Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Mengapa Seharusnya Seorang Buddhis “Tulen” Tidak Akan Takut pada Bencana Dunia

    Mengapa Seharusnya Seorang Buddhis “Tulen” Tidak Akan Takut pada Bencana Dunia

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on January 17, 2020 Artikel, Featured, Wacana

    oleh BESTRELOAD

    Baru seminggu 2020 dimulai, kita sudah diterpa banyak kejadian. Mulai dari banjir di Jakarta, kebakaran hutan di Australia, konflik di Natuna, sampai yang teranyar adalah ketegangan antara Iran dan Amerika yang disinyalir bisa menjadi pemicu perang dunia ketiga. Sangatlah wajar bila kita takut dan cemas dengan kondisi-kondisi ini, karena rasa takut dan cemas ini merupakan sistem alami pertahanan diri manusia. Namun, cemas dan khawatir terlalu banyak juga akan merugikan diri kita. Lantas bagaimana cara agar kita bisa melewati tahun 2020 yang penuh kebahagiaan jika di awalnya saja sudah kacau balau begini?

    Ajaran Buddha bisa menjadi solusi untuk menghadapi fenomena-fenomena yang terjadi di dunia karena ajaran ini telah eksis sejak 2500 tahun yang lalu dan masih sangat relevan dengan perkembangan zaman. Ajaran-ajaran ini bisa disarikan dan menjadi filosofi yang dapet mengubah cara pikir, cara pandang, sampai pada cara berperilaku seseorang sehingga menjadi lebih berwelas asih dan mendatangkan kebahagiaan. Karena itu, seorang Buddhis yang benar-benar menerapkan ajaran Buddha tidak akan takut atau khawatir berlebihan menghadapi fenomena-fenomena negatif yang terjadi di dunia baru-baru ini. Apa saja ajaran itu? Yuk simak pembahasannya di bawah ini!

    Waspada, tapi tidak takut, karena semua hal yang dialami merupakan buah karma sendiri.

    Dengan mengerti hukum sebab akibat, seseorang akan dapat lebih menerima fenomena yang menimpa dirinya sendiri, termasuk rasa takut yang muncul ketika melihat berita-berita negatif. Bahkan seseorang yang tertimpa bencana secara langsung akan menjadi lebih tenang dan menerima dengan berpikir “ini adalah buah karma burukku di masa lampau.” 

    Menerima kenyataan tentunya tidak sama dengan pasrah. Dengan mengetahui bahwa suatu hal buruk yang terjadi merupakan buah karma, tahapan selanjutnya adalah bertekad untuk menghindari perbuatan buruk saat ini juga. Jadi, alih-alih khawatir dan takut, seorang Buddhis bisa menjadikan fenomena buruk ini sebagai latihan batin bagi dirinya.

    Semua penderitaan berasal dari dalam diri, bukan luar. Sifat semua fenomena tergantung pada cara kita menyikapinya.

    “Pikiran adalah pelopor” ucap Sang Buddha. Frasa yang kaya akan makna ini seharusnya menjadi bekal bagi seorang Buddhis untuk terus menjaga pikirannya. Sang Buddha secara eksplisit menjabarkan bahwa semua hal yang terjadi, baik atau buruk. tergantung pada cara pandang kita. Misalnya ketika melihat orang-orang yang membuat kita marah, kita bisa memilih untuk mengembangkan kebencian atau welas asih untuk orang itu. Menerapkan “pikiran adalah pelopor” juga bukan berarti kita pasif. Ketika melihat bencana banjir misalnya, seharusnya kita memunculkan empati terhadap penderitaan para korban sehingga kita tergerak untuk memberikan bantuan atau setidaknya tidak buang sampah sembarangan atau melakukan hal lain yang bisa memperparah banjir. Contoh lain adalah ketika melihat kebakaran hutan, alih-alih membiarkan pikiran kita marah pada pemerintah atau perusahaan sawit, kita fokus pada penyelesaian masalah, misalnya dengan proaktif menanam pohon, menjaga lingkungan, atau bergabung dengan komunitas atau lembaga resmi yang memperjuangkan keselamatan hutan.

    Memahami ketidakkekalan dan kesalingbergantungan. 

    Memahami bahwa apapun yang terbentuk tidak kekal membuat kita tidak melekat pada sesuatu baik barang maupun konsepsi pikiran. Kita bisa merenungkan ketidakkekalan juga dengan melihat kondisi geopolitik dunia. Negara yang dulu pernah menjadi musuh bisa menjadi teman, begitu pula sebaliknya. Ketika melihat kenyataan banjir yang membuat semua barang kita rusak, seharusnya kita berpikir bahwa berani memiliki sesuatu berarti kita berani melepasnya juga. Dengan memahami ketidakkekalan kita akan lebih menerima ketika kita kehilangan sesuatu yang kita lekati.

     Kesalingbergantungan artinya tidak ada satu hal pun yang berdiri secara inheren, misalnya banjir merupakan akibat dari banyak faktor seperti hujan yang sangat deras, kelalaian dalam antisipasi, banyak sampah yang menutup saluran, dan sebagainya. Jika salah satu tidak ada, belum tentu banjir tidak terjadi kan? Ketika kita memahami kesalingbergantungan, bahwa semua hal pasti disebabkan oleh kumpulan banyak faktor, kita tidak akan menyalahkan sesuatu pada satu hal saja. Dengan merenungkan hal ini, kita tidak akan dengan mudah membenci atau menghujat pihak tertentu yang nantinya akan menambah karma buruk yang harus kita tanggung di masa depan.

    Fokus pada saat ini, karena yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga pikiran dan perbuatan kita untuk mengubah buah karma kita di masa depan.

    Filosofi ‘mindfulness’ pada Buddhis membuat kita berada pada “saat ini”, kita sadar/eling akan diri dan fenomena sekitar. Hal ini merupakan salah satu kiat dalam menghadapi fenomena negatif di luar. Kita menjaga batin agar tidak marah atau meratapi apapun yang sudah terjadi, menjaga pikiran dan perbuatan sehingga tidak menimbulkan akibat karma negatif di masa depan, juga terus mengembangkan pikiran-pikiran bajik seperti welas asih dan empati. 

    Ini sangat penting karena fenomena negatif cenderung mengarahkan orang berpikiran negatif. Kita semua sudah lihat sendiri kan apa yang terjadi di media sosial? Semua orang menghakimi, membenci, menyumpahi, melampiaskan rasa takut, dan sebagainya, padahal perbuatan-perbuatan seperti itu merupakan karma buruk juga yang bisa menghasilkan hal buruk di masa depan. Kritik boleh, tapi jaga tutur dan motivasi saat mengkritisi sehingga kita tetap menghasilkan karma yang putih bersih, tidak tercemar oleh kekesalan dan benci.

    Jadi 2020 sudah dimulai dan sudah banyak bencana yang datang. Nasib kita tidak akan berubah jika cara pandang kita selalu nyinyir, julid, dan benci. Maka dari itu, mari mulai berpikiran positif bersama-sama. Hanya dengan kebajikan kolektif kita semualah dunia bisa berubah ke arah yang lebih baik!

    buddhism dharma kebakaran

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleBagaimana Seorang Buddhis Seharusnya Menyikapi Perubahan Iklim?
    Next Article Dari Mana Datangnya Lamrim?
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd

    Dharma vs Paham Apokaliptik

    Benarkah You Only Live Once (YOLO)?

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.