Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Artikel » Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17

    Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17

    0
    By Editor Lamrimnesia on April 15, 2025 Artikel, Featured, Wacana

    Apa rasanya mati? Dialog ini saya rasa cukup sering ditanyakan kepada Mickey, tokoh utama dalam film Mickey 17. Hal ini menarik bagi saya; menarik karena tanpa kita sadari sepenuhnya, kita sendiri sering mati dan lupa bagaimana rasanya mati. Bisa jadi bagi yang tidak percaya reinkarnasi, hal ini tentu tidak menjadi permasalahan utama. Namun, bagaimana rasanya terus berputar dalam lingkaran hidup dan mati? Itu adalah pertanyaan utama bila film ini kita hubungkan dengan spiritualitas Buddhis. 

    “Mickey 17” adalah film karya sutradara Bong Joon Ho yang terkenal sebagai sineas yang kerap menyoroti isu kesenjangan kelas dan lingkungan dalam kemasan dark comedy dan percampuran berbagai genre. Film ini mengikuti perjalan tokoh bernama Mickey Barnes yang mendaftar menjadi seorang “expendable“ dalam upaya menemukan planet baru untuk dihuni manusia. Sebagai seorang “expendable“, Mickey melakukan berbagai tugas berbahaya yang mengancam nyawa. Ingatan Mickey secara rutin diunggah ke dalam semacam mesin penyimpanan dan setiap kali ia mati, Mickey yang baru akan dicetak ulang dan diisi dengan ingatan terakhir yang disimpan di mesin tersebut. Teknologi cetak ulang manusia ini tentunya sempat memicu pro dan kontra. Pemerintah pun memutuskan bahwa cetak ulang manusia diperbolehkan dengan batasan tertentu: terbatas 1 orang “expendable” demi menyukseskan misi mencari planet baru dan hanya boleh dilakukan ketika orang tersebut dipastikan sudah meninggal. Jika sampai ada kejadian ada 2 orang yang sama di satu waktu, salah satunya harus dieksekusi.

    Dalam Mickey 17, menariknya, “kelahiran” digambarkan sebagai mesin print 3D manusia berbentuk lingkaran putih dengan aksen warna biru yang mencetak manusia dalam posisi mendatar. Sedangkan, kematian dalam film ini ditunjukkan dengan lingkaran lubang menuju bawah tempat aliran lava panas menanti untuk membakar habis apapun yang dijatuhkan dari atas. Bagi saya, ini adalah penggambaran yang sangat menarik dari pembuat film. Kelahiran digambarkan prosesnya mendatar, seolah menandakan kehidupan kita bisa jatuh ke bawah, naik ke atas, atau netral-netral aja dan mendatar, tidak ada yang tahu. Sebaliknya, bila kita mati, hampir bisa dipastikan kita akan jatuh ke alam rendah, diwakilkan oleh alam neraka panas. Mickey sudah sering kali digambarkan dalam film sudah sering melewati kedua lingkaran ini hidup-mati terus menerus bagaikan dua lingkaran dalam simbol tanpa batas (infinity).

    Mesin cetak manusia – sumber: firstshowing.net

    Kejadian tak diinginkan akhirnya terjadi ketika Mickey ke-18 tanpa sengaja sudah dicetak ulang sementara Mickey ke-17 belum dipastikan kematiannya. Di sini kita dapat melihat dengan jelas, walaupun wajah, bentuk badan, golongan darah, dan bahkan ingatan bisa diduplikasi, namun kesadaran tiap individu akan berbeda. Pada akhirnya Mickey ke-17 juga meminta maaf secara batin kepada Mickey-Mickey lain yang telah meninggal; meminta maaf karena selama ini dia menyangka bahwa mereka semua memiliki satu kesadaran, satu jiwa/roh yang sama, padahal tidak demikian.

    Kejadian tak terduga yang menghadirkan Mickey 18 ini membuatnya sadar bahwa walau mereka semua sama namun tidak serupa, dan setiap kesadaran itu unik. Ini tentu menarik untuk kita renungkan bahwa tiap kehidupan walau nampaknya sama, tapi tiap kesadaran itu unik adanya. Bahkan dalam pandangan ajaran Buddha kesadaran kita berubah tiap momennya, tidak harus menunggu kematian tiba!

    Mickey 18 & Mickey 17 – sumber: whattowatch.com

    Satu lagi yang menarik adalah adanya kehidupan di luar angkasa. Hampir sebagian besar film baik dari Asia maupun Hollywood selalu menggambarkan bahwa kehidupan di luar angkasa (alien) itu pasti jahat dan berusaha memusnahkan manusia. Namun, tidak begitu jadinya dalam film ini, alien dalam film ini memang digambarkan sebagai makhluk dengan wujud mengerikan, jalannya merayap, dan bisa berkomunikasi satu sama lain dengan bunyi-bunyi aneh. Akan tetapi, alien ini tampak sangat menghargai kehidupan. Bahkan ketika Mickey membutuhkan pertolongan, mereka begitu saja menolongnya dan tidak mengharapkan imbalan apapun. Alien ini memegang prinsip hukum karma versi mereka dengan sangat ketat. Ketika salah satu dari mereka dibunuh oleh manusia, maka mereka juga meminta hal serupa juga dilakukan terhadap manusia. Setelah “karma” itu terbayar, tidak ada rasa dendam atau niat jahat lagi kepada manusia dan bahkan mereka bisa hidup berdampingan.

    Para alien di Mickey 17 – sumber: arstechnica.com

    Pada akhirnya film ini penuh dengan gaya sutradara Bong Joon Ho yg selalu menekankan isu lingkungan hidup ditambah bumbu perbedaan status sosial dan budaya. Namun, kali ini dia juga menyertakan permasalahan etika dan moral dengan aturan yang memang tertulis namun penerapannya dalam keseharian seringkali abu-abu tergantung seberapa besar keuntungan yang didapat oleh penegak aturannya. Film ini jadi semakin menarik bila dikombinasikan dengan pemahaman spiritual, terutama pemahaman Buddhadharma, dan direnungkan oleh tiap individu. Hasilnya tentu beragam, tapi akan menarik bila didiskusikan bersama untuk pemahaman Buddhadharma yang lebih lengkap lagi.

    Penulis: Chatresa7

    review film Buddhis
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleAgama Buddha dan Kemerosotan Moral
    Next Article Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    Editor Lamrimnesia

    Related Posts

    Review Film Yuni (2021): Remaja Hilang Arah, Bisakah Triratna Menuntun?

    Film BISING – Merenungkan Cara Mengolah Emosi

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.