapai pemahaman ketanpaakuan adalah dengan cara memeditasikan berulang-ulang negasi dari konsep “aku” yang berdiri sendiri tersebut. Maksudnya adalah memeditasikan poin-poin penyangkalan bahwa “aku” bisa berdiri dengan sendirinya. (Poin-poin penyangkalan ini bisa dibaca pada buku “Pembebasan di Tangan Kita Buku Jilid 3 halaman 409”)

    Semua topik yang dibahas pada hari ketiga ini merupakan bagian pelajaran dalam rangka menyempurnakan Prajna Paramita. Topik ini cukup berat dan dalam. Walaupun begitu, saya merasa Rinpoche bisa memberikan penjelasan-penjelasan yang to the point dan tepat sehingga saya bisa mendapatkan poin-poin inti yang cukup sederhana. Ternyata topik ini tidak serumit yang saya bayangkan awalnya. Terima kasih Rinpoche.

    buddhism dhamma dharma lamrim SEALF 2019

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleSEALF 2019 – Butuh Kebajikan untuk Jadi Bijak
    Next Article SEALF 2019: Jangan Memerah Susu Dari Tanduk
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd

    Valentine Bersama Lamrimnesia: Bajik Bersama Sekarang, Cerah Bersama Mendatang

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.