Ne Zha 2, salah satu film animasi tersukses sepanjang sejarah, punya makna istimewa bagi umat Buddha bukan hanya karena diangkat dari tokoh dalam mitologi Buddhis. Lebih penting dari itu, film ini penuh dengan adegan yang bisa menginspirasi kita untuk merenungkan Dharma dan mengaitkannya dengan kehidupan kita. Apa saja adegan itu? Mari kita simak beberapa contohnya!
Kasih Sayang Buddha Seperti Kasih Sayang Ibu

Meskipun punya anak yang emosian, jahil, tengil, dan suka tantrum, ibunya Ne Zha tetap sayang banget sama anaknya dan gak tega kalau anaknya harus sakit, sedih, menderita.
Ini memberi kita bayangan kasih sayang seperti apa yang harus kita latih, seperti yang disebut dalam Karaniya Metta Sutta:
Mātā yathā niyaṁ puttaṁ
āyusā eka-puttam-anurakkhe,
Evam-pi sabba-bhūtesu
māna-sambhāvaye aparimāṇaṁ.
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.
Kasih sayang Buddha ke kita juga sama. Walau kita malas, banyak bikin karma buruk, keras kepala, Buddha tetap sayang sama kita dan mau membimbing kita untuk jadi lebih bahagia. Gimana cara kita membalasnya? Ya latih diri supaya punya kasih sayang yang sama!
Sifat Buruk Bisa Berubah dengan Bimbingan yang Tepat

Ne Zha punya kepribadian yang luar biasa emosinya, mode senggol bacok! Tetapi berkat orang-orang di sekelilingnya, Ne Zha bisa menjadi pahlawan yang memikirkan rakyat dan disayang banyak orang.
Kedua orang tuanya memberikan kasih sayang sekaligus didikan tegas. Taiyi, gurunya Ne Zha, mengajarkan nilai-nilai hidup padanya ketika sedang latihan. Persahabatan Ne Zha dengan Ao Bing yang sifatnya bertolak belakang juga sedikit demi sedikit memengaruhi karakter Ne Zha.
Dari sini kita bisa belajar bahwa tidak ada orang yang baik atau jahat dari sananya. Mungkin kita punya karma masa lampau yang membuat kita punya kecenderungan tertentu, tapi semua orang bisa belajar menjadi lebih baik, sabar, peduli pada orang lain, hingga akhirnya memberikan manfaat bagi diri sendiri & banyak orang.
Penderitaan di Semua Alam Semesta

Meskipun Ne Zha punya kekuatan super, hidupnya tetap menderita karena ia ditakuti banyak orang dan sering tidak sengaja melukai orang-orang dengan kekuatannya. Ao Bing juga sama, meskipun dia terlahir dari mutiara roh, tapi dia juga menderita karena berasal dari keluarga naga yang ditekan oleh para dewa dan terpancing untuk mengancam keluarga sahabatnya.
Rakyat jelata yang tadinya hidup damai bisa tiba-tiba kehilangan rumah dan bahkan nyawa karena peperangan siluman dan dewa. Para siluman apalagi, mereka hidup di tempat seperti neraka. Di saat yang sama, para dewa yang menekan mereka juga sebenarnya dilanda kecemasan akan masa depan yang tak pasti.
Ini mengingatkan kita bahwa di alam samsara, penderitaan tetap ada, bahkan meski kita punya kekuatan atau status tinggi.
Maukah Kita Berjuang untuk Keluar dari Penderitaan?

Pada film Ne Zha 2, ada adegan di mana Ne Zha dan para siluman terkurung dalam kuali surgawi. Semua yang di dalam udah hopeless banget, cuma bisa pasrah aja dan tunggu mati. Tapi setelah melihat perjuangan Ne Zha untuk keluar, mereka tergerak untuk bekerja sama untuk membuka kuali surgawi dengan mengerahkan seluruh tenaga yang masih tersisa. Jika mereka tidak membantu, mungkin kuali itu tidak akan bisa terbuka dan tak satu pun dari mereka bisa bebas.
Baca juga: Bang Brave Bang Bravern adalah Anime Religi?
Ini sama halnya kayak kita kalau cuma pasrah sama keadaan, menunggu hal-hal baik jatuh dari langit. Padahal kalau tanpa usaha, tanpa kebajikan, bagaimana kita bisa mengubah nasib?
Memang hidup itu menderita, tapi para Buddha sudah menunjukkan kalau pembebasan bisa dicapai. Beliau juga pasti mau menolong kita tanpa pilih kasih. Pertanyaannya, kita mau gerak atau nggak?
Pentingnya Sahabat Dharma yang Baik

Tidak terima dipandang rendah karena lahir sebagai siluman, Shen Gongbao melatih kekuatan gaib dan melakukan banyak kejahatan dan menyakiti makhluk lain karena mengira dia perlu melakukan semua itu agar bisa setara dengan para dewa. Dia tersesat karena mengandalkan teman yang salah. “Teman” ini sakti dan terlihat baik, tapi ternyata mengumpulkan kekuatan di atas penderitaan makhluk lain.
Di sisi lain, ada Taiyi yang penampilannya cenderung konyol dan sekilas terlihat ceroboh, tapi tidak pernah berprasangka buruk pada orang lain dan berlaku adil pada manusia maupun siluman. Meski kadang terlihat “main-main”, dia selalu mendorong muridnya untuk jadi lebih sabar dan peduli pada makhluk lain.
Pencapaian spiritual seseorang tidak ditentukan oleh kekuatan gaib. Guru yang baik bukanlah guru yang pamer kekuatan atau penampilan, tapi menuntun muridnya menuju kebajikan.
Semua makhluk adalah Ibu-Ibu Kita

Ingat adegan Ao Bing bertarung dengan Shen Zhengdao di ujian kedua? Dia berhenti ketika menyadari bahwa Shen Zhengdao mirip seperti ayahnya yang hanya memperjuangkan nasib klan mereka. Belum lagi Shen Zhengdao ini adalah ayah dari Shen Gongbao, gurunya Ao Bing. Ia pun tidak lanjut bertarung dan bahkan berusaha mencegah dewa-dewa lain yang memburu Shen Zhengdao dan keluarganya.
Ini adalah pengingat bagi kita bahwa kita bisa menemukan kesamaan antara diri kita dengan semua makhluk. Itu adalah dasar untuk mengembangkan rasa peduli dan mengakhiri kemarahan atau rasa benci. Lagipula, orang yang baru kita temui pertama kali bisa jadi punya hubungan yang sangat dekat dengan kita. Buddha juga ngajarin bahwa semua makhluk pernah jadi ibu yang merawat kita kan?
Peran “Pelindung Dharma” yang sesungguhnya?
Nezha dalam film Nezha 2 mungkin merupakan hasil imajinasi para pembuatnya, tak lagi sama persis dengan putra ketiga pelindung Dharma Vaisravana dalam kanon Buddhis. Namun, jika menonton film ini bisa membuat kita mengingat topik-topik Dharma, menjadi semakin yakin, dan terinspirasi untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka bisa dibilang Nezha versi film ini telah menjalankan peran sebagai “pelindung” bagi Dharma di batin kita.