oleh Junarsih
Masa sih perempuan bisa berkarya?
Sekarang udah bukan zamannya meragukan kemampuan perempuan. Sejak awal juga perempuan memiliki potensi untuk berkarya seperti laki-laki. Perempuan mampu untuk menjadi hebat dan mampu berkarya sesuai kapasitas masing-masing. Dan yang paling penting, Dharma bisa membantu perempuan menunjukkan kehebatannya dan siap berkarya.
Untuk membahas lebih lanjut tentang Dharma dan perempuan hebat, pada Jumat, 23 April 2021 lalu Lamrimnesia kembali mengadakan Lamrim Talk dengan mengundang dua perempuan hebat yang siap membagikan inspirasi untuk perempuan mampu berkarya dan sukses di bidangnya masing-masing. Dua perempuan hebat ini adalah Serlina Wijaya, Chief Executive Officer (CEO) Pegipegi, dan Noviana Kusumawardhani (Bude Novi), seorang pembaca tarot sekaligus penulis.
Singkatnya, Serlina menjelaskan hubungan Lamrim dan karir serta konsep kepemimpinan yang terdapat dalam Kebuddhaan. Pemaparan Serlina kemudian dilanjutkan oleh Bude Novi dengan ungkapan “dunia akan bahagia kalau perempuannya bahagia”. Secara tidak langsung, perempuan adalah akar kebahagiaan dunia. Kalau semua perempuan merasakan kebahagiaan dan ia juga memahami Dharma, bukan hanya kebahagiaan dunia yang tercipta, tapi cinta kasih akan tersebar di seluruh penjuru dunia.
Lalu, poin menarik apa yang bisa kita angkat dari acara ini? Ada dua poin yang berkesan untuk saya sebagai penulis, yakni tentang pemahaman Dharma mengenai konsep cinta kasih dan kebijaksanaan dalam berkarir serta konsep kebahagiaan dengan berteman dengan diri sendiri. Saya yakin, dua poin ini juga bakal bermanfaat untuk Sahabat Lamrimnesia juga!
Berkarir dalam Dharma
Belajar Dharma itu bukan sekadar tahu teori habis itu selesai. Tapi, Dharma itu harus dipraktikkan supaya esensinya lebih mengena pada batin kita. Dharma tanpa praktik ibaratnya sayur tanpa garam, hambar, kurang maknyusss.
Dharma pun tidak hanya dipelajari dan dipraktikkan di Biara bersama anggota Sangha, romo pandita, atau guru spiritual secara langsung maupun virtual. Tapi, Dharma juga harus dipelajari dan dipraktikkan setiap saat. Setiap aktivitas juga haruslah dilandasi Dharma. Apalagi kalau kita adalah perempuan yang sedang berkarir baik dengan merintis usaha sendiri atau bahkan bekerja di suatu perusahaan. Tentunya kita harus menerapkan Dharma yang dilandasi cinta kasih dan kebijaksanaan untuk menjalankan aktivitas di toko atau kantor. Kita tidak bisa asal memarahi orang lain hanya karena proyek gagal. Lebih baik kita mencari tahu dahulu penyebab kegagalan proyek tersebut tanpa langsung menyalahkan orang lain. Ini adalah bentuk kebijaksanaan.
Ketika kita bisa mengendalikan diri untuk tidak melontarkan kemarahan pada orang lain, maka kita sudah mempraktikkan salah satu bentuk cinta kasih. Saya sebagai seorang perempuan tidak bisa memenangkan ego sendiri untuk menghancurkan orang lain. Sebaliknya, dengan bekal Dharma, saya bisa lebih memahami orang lain saat bekerja sama. Lebih luas lagi, Dharma tidak hanya dipraktikkan ketika sedang bekerja. Saat bercakap dengan teman sekontrakan, saya usahakan juga berbicara yang baik — dengan tidak berkata yang kasar dan tidak benar yang bisa menyakiti hati mereka. Dalam hubungan dengan pacar juga harus sambil praktik Dharma. Jangan sampai hanya karena kekasih sedang berbicara dengan teman, saya malah jadi marah-marah tidak jelas. Menjadi bijak dengan mencoba berpikir dengan jernih dan tenang adalah solusinya. Dengan begitu, saya jadi tidak mudah marah meski kekasih sedang berbicara dengan orang lain.
Saya kemudian lanjut memikirkan kira-kira praktik Dharma apa lagi yang bisa saya terapkan sebagai seorang perempuan. Ketika bekerja sebagai penulis, saya punya motivasi untuk bekerja tidak hanya untuk diri sendiri. Tapi tulisan yang sudah diterbitkan di media tidak sekadar memberikan informasi,, tapi juga memberikan manfaat dan pandangan baru terhadap orang-orang yang membacanya.
Bahagia dengan Berteman Terhadap Diri Sendiri
Kalau Serlina menggunakan sudut pandang Buddhis, Bude Novi menjelaskan dari sudut pandang umum yang nilainya juga sejalan dengan prinsip Dharma. Kata Bude Novi, kebanyakan perempuan tidak bahagia karena ia tidak berteman dengan dirinya sendiri. Banyak hal yang menjadi penyebab ketidakbahagiaan perempuan, mulai dari harus melakukan hal-hal yang seharusnya merupakan pilihan tapi dianggap sebagai kewajiban, misalnya perempuan harus bisa masak enak, harus menikah, dan harus punya anak. Ketiga hal ini sebenarnya adalah pilihan. Perempuan boleh untuk tidak menikah, tidak masak, dan tidak punya anak.
Namun, karena beban dari masyarakat yang mengharuskan perempuan untuk bisa melakukan tiga hal itu, perempuan jadi tidak bahagia. Kalau perempuan harus bisa masak, tapi dia tidak memiliki bakat, padahal sudah berulang kali mencoba dan tetap saja tidak bisa, gimana dong? Kalau terus dipaksa ya pasti perempuan merasa tidak bahagia. Selain itu, perempuan juga dihadapkan dengan tekanan terhadap standar kecantikan yang ada, baik melalui media sosial, majalah, dan televisi. Kalau perempuan merasa tidak cantik, maka ia akan berusaha melakukan apapun untuk terlihat cantik: menggunakan make up tebal dan bermerk, perawatan kulit di salon, bahkan sampai tidak mau terpapar sinar matahari. Kalau usaha ini tidak membuahkan hasil, perempuan bisa stres, tidak percaya diri, dan akhirnya tidak bahagia.
Jujur saja, kadang saya juga merasa tidak bahagia karena tidak bisa memahami ataupun berteman dengan diri sendiri. Kadang saya merasa iri dengan keberhasilan dan keberhasilan orang lain. Tapi, saya kembali menilik pada diri sendiri, akankah saya selalu merasa iri dengan orang lain hanya karena saya tidak sesuai dengan standar mereka? Jawabannya adalah tidak. Saya berusaha untuk menentukan standar terhadap diri saya sendiri. Kalau tidak bisa secantik model ya sudah, saya tidak akan mendorong diri lebih jauh bila tidak membuat bahagia. Lebih baik saya bersyukur dengan rupa yang sudah dimiliki dan bahagia dengan keadaan ini.
Ketika saya gagal, saya pernah juga merasa tidak bahagia. Kalau dipikir-pikir, mana mungkin saya akan terus terpuruk dan merasa rendah daripada orang lain. Jadi, standar keberhasilan setiap orang itu berbeda-beda. Bisa saja saya gagal hari ini tapi sukses di hari esok. Saat kegagalan datang, ambil waktu untuk istirahat dan sejenak refreshing. Entah jalan-jalan ke sawah, makan makanan favorit, atau bahkan nonton film. Buat diri rileks dulu, baru berpikir lagi untuk menyusun rencana membuat kesuksesan yang baru. Saat kita bisa bangkit, kita akan menemukan kebahagiaan dalam diri dan mudah menentukan tujuan hidup.
Kesimpulan
Menjadi perempuan itu tidak rumit, yang rumit hanyalah pikiran kita yang penuh dengan racun-racun standar kehidupan. Standar kecantikan dan tubuh molek kadang membuat perempuan tidak bahagia. Lebih jauh lagi perempuan ditekan dengan standar dari masyarakat yaitu — harus bisa masak, menikah, dan punya anak. Mau kita bisa masak atau tidak, mau punya anak atau tidak, itu pilihan kita. Perempuan itu hebat, punya banyak bakat. Perempuan itu hebat, mampu berkarya. Dan yang terpenting adalah memahami Dharma. Hidup kita tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Kalau memilih untuk berkarir, maka berkarirlah sesuai potensi dengan menerapkan cinta kasih dan kebijaksanaan dalam berkarya serta jangan iri dengan orang lain. Jangan lupa, bahagialah bersama diri sendiri dahulu supaya kita bisa melakukan apapun dengan senang hati dan bisa membahagiakan orang lain.