Entah udah pekan keberapa sejak COVID-19 masuk Indonesia, kayaknya lebih banyak kabar buruk yang beredar daripada kabar baik. Coba, sudah berapa kali lihat trit di Twitter atau Facebook yang isinya foto tukang timbun masker atau pake APD (Alat Pelindung Diri) lengkap cuma belanja ke supermarket? Belum lagi share-an berita yang disertai caption yang memprotes pemerintah atau memprotes orang yang protes ke pemerintah… Wuih…
Daripada berapa banyak berita buruk yang kita lihat, sebenarnya ada pertanyaan yang lebih penting: Apa yang kita lakukan waktu melihat berita buruk itu?
Kalau berita buruk itu bisa berhenti di kamu atau menggerakkan hatimu untuk menolong orang lain atau berbuat baik, kita harus bersuka cita. Tapi kalau yang kamu lakukan adalah menekan tombol share dan ikut-ikutan menyumpahi… Itu tandanya kita harus hati-hati! Sangat mungkin bahwa alih-alih orang yang kamu sumpahi akan mengalami kemalangan seperti yang kamu harapkan, malah kamu yang jadi menderita entah di kehidupan ini atau kehidupan mendatang!
Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, keinginan untuk menyakiti orang lain atau berharap orang lain menderita termasuk karma hitam niat jahat. Tanpa kita sadari, karma buruk niat jahat sangat mudah untuk muncul. Padahal ini merupakan satu dari 10 jalan karma hitam (akusala kamma) yang bisa menjadi sebab kelahiran di alam rendah atau memperoleh penderitaan. Tanpa ada orang yang bersikap egois gara-gara panik COVID-19 pun kita gampang banget menyumpahi yang jelek-jelek di kehidupan sehari-hari. Ini biasa terjadi saat barang kita dicuri atau saat kita atau keluarga kita dilukai. Saat itu terjadi, pemikiran spontan yang muncul adalah mengharapkan orang yang melakukannya mendapat balasan. Ini juga sering terjadi saat ada ‘public enemy’ seperti pelaku tindak criminal dan koruptor yang ramai diberitakan di televisi atau medsos, semua orang ramai-ramai membagikan berita dengan nada menghujat dan mendoakan para pelaku mengalami penderitaan.
Mengharapkan kemalangan menimpa orang lain adalah salah satu bentuk karma pikiran niat jahat, tapi apa yang membuat karma niat jahat ini menjadi lengkap? Berikut adalah analisisnya menurut aspek karma:
- Dasar: seseorang atau sesuatu yang kita anggap tidak menarik atau tidak menyenangkan
- Pemikiran, terbagi tiga:
> Identifikasi: objek yang dipikirkan tepat sesuai dengan dasar
> Motivasi: niat untuk menyakiti, membahayakan, atau berharap agar objek yang dituju mengalami kemalangan, misalnya mengharapkan orang lain meninggal atau kehilangan sesuatu
> Klesha: salah satu dari tiga jenis klesha utama, yaitu kemelekatan, kebencian, dan ketidaktahuan. - Tindakan: memiliki keinginan yang lebih kuat agar hal yang buruk menimpa objek yang dituju
- Penyelesaian: mengambil keputusan bahwa hal buruk tersebut harus benar-benar terjadi atau bertekad mewujudkan hal buruk tersebut.
Suatu niat jahat menjadi sempurna ketika kita menginginkan orang lain menderita dengan disertai sikap batin berikut ini:
- Sikap membenci yang secara kuat mencengkeram suatu sebab yang membuatmu ingin seseorang menderita, misalnya ada orang yang pernah melukaimu sehingga kamu sangat membencinya dan kamu yakin kamu berhak membalasnya karena tindakannya itu;
- Ketidaksabaran atau tidak tahan dengan penderitaan yang disebabkan orang lain pada dirimu;
- Rasa benci yang amat kuat karena mengingat dan mengulang-ulang sebab kebencianmu, misalnya berkali-kali mengatakan dalam hati, “Gara-gara Tengkulak X borong semua masker, aku jadi nggak kebagian, aku akan mati kena COVID-19 gara-gara dia,” lalu berkali-kali pula mengingat segala macam penderitaan yang kamu alami karenanya sehingga rasa bencimu menjadi sangat kuat.
- Pikiran penuh dengki atau keinginan balas dendam, misalnya berpikir, “Alangkah bagusnya kalau Tengkulak X kena COVID-19, biar tahu rasa!” Pikiran seperti ini muncul setelah kamu berkali-kali memikirkan ‘dosa’ Tengkulak X terhadapmu dan merasa kamu berhak membalasnya atau dia pantas menderita.
- Batinmu sepenuhnya dikuasai oleh niat jahat, sedikit pun tidak menyadari bahaya niat jahat itu terhadap dirimu sendiri, tanpa rasa malu atau bersalah sedikit pun, dan sama sekali tidak punya keinginan untuk menghindari niat jahat tersebut.
Punya lima sikap di atas terhadap penimbun masker atau penimbun sembako mungkin kasus ekstrem, tapi bukan nggak mungkin sesuatu yang sangat buruk terjadi pada kita (amit-amit) yang bikin kita mendendam sampai mengembangkan 5 sikap itu. Keinginan untuk balas dendam atau mengharapkan orang lain menderita tanpa disertai kelima sikap itu juga termasuk dalam niat jahat sederhana. Jadi, penting banget bagi kita buat belajar tentang karma ini, direnungkan, dan dimeditasikan agar melekat di batin kita sehingga ketika muncul pikiran niat jahat, kita siap menangkap dan menghentikannya saat itu juga.
Setelah mengetahui proses lengkapnya karma niat jahat di atas, apa yang bisa kita lakukan? Hal simpel yang bisa dilakukan pada awalnya adalah memunculkan sikap malu dan takut (hiri dan ottapa) atau menyesal ketika pikiran niat jahat muncul di batin kita. Perkuat keyakinan terhadap hukum karma, bahwa penderitaan maupun kebahagiaan orang yang menyakiti kita sepenuhnya tergantung pada karma mereka dan sebaliknya penderitaan dan kebahagiaan kita juga bergantung pada karma kita. Kalau kita nggak mau menderita, tentunya kita harus memperbanyak kebajikan dan menghindari karma buruk, bukannya menambah karma buruk dengan membiarkan niat jahat berkembang. Ketika kita sudah bisa menerima penderitaan yang kita alami, kita juga bisa coba merenungkan apa yang membuat orang lain melakukan sesuatu yang merugikan kita dari sudut pandang kesalingbergantungan dan membangkitkan welas asih kepada mereka.
Baca cara mengembangkan welas asih ala Awalokiteshwara di sini!
Akhir kata, ketika pikiranmu mulai mendoakan pencuri handphone-mu jatuh miskin dan dipenjara puluhan tahun atau jempolmu siap menyumpahi penimbun masker kena COVID-19, coba berhenti dan tarik napas panjang. Lalu, ganti ‘doa jahat’-mu menjadi doa yang baik dan tulus, misalnya semoga dengan menjual handphone-mu, si pencuri bisa keluar dari kesulitan keuangan dan bertobat atau semoga penimbun masker bebas dari rasa panik dan ketakutan akan COVID-19 dan tergerak untuk menyumbangkan masker timbunannya ke rumah sakit.
Sumber:
- “Karma” oleh Dagpo Rinpoche
- “Pembebasan di Tangan Kita” oleh Phabongkha Rinpoche
- “Steps on The Path to Enlightenment” oleh Geshe Lhundup Sopa