Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Ucapan yang Seperti Apa yang Dianggap Ucapan Kasar Menurut Buddhis?

    Ucapan yang Seperti Apa yang Dianggap Ucapan Kasar Menurut Buddhis?

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on November 23, 2018 Artikel, Featured, Wacana

    Dalam kehidupan sehari-hari kamu pasti sering bertemu kasus seperti ini:

    Kasus A: kamu menasihati orang lain untuk membantunya, tapi orang yang kamu nasihati malah kesal.

    Kasus B: kamu mengejek orang lain, tapi orang itu biasa-biasa saja.

    Menurutmu dari kasus diatas mana yang disebut ucapan yang kasar menurut Buddhis (Pharusavaca)? Kasus A atau kasus B?

    Untuk kasus ucapan kasar, ada orang yang merasa harus menjaga ucapan dengan moto “diam itu emas”, karena tidak mau menyakiti hati orang lain, dan pada akhirnya cenderung pasif. Ada juga orang yang tidak bisa mengendalikan ucapannya sendiri, dan kata-kata yang keluar bersifat spontan. Kerancuan akan ‘ucapan mana yang merupakan ucapan kasar’ ini bisa dijelaskan oleh hukum karma yang diajarkan oleh Sang Buddha. Berikut adalah kriteria yang bisa membuat ucapan kasar menjadi karma buruk yang lengkap:

    1. Dasar: ucapan kasar bisa ditujukan untuk makhluk hidup maupun benda mati yang dimusuhi atau dibenci.
    2. Pemikiran dari ucapan kasar ditujukan pada pihak yang mau kamu hina / cela, dengan motivasi untuk menyakiti hati atau menyerang secara verbal objek tersebut dan didasari oleh klesha kebencian, kemelekatan, ataupun kebodohan.
    3. Tindakan dari ucapan kasar adalah mengungkapkan sesuatu yang tidak menyenangkan, baik itu benar ataupun salah (jika salah maka masuk kategori berbohong juga), hal-hal mengenai kekurangan, fisik, maupun perilaku.
    4. Penyelesaian dari ucapan kasar adalah orang / objek / pihak yang dituju mengerti dengan apa yang disampaikan. Tidak peduli orang itu marah atau tidak, asalkan sudah paham akan ucapanmu, maka tahap penyelesaian ini sudah terjadi.

    Dengan penjelasan ini, maka kasus B merupakan merupakan ucapan kasar, kembali lagi pada motivasimu sebelum ucapan itu keluar, apakah untuk membantu atau merendahkan.

    Jadi ucapan kasar tidak harus keluar dengan bahasa yang kasar, kata-kata yang diucapkan dengan lembut-pun, jika ditujukan untuk merendahkan orang lain, hal tersebut sudah merupakan ucapan kasar.

    Q: Kalau ngomong kotor tapi niatnya bercanda boleh? Hasilnya orang jadi gak senang dengan kita gimana?

    A: Karma buruk ucapan kasarnya tidak ada, tapi ada kesalahan bahwa kamu tidak membaca situasi dengan bijaksana, ujung-ujungnya kamu juga jadi menderita karena dimusuhi orang lain. Ini masuk kategori kelalaian. Omongan yang kotor juga memberikan kesan yang buruk dan tidak mengikuti norma yang berlaku, sehingga bisa menyebabkan banyak masalah juga.

    Kembali ke poin utama, ucapan kasar tanpa sadar kita semua sering lakukan lho. Mulai dari kamu nyindir-nyindir orang yang kamu anggap “rese”, atau saat kamu ngomong balik sama orangtua yang marahin kamu, sampai komen-komen di sosmedmu yang tujuannya gak jelas.

    Karena sangat mudah dilakukan, bagaimana cara mulai mengurangi ucapan kasar? Berikut adalah tips-tips untuk mengurangi Pharusavaca:

    1. Sebelum bicara, cek motivasi, apa tujuanmu untuk bicara
    2. Jika sudah terlanjur keluar, evaluasi dengan berpikir bahwa ini adalah “celahku” dalam melakukan karma buruk, jika ada situasi yang serupa, kamu harus menyadarinya sebelum bicara
    3. Jika ucapan kasar sudah benar-benar spontan, maka pemecahan masalahnya harus lebih mendasar, yaitu sumber dari ucapan kasar itu sendiri, biasanya dengan melatih mengendalikan emosi dan latihan meditasi
    buddha dhamma dharma It's Lamrim It's Buddhism karma ucapan kasar lamrim lamrimnesia ucapan ucapan kasar

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleStan Lee, Kisah Sukses dan Pelajaran Hidup dari Sang Bapak Pahlawan Super
    Next Article DAY 1 – Mengejar Kebahagiaan Sejati, Bukan Mengejar Cashback
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.