26 Desember 2024 – Pada hari keempat Indonesia Lamrim Retreat 2024, Y.M. Biksu Bhadra Ruci kembali membuka sesi dengan mengingatkan kita akan pentingnya menyadari nilai kehidupan manusia yang berharga. Terlahir sebagai manusia memberi kita kesempatan untuk belajar dan berlatih Dharma, sesuatu yang tidak dapat dilakukan jika kita terlahir di alam rendah.
Namun, seringkali kita terjebak dalam rutinitas mengejar uang dan kenyamanan duniawi. Tidak terpikir oleh kita bahwa tubuh yang kita miliki ini bisa dipakai untuk mengakhiri penderitaan samsara. Suhu menekankan bahwa jika kita merasa lelah dengan siklus kehidupan yang berulang, maka itulah tanda benih penolakan terhadap samsara. Untuk membangkitkan perasaan ini, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan kesadaran untuk keluar dari jebakan kenyamanan samsara.
Y.M. Suhu juga menekankan bahwa hidup seperti lilin yang terus menyala dan pada akhirnya akan habis. Oleh karena itu, kita harus memiliki tujuan yang jelas, tidak hanya untuk kehidupan saat ini tetapi juga untuk kehidupan yang akan datang. Beliau mengajak kita untuk mengejar spiritualitas selain kehidupan duniawi. Melalui Dharma, Sang Buddha telah menyediakan banyak cara untuk mengatasi hambatan yang kita hadapi. Dana paramita misalnya, adalah praktik memberi tanpa batas yang harusnya disertai motivasi dan tekad mengikis kemelekatan demi meraih pencerahan sempurna untuk menolong semua makhluk.
Dalam ajaran Buddha, praktik spiritual tidak hanya dilakukan dengan belajar, tetapi juga melalui perenungan mendalam. Proses ehipassiko harusnya terdiri atas melihat dan refleksi ke dalam diri diri—kunci untuk memahami makna ajaran secara utuh. Bentuk rasa syukur dalam ajaran Buddha diwujudkan dengan rejoice atau bersukacita atas kebahagiaan dan pencapaian diri sendiri maupun orang lain. Dengan bersuka cita, kita menutup pintu bagi pikiran negatif dan membuka jalan bagi karma baik untuk berbuah.
Terakhir, Y.M. Suhu mengingatkan bahwa inti dari praktik spiritual adalah diri kita sendiri. Diri kita adalah objek (sasaran) dan subjek (pelaku) perlu memahami tujuan dari tindakan seperti berdana, bukan sekadar menjalankannya tanpa arah. Semua kebahagiaan dan penderitaan yang kita alami bersumber dari batin kita. Dengan sudut pandang positif terhadap aktivitas sehari-hari, kita dapat menemukan kebahagiaan dalam praktik spiritual sehingga setiap langkah dalam hidup kita bisa kita jalani dengan penuh makna.
Semua poin-poin ini merupakan bagian dari uraian Y.M. Suhu tentang 4 keagungan Lamrim (Tahapan Jalan Menuju Pencerahan). Ajaran yang diturunkan dari murid Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya ini bisa membantuk kita memahami bahwa semua ajaran Buddha bebas dari pertentangan, mengenali setiap kitab sebagai instruksi pribadi, memahami pokok pemikiran Buddha, dan terhindar dari kesalahan besar menolak Dharma.
Masih terbuka kesempatan untuk menutup tahun yang lalu dengan kebajikan dan membuka tahun baru dengan harapan akan perubahan di Mahapranidhana Puja & Indonesia Lamrim Retreat 2024, 20 Desember 2024–1 Januari 2025, di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Narahubung: Lamrimnesia Event +62 852-1122-0149
Informasi terbaru mengenai kegiatan ini dapat diikuti di Instagram lamrimnesia & lamrimretreatid.