Kalau kita pakai definisi pemerintah yang mengkategorikan Buddhisme sebagai 1 dari 6 agama yang diakui negara, maka bisa dibilang anime “Brave Bang Bravern!” bergenre religi. Kenapa? Karena isinya menggambarkan perjalanan praktik seorang Buddhis.
Seri anime “Brave Bang Bravern!” produksi Cygames ini diawali dengan latih tanding tentara Amerika Serikat dan Jepang di Hawaii. Tiba-tiba, sebuah menara jatuh dari langit dan mengeluarkan makhluk aneh semacam robot-alien yang menimbulkan kehancuran di mana-mana. Senjata tak ada yang mempan. Bangunan runtuh. Korban-korban berjatuhan. Saat seolah tak ada lagi harapan, datanglah pahlawan dalam wujud robot raksasa warna-warni diiringi lagu khas film superhero Jepang yang menamai dirinya “Bravern”.
Peringatan: artikel ini mengandung spoiler!
Klesha menghancurkan dunia
Alien penghancur ini ternyata bukan hanya muncul di Hawaii, tapi di seluruh dunia. “Tuan” dari para alien adalah robot berakal mirip Bravern yang disebut “Deathdrive”. Masing-masing Deathdrive punya nama dan sifat yang unik. Ira misalnya, Deathdrive yang paling destruktif dan sempat berhasil “membunuh” Bravern, adalah bahasa Latin dari kemarahan. Apa yang menurut Buddha sangat destruktif sampai bisa membakar habis semua kebajikan? Ya! Klesha kemarahan!
Selain Ira, total ada 8 Deathdrive yang sifatnya menggambarkan keserakahan, kemalasan, kerakusan, nafsu, kesedihan, kesombongan, keangkuhan, plus satu lagi yang akan dibahas belakangan. Semuanya punya keinginan yang sama: ingin dihancurkan. Untuk itu, mereka seolah mencari perhatian dengan membuat kekacauan di mana-mana.
“Perilaku” Deathdrive ini sama seperti cara kerja batin kita saat diganggu oleh klesha. Pada dasarnya, kita semua ingin bahagia. Namun, klesha alias faktor mental pengganggu seringkali membuat batin kita bergejolak dan kita kehilangan kebahagiaan. Klesha ini mendorong kita untuk melakukan berbagai macam hal agar gejolak itu hilang dan kita bisa kembali damai. Namun, karena ketidaktahuan, kita malah melakukan karma buruk yang merugikan diri sendiri dan banyak orang.
“Luapan klesha sulit dibendung. Oh, rangkaian penderitaan tak berujung pangkal!”
Lakon Hidup Sang Penerang
Buddha, Trisarana, dan robot raksasa
Meski tak berdaya di hadapan Deathdrive, umat manusia memiliki secercah harapan dalam sosok Bravern. Seperti apakah dia?
Bravern besar, kuat, pemberani, percaya diri, dan penuh welas asih. Ia mengalahkan musuh sekaligus membesarkan hati orang-orang, meyakinkan manusia bahwa mereka mampu bangkit dan menyelamatkan dunia dari ancaman Deathdrive.
Buddha adalah sosok yang besar, kuat, pemberani, percaya diri, dan penuh welas asih yang bisa membantu kita menyelamatkan diri dari ancaman klesha. Namun, ketika kita mengucapkan, “Buddham Saranam Gacchami”, apakah kita memandang Buddha sebagai pahlawan hebat seperti itu?
Kesamaan lain antara Bravern dan Buddha adalah mereka tidak bisa menolong kita kalau kita hanya meringkuk ketakutan dan menolak ikut berjuang. Bravern baru bisa efektif melawan Deathdrive ketika disetir oleh seorang tentara Jepang bernama Isami. Isami ini secara sifat cukup bertolak belakang dengan Bravern. Meski ia pilot yang lihai, ia tidak benar-benar ingin jadi pahlawan. Ia hanya ingin hidup tenang dengan sedikit prestasi yang bisa dibanggakan. Setelah pengalaman pertama mengendarai Bravern, ia langsung kapok dan tidak mau melakukannya lagi meskipun nasib banyak orang, termasuk dirinya sendiri, bergantung padanya.
Kita sama seperti Isami yang takut menderita dan kehilangan kenyamanan bahkan demi diri kita sendiri. Namun, pada akhirnya, toh Isami jadi juga mengendarai Bravern untuk mengalahkan Deathdrive di seluruh dunia. Awalnya sih terpaksa, tapi semangat dan kemampuan Bravern serta kepercayaan dan dukungan orang-orang di sekitarnya membuatnya tergerak. Begitu pula kita, jika yakin pada Buddha dan Dharma yang Beliau ajarkan, juga dengan dukungan Sangha yang berjuang bersama kita, pasti akan tergerak untuk berjuang membebaskan diri dari klesha.
“Menyadari bilangan klesha di sekelilingku, aku akan berdiri tegak menantang mereka dengan ribuan macam cara. Laksana seekor singa di tengah kerumunan rusa, aku takkan takluk oleh klesha.”
Lakon Hidup Sang Penerang
Keyakinan ini tentunya tidak bisa muncul begitu saja, tapi tumbuh dari latihan dan perenungan berulang-ulang. Prosesnya belum tentu mulus, akan banyak jatuh-bangun. Namun, seperti Isami yang akhirnya “menyatu” dengan Bravern untuk menyelamatkan dunia dan mencapai potensi paling maksimal, kita juga akan bisa “menyatu” dengan Buddha dan mencapai potensi maksimal kelahiran kita sebagai manusia: menolong semua makhluk dari samsara.
Musuh sesungguhnya adalah sikap mementingkan diri sendiri
Ketika semua Deathdrive berhasil dikalahkan, tiba-tiba muncullah satu Deathdrive baru yang lebih kuat dari semua Deathdrive sebelumnya. Lain dengan Deathdrive lain yang menghasrati “kematian”, Deathdrive ini ingin hidup, tapi ia juga tetap ingin merasakan “nikmat” dari kematian. Untuk itu, dia datang untuk membunuh semua makhluk selain dirinya.
Dua ribu lima ratus tahun yang lalu, Buddha menemukan bahwa akar dari segala penderitaan adalah kegelapan batin yang membuat kita mencengkram adanya “aku” yang berdiri sendiri. Bahasa gampangnya penderitaan dari sikap mementingkan diri sendiri. Yang penting “aku” bahagia, persetan kalau yang lain menderita karenanya.
Kenapa ada korupsi? Karena ada orang yang berpikir tak masalah rakyat kehilangan haknya, yang penting dirinya bahagia. Kenapa ada perang? Karena ada negara yang menganggap tak apa negara lain hancur asal kedaulatannya terjaga. Kenapa ada pertengkaran dan konflik? Karena ada yang yakin dirinya sendiri yang paling benar atau paling pantas dibela, yang lain pasti salah.
Keserakahan, kemarahan, dan semua klesha lain bersumber dari sikap mementingkan diri sendiri ini. Dengan kata lain, ketika kita berhasil “menantang” klesha-klesha kasar yang mengganggu kita sehari-hari, kita akan melihat si dalang yang bersembunyi di baliknya, sama seperti Deathdrive kesembilan, Verum Vita, yang muncul ketika Deathdrive lainnya berhasil dikalahkan.
Isami dan Bravern tidak bisa menang sendiri melawan Verum Vita. Namun, di saat genting, semua tokoh di serial anime ini datang dan ikut bertarung bersama mereka. Para tokoh ini bukan sekadar menambah kekuatan tempur, tapi yang terpenting adalah mereka memberikan semangat juang. Pada momen ini (dan momen-momen klimaks lainnya), anime ini menggunakan istilah “yuuki bakuhatsu” yang berarti “ledakan keberanian”.
Buddha juga mengajarkan tentang keberanian luar biasa untuk menanggung penderitaan besar dan menjalani perjuangan panjang yang timbul dari menyadari kebaikan semua makhluk, namanya batin pencerahan atau “bodhicita”. Ketika seseorang telah membangkitkan bodhicita, ia “berubah” dari manusia biasa menjadi pahlawan bagi semua makhluk yang kita kenal dengan sebutan “Bodhisatwa”.
Bodhicita ini bukan kekuatan super yang hanya dimiliki segelintir sosok hebat nan ajaib seperti Kwan Im, Manjushri, atau Buddha Sakyamuni, melainkan bisa ditumbuhkan oleh siapapun lewat pembelajaran dan perenungan bertahap terhadap setiap topik ajaran Buddha, termasuk di antaranya rasa senasib sepenanggungan dengan semua makhluk yang sama-sama menderita karena klesha.
Tindakan apapun yang dilandasi oleh bodhicita menghasilkan kebajikan luar biasa besar karena objeknya adalah semua makhluk yang jumlahnya tak terhingga. Bodhicita juga memberikan keberanian dan kekuatan luar biasa yang membuat seorang Bodhisatwa mampu melakukan tindakan di luar nalar orang biasa, mulai dari mengorbankan harta, anak, istri, hingga nyawa sendiri demi kepentingan makhluk lain. Hasil akhirnya tentu adalah menjadi Buddha sang pemenang yang telah mengalahkan semua klesha, bebas dari segala penderitaan, dan bisa membebaskan makhluk lain juga.
Semuanya saling berkaitan!
Katanya bodhicita bukan kekuatan super dan bisa dimiliki semua orang, tapi kenapa sekarang kita tidak punya? Apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkannya? Kembali ke anime Brave Bang Bravern!, semua poin yang tadi disebutkan dirangkai menjadi kisah tokoh utama yang satu lagi bernama Lewis Smith, tentara Amerika yang dipercaya memimpin pasukan pendukung Bravern.
Lewis Smith tidak mengendarai robot super, juga tidak punya kekuatan super. Namun, ia punya keyakinan pada Isami dan Bravern, kepedulian pada keselamatan rekan-rekannya, dan inspirasi dari kartun pahlawan super favoritnya sejak kecil yang membuatnya bercita-cita jadi pahlawan juga. Semua ini menjadi modal yang membuatnya berani melakukan misi bunuh diri yang berujung pada “kelahiran kembali” Lewis Smith sebagai Bravern, robot pahlawan sungguhan.
“Mereka yang mengalahkan musuh seperti kebencian selagi menerima hantaman di dadanya adalah pahlawan-pahlawan yang berjaya. Sisanya hanyalah pembunuh belaka.”
Lakon Hidup Sang Penerang
Kita bisa mulai “mengikuti” jejak Lewis Smith dengan mulai mengidolakan Buddha seperti anak kecil yang mengidolakan tokoh favorit di kartun kesayangannya. Kita mulai dari mengenal sosok Buddha lewat riwayat Beliau dan kisah kehidupan lampau-Nya yang ada di Jataka. Ketika muncul rasa kagum dan terpikir, “Wow, Buddha keren ya,” kita bisa mulai mencari tahu segala sesuatu tentang Buddha, termasuk apa yang membuat Beliau sekeren itu. Ini adalah aspek penting dari Trisarana yang sering kita lupakan karena terpaku melihat Trisarana hanya sebatas membaca bait tertentu saat puja bakti, mempersembahkan dupa di altar wihara, atau berdoa memohon ini-itu.
Lalu, seiring dengan bertambahnya keyakinan kita pada Triratna, proses pembelajaran akan menuntun kita untuk mengenali klesha dan segala macam penawarnya. Sama seperti pertarungan sesungguhnya melawan Deathdrive ketika Bravern hadir, begitu pula kita bisa mulai berlatih melawan kemarahan, kemelekatan, dan klesha-klesha lainnya dengan panduan dari Buddha. Klesha yang kasar akan berkurang sedikit demi sedikit hingga kita bisa berhadapan dengan akar segala penderitaan: sikap mementingkan diri sendiri. Saat itu, kita juga akan ada di tingkat yang mampu merasakan penderitaan diri kita dan semua makhluk hingga mencapai “yuuki bakuhatsu” alias bodhicita dan siap bertarung demi kepentingan semua makhluk seperti Lewis/Bravern, Isami, dan semua rekan mereka melawan Deathdrive yang terakhir.
Keberanian itu tumbuh perlahan
Tentunya, semua itu merupakan proses yang panjang dan kita pasti akan menemui kesulitan. Salah, lelah, dan ingin menyerah akan sering mengganggu kita di sepanjang jalan. Mungkin akan muncul pertanyaan, “Kenapa harus aku yang bersusah-payah?”
Di saat seperti itu, kita bisa kembali mengingat perjalanan Isami yang berulang kali hampir menyerah karena putus asa, tapi berhasil kembali berjuang sampai akhir berkat keyakinannya pada Bravern dan dukungan dari banyak orang.
“Dan ketika kekuatan seseorang mulai menurun, ia harus berhenti sejenak agar dapat melanjutkannya lagi nanti. Ketika sebuah kewajiban telah sepenuhnya rampung, ia harus berkeinginan untuk melakukan yang lebih besar.”
Lakon Hidup Sang Penerang
Isami punya Bravern dan Lewis yang sabar mendampingi dan membesarkan hatinya serta memberikan kekuatan untuk berjuang. Kita juga punya Buddha, Dharma, dan Sangha yang selalu hadir dan percaya bahwa kita mampu melampaui semua penderitaan dan siap menuntun kita untuk menjadi pahlawan bagi semua makhluk.
Pelan-pelan, kita akan menyadari bahwa semua makhluk pada dasarnya sama: sama-sama tidak ingin menderita dan ingin bahagia. Lalu, kita juga akan menyadari bahwa kebahagiaan kita berasal dari semua makhluk: makanan yang kita makan, baju yang kita pakai, semua pengalaman menyenangkan yang kita alami bisa ada berkat kontribusi semua makhluk. Dan ini bukan hanya terjadi sekali, tapi selama milyaran kehidupan sejak waktu tak bermula.
Di saat yang sama, semua makhluk yang telah sangat baik kepada kita ini sedang menderita. Tak tahan dengan penderitaan kita sendiri dan tak tega melihat orang lain mengalami penderitaan yang sama, lahirlah yang namanya bodhicita: tekad yang luar biasa berubah menjadi keberanian dan kekuatan untuk berkorban demi makhluk lain, melewati berbagai kesulitan selama berkalpa-kalpa, berkehidupan-kehidupan, hingga menjadi Buddha sang pemenang yang telah menaklukkan semua klesha sampai ke akar dan mampu menolong makhluk lain meraih tingkatan yang sama.