Ungkapan “terima kasih” ternyata menyimpan rahasia spiritual wellness Nusantara yang telah berusia lebih dari 1000 tahun. Rahasia ini diungkap oleh Co-Founder Ayurjnana Wellness Johnson Khuo dalam workshop “Thank You” Meditation, Legacy of Suwarnadwipa Dharmakirti of Sriwijaya di Indonesia. Workshop yang digelar pada 5 Agustus 2022 ini merupakan bagian dari Indonesia Wellness Tourism Conference & Festival (IWTCF) 2022, side event KTT G20 yang digelar di Hotel Alila Solo, 5-7 Agustus 2022.
Selama kurang lebih 60 menit, Johnson membimbing 20 peserta onsite dan 41 peserta online dalam meditasi yang bertujuan untuk mengubah cara pandang, dari yang mementingkan diri sendiri menjadi mementingkan semua makhluk, untuk mengatasi akar segala permasalahan dan mengembangkan welas asih universal yang menjangkau semua tanpa bias.
“Saya terima penderitaan dan kekalahanmu, saya kasihkan kebahagiaanku padamu,” tutur Johnson ketika menerangkan makna rahasia di balik ungkapan “terima kasih”.
“Semua konflik di dunia bersumber dari kita ingin menang sendiri, yang lain sakarepmu lah… Semua perseteruan kecil rumah tangga sampai global dunia bersumber dari situ,” terang Johnson lebih lanjut, “Jadi, dengan konsep terima kasih ini, keseluruhan pola pikir ini kita ubah, kita jungkirbalikkan.”
Meditasi “Terima Kasih” bersumber dari ajaran Guru Suwarnadwipa Dharmakirti, guru Dharma dari Sriwijaya abad X yang dulu mengajar ribuan biksu di Candi Muaro Jambi. Pada masa itu, praktik ini amatlah langka sehingga pencari Dharma dari seluruh dunia datang ke Sriwijaya guna menerima ilmu ini dari Guru Suwarnadwipa, termasuk pandit besar Nalanda dan reformator Buddhisme Tibet, Atisha Dipamkara Srijnana. Proses meditasinya sendiri berbeda dengan meditasi yang populer karena melibatkan penalaran dan perenungan untuk mentransformasi pola pikir menjadi lebih positif alih-alih sekadar memperhatikan objek tertentu untuk relaksasi.
“Kita percaya orang Indonesia itu sangat resisten, baik di hadapan resesi, hiperinflasi, entah apa lagi. Kalau kita percaya pada karma kolektif, karena praktik cinta kasih dan welas asih inilah yang selama ini berabad-abad melindungi kita,” Johnson menambahkan.
“Orang Indonesia ramah-tamah, murah senyum, semua merupakan hasil pembiasaan selama berabad-abad. Meski teorinya sudah hilang digerus waktu sampai baru sekarang kita temukan kembali, di alam bawah sadar, itu yang membuat orang Indonesia seperti ini.”
Meski bersumber dari filsafat Buddhis, meditasi ini bisa diterapkan oleh semua kalangan. Peserta yang hadir juga berasal dari berbagai agama, berbagai daerah, mulai dari yang awam hingga yang mahir.
“Tertarik ikut karena capek banget sama kehidupan,” kisah Nita, salah satu peserta workshop asal Salatiga, “Dengan ikut workshop ini, saya mendapatkan kedamaian dan cara menghadapi orang yang saya benci.”
Siaran onlineworkshop ini difasilitasi oleh Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN/Lamrimnesia) sebagai bagian dari festival literasi Nusantara Dharma Book Festival (NDBF) 4.0. Dalam festival ini, workshop meditasi “Terima Kasih” bergabung dengan belasan workshop, talkshow, bedah buku, dan bazar yang memperkenalkan budaya literasi era Sriwijaya, yaitu belajar, merenung, dan meditasi, untuk meraih spiritual wellness. Harapannya, budaya literasi ini bisa menjadi solusi pemulihan Indonesia dan dunia dari pandemi. Rangkaian NDBF 4.0 berlangsung pada tanggal 2-14 Agustus 2022 dan dapat diikuti secara daring dari seluruh Indonesia melalui situs ndbf.lamrimnesia.com.