Baru beli iPhone kemaren, besoknya ditodong di bus.
Baru gajian, ketika menarik uang di ATM, duitnya ketinggalan dan lenyap.
Baru coba-coba investasi, ternyata penipuan dan duit hilang.
Baru buka toko, harga barang jualan turun dan kamu bangkrut.
Coba bayangkan ketika kamu tertimpa hal ini, kamu pasti berpikir orang ini jahat, atau ini gara-gara temanmu tidak menemani kamu saat pulang malam, atau alasan-alasan lain yang bisa menjustifikasi kemalanganmu. Atau mungkin kamu meratapi nasibmu dan berkata, “Hidup ini gak adil banget sih!” Apa benar begitu? Ketika semua pertanyaan ini terlontar, Buddhisme menjawab:
“Itu adalah akibat karma yang harus kamu tanggung.”
Kamu mungkin bisa beralasan bahwa semua ini merupakan salah dari si penjahat, atau kamu menganggap semua karena kamu yang tidak hati-hati, tapi semua hal ini berujung pada kesimpulan bahwa kamu kehilangan suatu benda, dan tentu saja kejadian ini tidak datang serta-merta dari langit. Ya, kamu pasti telah membuat sebab-sebab yang membuat kamu saat ini merasakan rasanya kehilangan barang itu, yaitu MENCURI.
Logika sederhananya seperti ini, saat kamu mencuri suatu barang milik orang lain, ada orang lain yang merasakan kehilangan barang miliknya. Agar adil, kamu seharusnya akan merasakan rasanya kehilangan barang seperti yang orang itu rasakan juga kan? Inilah hukum yang dipercaya oleh umat Buddhis dan Hindu, yaitu hukum karma. Tapi perlu diingat bahwa hukum karma ini bukan hukum balas membalas, namun lebih kepada hukum sebab dan akibat, artinya saat kamu mencuri, kamu menanamkan sebab untuk menerima akibat-akibat yang sesuai untuk dirimu sendiri, bukan ke orang lain.
“Jadi semua akibat yang saat ini kamu alami merupakan hasil perbuatanmu sendiri.”
Lanjut ke kasus mencuri tadi, kamu merasa orang yang baik, tidak pernah melakukan pencurian, tapi kenapa sering mengalami kehilangan? Ada dua penjelasan yang bisa menjelaskan hal ini baca, yaitu:
- Pencurian tersebut kamu lakukan di kehidupan lampau. Akibat dari perbuatan mencuri adalah: kemiskinan, penderitaan, kekecewaan, kehidupan bergantung pada pihak lain
- Kamu melakukan pencurian, tapi tidak tahu dan sadar bahwa hal tersebut dikategorikan sebagai mencuri.
Lalu mari kita lihat apa saja yang bisa membuat hal yang kamu lakukan itu dianggap mencuri, atau bahkan bisa memperberat akibat yang dari mencurimu tersebut.
- Dasar: barang punya orang lain, tidak harus barang berwujud, barang tidak berwujud juga bisa, misalnya ide, karya digital atau software.
- Pemikiran di baliknya: apa yang kamu pikirkan ketika ‘memutuskan’ untuk mengambil barang milik orang lain, dibagi tiga yaitu:
- Identifikasi: yang diambil benar-benar barang punya orang lain, tidak salah ambil
- Motivasi: ada keinginan untuk mengambil barang orang tersebut
- Klesha: ada sikap melekat, benci, ataupun ketidaktahuan saat mengambil barang tersebut.
- Tindakan: tindakan mengambil barang itu sendiri. Mau buat diri sendiri kek, buat orang lain kek, ngambilnya nyuruh orang kek, selama kita mengambil barang orang lain yang tidak diberikan kepada kita, itu termasuk tindakan mencuri.
- Penyelesaian: ada pemikiran, “Hore, sekarang barang ini sudah jadi milikku.”
Jika tindakanmu memenuhi 4 poin di atas, kamu sudah melakukan karma lengkap mencuri dan menerima akibat yang lengkap pula.
Cari tahu tentang akibat-akibat dari karma mencuri di sini.
Kalau meminjam barang orang lain, terus lupa dikembalikan, yang punya juga lupa pernah meminjamkan. Itu bukan mencuri kan?
Saat kamu berpikir, “Ini barang jadi punyaku karena orang itu lupa”, artinya kamu udah mencuri.
Jadi sudah tahu kan bahwa menghindari mencuri itu tidak segampang itu? Artinya mungkin perbuatan-perbuatan kecil seperti nge-charge tanpa ijin, ataupun minjem barang lupa kembaliin, yang selama ini kamu rasa oke-oke saja, ternyata merupakan perbuatan mencuri juga.
Lalu harus bagaimana? Yang harus dipikirkan adalah bagaimana kamu mulai menghindari tindakan pencurian tersebut, apalagi yang selama ini secara tidak sadar kamu telah lakukan, marilah mulai dari rasa penyesalan dan takut akan akibatnya dulu, coba diingat-ingat terus. Kamu tidak mau menderita hal-hal diatas lagi akibat buah karma mencuri kan?
Sang Buddha mengajarkan hukum karma tujuannya agar semua hal yang kamu alami saat ini harus bisa diterima sebagai pelajaran berharga akibat dari buah karma kita, jadi bukannya meratapi hasil karmamu yang lampau (karena yang sudah lewat toh tidak bisa diubah lagi). Sebaliknya, mulai dari sekarang, kita berusaha menghindari tindakan pencurian tersebut. Let’s be positive and do our best!