Akhir-akhir ini banyak sekali tindakan tercela yang dilakukan manusia. Baru-baru ini, Indonesia digemparkan oleh kasus residen di rumah sakit yang menggunakan anestesi untuk membius dan mencabuli pendamping pasien. Ada pula dosen universitas ternama yang melakukan kekerasan seksual. Satu lagi yang tak habis pikir, sebuah truk menerobos palang perlintasan kereta api dan menyebabkan kecelakaan yang menewaskan asisten masinis.
Dunia seolah sedang mengalami kemerosotan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2023), terjadi peningkatan kejadian kejahatan pada tahun 2022 yaitu 372.965 kejadian. Padahal tahun 2021, kejadian kejahatan sudah mengalami penurunan dari 247.218 menjadi 239.481 kejadian.
Kenapa manusia seolah makin “gak ada akhlak”? Merosotnya moralitas ini ternyata sejalan dengan fenomena besar dalam siklus alam semesta dalam kosmologi Buddhis, salah satunya soal penurunan usia hidup manusia.
Teknologi makin maju, tapi usia hidup manusia tetap berkurang
Semakin ke sini, usia manusia sudah mengalami penurunan. Dulunya manusia yang hidup sampai umur 90–100 tahun masih bisa sehat dan beraktivitas, tapi sekarang bisa kita lihat sendiri, lansia usia 70 tahun ke atas banyak yang sudah tak berdaya dan bergantung pada obat-obatan. Rata-rata jangka hidupnya juga hanya berkisar sampai 60-80 tahun.
Menurut Buddhis, akan ada masanya ketika manusia tidak mempraktikkan kebajikan dan tak lagi melatih sila sehingga rata-rata jangka hidupnya tinggal 10 tahun.
Saat Buddha Sakyamuni hidup di India, usia rata-rata manusia ialah 100 tahun. Diperkirakan bahwa setiap satu abad, usia manusia memendek selama satu tahun. Buddha hidup sekitar 25 abad lalu sementara usia rata-rata manusia sekarang ini adalah 75 tahun. Jadi, teori ini tampaknya ada benarnya.
Lebih lanjut, fenomena ini dapat diteliti dari sudut pandang karma.
Karma, Sila, dan Usia Manusia
Sebab langsung terlahir dengan tubuh manusia adalah melatih disiplin moral atau SILA. Buddhisme mendefinisikan sila sebagai batin yang menghindari perbuatan yang membahayakan orang lain dengan berpaling bahkan dari motivasi untuk melakukan perbuatan tersebut.
Coba kita lihat dunia kita sekarang. Selain pembunuhan, perkosaan, penipuan, dan tindak kriminal lainnya semakin marak, sadarkah kita bahwa kita juga makin sering mewajarkan hal-hal yang sebenarnya menyakiti makhluk lain?
“Eksploitasi alam & perusakan habitat itu baik, kan demi perkembangan ekonomi.”
“Kerja lembur bagaikan kuda itu baik, kan manusia harus produktif.”
“Menghujat dan mendoakan orang lain menderita itu baik, kan orangnya pantas digituin.”
Ketika sila merosot, karma baik yang menjadi sebab kelahiran dengan tubuh manusia pasti berkurang. Seiring dengan berkurangnya sebab tersebut, tentunya lama hidup manusia secara umum juga berkurang sebanding dengan kemerosotan praktik sila.
Pertanyaan berikutnya, kalau umur manusia berkurang, memangnya kenapa?
Ini yang akan terjadi saat usia manusia makin merosot!
Dikatakan bahwa seorang Sammâsambuddha tidak akan muncul apabila usia rata-rata manusia lebih pendek dari 100 tahun karena waktunya tidak cukup untuk kebanyakan orang memahami Dharma. Hidup manusia akan terus memendek sampai sisa 10 tahun. Tinggi badan juga akan berkurang, sampai akhirnya kita akan semakin agresif, suka berperang, dan sering bertikai satu sama lain. Masa-masa itu sangat mengerikan.
Namun, setelahnya, akan datang periode emas dimana manusia akan hidup sampai 80.000 tahun. Lalu, usia akan kembali menurun dan saat itulah Buddha Maitreya akan turun dari Surga Tusita untuk mengajarkan Dharma.
Mungkin ada yang berpikir: kita percepat saja kemerosotan zaman, biar umur manusia cepat memendek biar kita cepat-cepat sampai ke zaman Buddha Maitreya. Namun, ada satu masalah yang tak boleh kita lupakan.
Memangnya punya modal ketemu Buddha?
Kalau kita tidak melatih sila, kita akan menghimpun banyak karma buruk dan lahir di alam-alam rendah. Walau dunia cepat “kiamat” dan siklus berputar sampai Buddha Maitreya hadir, kira-kira waktu itu kita ada di alam mana?
Justru sekarang saat ajaran Buddha masih ada, moralitas belum sampai di titik terendahnya, kita harus banyak-banyak menghimpun kebajikan dan melatih sila biar minimal tidak jatuh ke alam rendah. Tak lupa, buat dedikasi supaya kita bisa dengan cepat meraih pencerahan dan menerima bimbingan langsung dari Buddha Maitreya.
Jangan putus asa di hadapan kemerosotan moral
Selama usia manusia belum benar-benar memendek, kita masih punya kesempatan buat bangkit dan hidup selaras dengan sila. Kita masih bisa menghimpun sebab untuk jadi bagian dari zaman keemasan dan meraih kebahagiaan yang sesungguhnya. Apalagi berlatih sila ini tidak khusus untuk umat Buddha saja, tapi juga bisa bermanfaat bagi semua makhluk. Bayangkan aja kalau semua orang bisa menahan diri untuk tidak menyakiti satu sama lain, dunia akan jadi lebih indah dan damai kan?
Topik ini akan dibahas lebih lanjut dalam Lamrimnesia Talk “Kenapa Manusia Makin Gak Ada Akhlak?” pada Minggu, 13 April 2025, live di Tiktok Lamrimnesia.