Sosok Steven Seagal
Steven Seagal adalah bintang Hollywood yang baru saja berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan banyak tokoh, mulai dari sesama artis sampai presiden. Ternyata, Pak Steven ini bukan artis biasa. Pada tahun 1997, Steven Seagal dikenali sebagai tulku kelahiran kembali dari Chungdrag Dorje, guru Buddhis tradisi Nyingma (salah satu aliran tertua Buddhisme Tibet) dari Biara Palyul. Emang apa sih yang dimaksud dengan “tulku”?
Tulku = Buddha You Can Meet?
Tulku dalam bahasa Tibet merujuk pada Nirmanakaya, yaitu tubuh emanasi Buddha dalam wujud fisik yang bisa kita lihat langsung.
Orang-orang bergelar “tulku” adalah mereka yang diyakini sebagai emanasi para Buddha. Meski telah mencapai pencerahan, para tulku ini memilih untuk tetap lahir di samsara demi menuntun semua makhluk keluar dari penderitaan karena welas asihnya yang luar biasa.
Pernah berpikir kenapa ada anak yang dari kecil udah akrab sama kalkulus, padahal baru pertama kali diajari? Itu salah satu contoh karma yang dibawa dari kehidupan lampau. Para tulku juga membawa arus kesinambungan batin yang sama dari kehidupan lampaunya.
Di Tibet, seorang tulku yang diakui secara resmi biasanya akan mengambil peran & tanggung jawab pendahulunya di biara, khususnya untuk melestarikan ajaran atau praktik Dharma tertentu yang dulu ia kuasai. Untuk itu, seorang tulku tentunya harus dididik sejak kecil agar memiliki kualitas batin dan kemampuan yang dibutuhkan.
The Dark Side of Tulku System
Tidak semua tulku ditemukan sejak kecil dan sempat dilatih untuk menjadi Guru Dharma. Ada juga yang memilih beraktivitas dengan cara lain untuk berkarya demi kepentingan banyak orang. Steven Seagal mungkin salah satunya.
Karena sosok tulku biasanya sangat dihormati, “sistem” tulku ini punya risiko besar:
- Ada yang mengaku-ngaku sebagai tulku demi keuntungan pribadi
- Proses pencarian tulku kadang dipengaruhi oleh kepentingan politik.
- Ada kasus penyalahgunaan kekuasaan oleh tulku berstatus resmi, mulai dari yang sebatas dugaan sampai terbukti termasuk tindak kriminal.
Analogi Buddha dan Para Tulku
Buddha dan para tulku ibarat bulan purnama terpantul di air dalam tempayan. Bulan itu sangat jauh, tapi kita bisa melihat pantulannya dari dekat. Namun, kalau airnya keruh atau beriak, bulannya tak akan terlihat jelas.
Contoh zaman now-nya adalah nonton film di layar HP. Gambar resolusi 8k pun akan terlihat blur di gawai yang kurang canggih, apalagi kalau sampai layarnya rusak. Kalau para tulku tidak belajar, merenung, dan meditasi sampai meraih realisasi nyata, kita tidak akan bisa melihat kualitas Buddha dari mereka.
Tulku Belum Tentu Bisa Jadi Guru
Di zaman kemerosotan ini, meski pernah menjadi guru Dharma luar biasa di kehidupan lampaunya, tidak semua tulku bisa memberikan pengajaran Dharma. Bahkan ada yang memilih untuk menempuh jalur lain yang tidak terlihat berkaitan dengan Buddhadharma.
Jadi, dalam Buddhisme, status tulku tidak termasuk dalam kriteria memilih guru Dharma! Yang lebih penting adalah silsilah ajaran yang jelas, kualitas bajik, dan welas asih terhadap para murid yang dibimbing. Guru yang bisa menunjukkan Dharma sejati & menyentuh hati kita sehingga mau berjuang mengembangkan batin adalah Buddha yang sesungguhnya melebihi tulku mana pun! Tetapi, ada nggak sih sosok tulku sekaligus guru yang dekat dengan Indonesia?
Guru Dagpo Rinpoche
Guru Dagpo Rinpoche merupakan kelahiran kembali dari Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya. Sejak 1989, Beliau sudah rutin ke Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun, Beliau berusaha mengembalikan ajaran welas asih Nusantara ke negeri kita. Beliau juga tidak bertemu presiden atau selebriti dan hanya masuk berita seperlunya saja.
Baca lebih lanjut mengenai Beliau dalam: Kitab Kumpulan Pengajaran Dharma dan Cara Praktik Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche