oleh Junarsih
Januari, bulan pertama di tahun 2021 ini membuat Indonesia harus lebih sabar dengan berbagai bencana yang ada. Mulai dari pandemi COVID-19 yang sudah ada sejak tahun 2020, pesawat Sriwijaya Air yang jatuh, tanah longsor di Sumedang, banjir di Kepulauan Riau; Sumatera Barat; Kalimantan Selatan; dan Jawa timur, gempa bumi di Majene dan Alor, sampai Gunung Merapi dan juga Semeru yang meletus.
Mengapa Bencana bisa Terjadi?
Tidak ada yang tahu kapan suatu bencana bisa terjadi. Tidak ada juga yang bisa mengetahui secara pasti sebab dari terjadinya suatu bencana. Ada banyak sekali sebab-sebab yang saling bergantung di balik terjadinya suatu fenomena.
Dalam Buddhisme, segala fenomena yang terjadi di dunia dijelaskan oleh suatu hukum, yakni Pañcaniyāmadhamma atau lima hukum alam. Kelima hukum tersebut di antaranya:
- Utuniyāma, hukum tentang berbagai gejala alam yang bersifat fisik dan anorganik, misalnya cuaca, iklim, terbentuknya tata surya, dsb.
- Bijaniyāma, hukum alam seputar tumbuh-tumbuhan dan genetika/penurunan sifat.
- Kammaniyāma, hukum sebab-akibat, misalnya perbuatan baik pasti berakibat baik, perbuatan buruk pasti berakibat buruk.
- Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran. Segala jenis proses berpikir saat sadar maupun tidak sadar, kekuatan pikiran, hingga telepati diatur oleh hukum ini.
- Dhammaniyāma, hukum tentang sebab-sebab keselarasan dari suatu gejala yang khas, misalnya keajaiban alam saat seorang calon Buddha lahir. Listrik dan gelombang juga termasuk di sini.
Dari kelima hukum alam tersebut jadi mana yang mengatur bencana alam? Jawabannya adalah utuniyāma dan kammaniyāma. Segala bencana yang berkaitan dengan alam seperti gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, dan banjir adalah kinerja dari utuniyāma. Namun, niyama-niyama yang lain juga turut terlibat dalam terjadinya suatu fenomena. Misalnya banjir merupakan akibat dari maraknya aktivitas penggundulan hutan. Karma kolektif dari orang-orang yang tinggal di suatu lokasi juga berpengaruh. Selain itu, ada lagi faktor lain seperti tempat dan waktu yang mendukung. Jadi, setiap kejadian bargantung pada banyak sekali sebab-sebab yang saling berkaitan, termasuk bencana.
Apa yang Harus Kita Perbuat Saat Ini?
Kalau sedang banyak bencana seperti ini, saya jadi teringat waktu masih tinggal di Palu, Sulawesi Tengah. Di sana sering sekali terjadi gempa. Berhubung saat itu saya masih kecil, saya belum tahu harus berbuat apa. Sekarang pun mungkin banyak di antara kita yang merasakan hal yang sama. Berikut ada beberapa hal yang mungkin bisa kita lakukan untuk menghadapi bencana yang telah terjadi sekaligus mempersiapkan diri untuk kemungkinan bencana di masa mendatang.
1. Merenungkan Ketidakkekalan
Ketika banyak bencana terjadi secara beruntun, sangat wajar jika muncul pikiran, “Bagaimana kalau bencana ini terjadi padaku atau orang-orang yang kusayangi?”
Jika kita tinggal di daerah rawan bencana, kita bisa mempersiapkan diri secara fisik, misalnya dengan mencari tahu tentang bencana yang mungkin terjadi, mempelajari cara evakuasi, dan menyiapkan perbekalan darurat. Namun, persiapan batin juga sama atau bahkan malah lebih penting.
Banyaknya bencana yang terjadi di sekitar kita adalah momen yang paling pas untuk mempersiapkan batin kita untuk menerima perubahan. Buddha mengajarkan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini. Nyawa kita, harta benda kita, dan orang-orang yang kita sayangi bisa hilang kapan saja, baik itu karena bencana alam atau kejadian lain. Itu semua bergantung pada karma kita dan orang-orang di sekitar kita.
Saat ini, bencana sudah terjadi di sekitar kita dan tak ada jaminan kita tidak akan mengalaminya. Jika kita sadar akan kemungkinan ini dan bisa menerimanya dengan legowo, ketika bencana benar-benar terjadi, kita tak akan tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut.
Bahkan jika saat ini kita atau orang-orang terkasih telah menjadi korban bencana, merenungkan ketidakkekalan bisa membantu kita untuk lebih menerima keadaan. Lebih jauh lagi, kita juga akan menyadari bahwa penderitaan kita saat ini juga tidak kekal sehingga kita bisa punya semangat untuk bangkit dan berjuang.
Baca juga: Mengapa Seharusnya Seorang Buddhis “Tulen” Tidak Akan Takut pada Bencana Dunia
2. Kumpulkan Kebajikan & Dedikasikan
Hanya bersedih saja saat ada bencana alam tidaklah menyelesaikan permasalahan. Meski saat ini kita semua terjebak di rumah masing-masing karena pandemi, masih ada bantuan yang amat sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penderitaan para korban bencana!
Kita bisa melakukan kebaikan apapun dari rumah dan mendedikasikan kebajikan itu untuk para korban bencana. Doakan semoga yang meninggal bisa terlahir kembali di alam yang bahagia dan yang masih berjuang tetap kuat, dapat segera bangkit, dan kembali beraktivitas seperti sedia kala. Dedikasikan juga kebajikanmu untuk Indonesia yang damai, tentram, dan bebas bencana alam.
Baca juga: Benarkah Doa Bisa Terkabul?
3. Kirim Bantuan Nyata
Kalau kita mampu, tentu saja kita harus melakukan sesuatu yang bisa secara langsung membantu para korban bencana. Dalam kondisi pandemi, mungkin sulit bagi kita untuk memberikan dukungan tenaga dengan menjadi relawan di lokasi bencana. Namun, kita masih bisa memberikan dukungan materi.
Dengan menekan satu tombol search di Google, kamu bisa menemukan banyak pos-pos yang bisa menyalurkan bantuanmu untuk bencana-bencana yang terjadi di Indonesia. Jangan lupa cek latar belakang lembaga yang membuka pos donasi, ya!
Untuk memulai, kamu bisa cek pos-pos dana berikut:
- Karuna untuk Peduli Kasih Banjir Sulawesi Utara – Yayasan Karuna Mitta Wijaya
- Bantu Penyintas Erupsi Gunung Merapi – Human Initiative
- Open Posko & Donasi Bencana Ekologis Kalsel – WALHI Kalimantan Selatan
- Donasi Longsor Sumedang – Pemerintah Kabupaten Sumedang
Referensi: