Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Featured » Stan Lee, Kisah Sukses dan Pelajaran Hidup dari Sang Bapak Pahlawan Super

    Stan Lee, Kisah Sukses dan Pelajaran Hidup dari Sang Bapak Pahlawan Super

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on November 14, 2018 Artikel, Featured, Wacana

    Oleh: Manavacary Jayawardhana

    Excelsior! Itulah mantra andalan Stanley Martin Lieber atau yang dikenal sebagai Stan Lee, bapak dari para pahlawan super dunia. Menurutnya, mantra itu berarti ‘Ke Atas dan Maju Terus untuk Kemuliaan yang Lebih Besar’. Mantra ini menjadi motto hidupnya dan menjadi kata yang sangat khas baginya seorang hingga menurutnya tidak akan ada orang yang bisa memakainya kecuali ia sendiri.

    Stan Lee sendiri dilahirkan pada 28 Desember 1922 di Manhattan, Kota New York dari pasangan imigran Romania berdarah Yahudi. Ia memulai karirnya di dunia komik sebagai seorang asisten kantor di Timely Comics yang kemudian pada tahun 1960-an berubah nama menjadi Marvel Comics. Dia pun diangkat menjadi editor sementara yang kemudian menjadi posisi tetapnya selama bertahun-tahun kecuali saat ia harus memasuki wajib militer selama tiga tahun ketika Perang Dunia II pecah. Pada tahun 1941 itu pula, dengan ambisinya yang begitu kuat untuk menjadi seorang penulis, dia memulai debut penulis komik dengan Captain America isu 3 yang berjudul “Captain America Foils the Traitor’s Revenge”. Di isu ini, dia memperkenalkan penggunaan senjata tameng pada karakter Captain America yang bisa digunakan untuk menyerang dan kembali lagi pada pemiliknya.

    Pada tahun 1961, Stan Lee dengan sukses melakukan sebuah terobosan baru bagi dunia perkomikan yang mengangkat tema pahlawan super. Dia memperkenalkan karakter pahlawan super yang ditargetkan pada para pembaca komik dewasa. Padahal saat itu, umumnya komik yang bertema pahlawan super menyasar pada para pembaca anak-anak. Atas berkat saran dari istrinya, dia memperkenalkan karakter pahlawan super yang begitu membumi lengkap dengan persoalan-persoalan manusiawi, karakter yang punya kekhilafan tersendiri, bahkan punya masalah dengan pacar dan tagihan.

    Bekerja sama dengan para seniman lain, ia menghasilkan berbagai legenda pahlawan super hero seperti Fantastic Four, Hulk, Thor, Iron Man, X-Men, Daredevil, Spider-Man, Inhumans, Black Panther, dan bahkan Doctor Strange.
    Karena begitu besar jasanya, baik bagi Marvel Comics atau pun bagi perindustrian komik khususnya yang bertema pahlawan super secara umum, Stan Lee menjadi sosok yang begitu disegani oleh banyak pihak.

    Selain itu, sosok ini juga dikenal dermawan. Beliau melalui Stan Lee Foundation membantu banyak sekali orang khususnya dalam bidang literasi, keberagaman, budaya, pendidikan dan karya seni. Dia juga mendonasikan sebagian hartanya pada Universitas Wyoming di Amerika Serikat.

    Namun di sepanjang karir dan riwayat hidup Stan Lee, dia juga menghadapi berbagai persoalan yang rumit. Dia pernah terlibat masalah dengan Marvel karena ia tidak memperoleh pemasukan dari karya-karya movie dan TV Seris Marvel. Ia pun menuntut Marvel dan memenangkan tuntutannya pada 2005. Hal ini membuat Marvel harus membayarnya sebesar 10 Juta Dolar. Dia juga dituduh membajak karya-karya seniman lain khususnya Jack Kirby. Dia dianggap tidak layak mendapatkan pemasukan sebesar itu sementara Jack Kirby tidak. Dia juga dituduh melakukan kekerasan verbal pada mantan asistennya dan tidak membayarnya pada 2015. Ia juga dituduh bertindak rasis atas responnya mengenai pemeran kulit berwarna pada karakter Spider-Man yang menurutnya diciptakan sebagai karakter berkulit putih. Bahkan, ia juga dituduh melakukan pelecehan seksual.

    Terlepas dari benar atau tidaknya tuduhan tersebut, kehidupan pribadi Stan Lee dilaporkan begitu memburuk khususnya setelah kematian dari istrinya setahun yang lalu, Joan Lee, yang telah menemani puluhan tahun hidupnya. Ia diduga mengalami kekerasan baik secara fisik maupun psikis oleh anaknya, Joan Celia Lee beserta tiga orang lainnya.

    Disebutkan bahwa Stan Lee dan istrinya sangat mengkhawatirkan anaknya ini. Stan Lee pun sangat takut bahwa anaknya akan menjadi gelandangan ketika ia meninggal nanti. Hal ini karena dia tidak mempercayai anaknya untuk mengelola uang dan aset-aset milik Stan Lee. Itulah alasan mengapa dia belum mengalihnamakan warisannya atas nama anaknya. Meskipun begitu, hal ini tidak mencegah anaknya untuk membentak orang tuanya ini dan menuntut banyak hal darinya, khususnya setelah kematian istrinya.

    Kini, Stan Lee pun dikabarkan sudah tidak ada lagi pada 12 November 2018. Banyak misteri yang masih mengganjal seputar akhir kehidupan dari maestro pencipta para pahlawan super ini. Banyak sekali hal yang bisa kita pelajari. Bisa jadi kita giat bekerja semenjak usia muda. Mengumpulkan pundi-pundi kekayaan satu demi satu. Akan tetapi, di ujung usia kita, harta yang telah kita kumpulkan selama puluhan tahun bukannya malah membantu kita. Ia malah menciptakan banyak masalah baru. Bahkan ia bisa merubah orang-orang terdekat kita menjadi tamak dan menciptakan ketakutan bagi diri kita. Teman, kerabat, bahkan kuasa hukum pun tidak bisa membantu kita menghadapi kematian.

    Kematian hanyalah salah satu dari perwujudan ketidakkekalan. Ia mengingatkan kita betapa rapuhnya kehidupan ini. Betapa sia-sianya mengejar dunia ini. Pada akhirnya, kita harus meninggalkan semuanya tanpa membawa apa pun. Termasuk, kita juga harus meninggalkan tubuh kita dan bahkan kenangan-kenangan indah di kepala kita. Melapuk seiring dengan urainya tubuh kita di pembaringan terakhir yang dingin di dalam tanah.

    Permasalahan-permasalahan yang menimpa di akhir kehidupan kita, juga bisa turut andil dalam merampas kebahagiaan hidup kita di ujung usia kita. Orang-orang yang kita sayangi, yang kita percayai, tidak bisa dipastikan niat tulusnya. Apakah mereka adalah pahlawan super, ataukah penjahat super, kita tidak tahu. Ketidakpastian di dunia ini, yang bisa merubah orang baik menjadi jahat, orang terdekat menjadi musuh, atau sebaliknya, sungguh membuat kita perlu memikirkan kembali dengan siapa kita ingin menghabiskan hidup kita. Atau setidaknya, dengan siapa kita mempercayakan diri saat tubuh sudah tidak dapat diandalkan karena berbagai macam penyakit masa tua.

    Kekerasan yang dialami oleh Stan Lee secara verbal dari anaknya yang suka berteriak-teriak padanya, nampaknya serupa dengan apa yang ia lakukan pada beberapa orang sebelumnya termasuk mantan asistennya. Dari sini, kita mungkin bisa mengambil pelajaran agar tidak melakukan perbuatan yang tidak ingin orang lain melakukan hal itu pada kita.

    Sebagai sosok manusia biasa seperti kita, sosok Stan Lee sudah sepantasnya dikagumi berkat kreativitasnya. Terlepas dari semua pasang surut kehidupan samsara yang beliau (dan kita semua) hadapi, kita harus akui bahwa kita telah banyak terhibur melalui karya-karyanya yang menemani masa kecil kita bahkan hingga kita dewasa. Setidaknya Spiderman dan teman-temannya berhasil membuat kita sejenak melupakan masalah-masalah kita sampai kita bisa menemukan solusi yang lebih permanen nantinya.

    Selamat jalan Stan Lee. Semoga Engkau terlahir kembali dengan kondisi yang jauh lebih baik lagi.

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleAda Apa dengan Kathina?
    Next Article Ucapan yang Seperti Apa yang Dianggap Ucapan Kasar Menurut Buddhis?
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]mnesia.org
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.