Minggu (29/12/2024) – Hari ketujuh Indonesia Lamrim Retreat 2024 diawali dengan 6 Praktik Pendahuluan–praktik Buddhis yang dulu diajarkan oleh Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya–yang dilantunkan dengan irama gamelan selonding. Lalu, Y.M. Biksu Bhadra Ruci memulai pengajaran dengan pernyataan bahwa diri kita tidak bisa mengontrol segala fenomena di dunia. Walaupun kita berupaya agar segala sesuatu berjalan sesuai dengan yang kita kehendaki, nyatanya samsara tidak semudah itu untuk diatur oleh diri sendiri. Kembali lagi seperti yang pernah disampaikan oleh Y.M. Suhu, kita adalah pasien. Kita perlu belajar Dharma untuk sembuh. Namun, terkadang kita tidak sadar bahwa kita sedang sakit, maka itu kali ini Y.M. Suhu akan menjelaskan terkait “penyakit” yang kita miliki.
Y.M. Suhu menyebut bahwa batin terbagi menjadi dua: batin utama dan faktor batin. Batin sendiri letaknya ada di tiap kesadaran indra, salah satunya telinga sebagai indra pendengaran memiliki kesadaran pendengaran. Dengan kesadaran tersebut, terjadi suatu karma. Misalnya ketika batin yang awalnya netral, kemudian mendengar bunyi alunan gamelan selonding, maka batin akan langsung terfokus ke bunyi tersebut. Rasa yang dinikmati ketika mendengar bunyi tersebut adalah suatu karma.
“Semua fenomena di luar adalah netral. Semua warna baik-buruknya ada di batin.” ucap Y.M. Suhu. Selama 24 jam dalam sehari, kita pasti selalu membuat karma. Karma yang dibuat ada 3 jenis: netral, senang, dan tidak senang. Ketiganya berawal dari batin, seperti senang berasal dari faktor bajik dan tidak senang berasal dari faktor tidak bajik.
Kemudian Y.M. Suhu membagikan salah satu fenomena dalam dunia psikologi yang berhubungan dengan Buddhadharma. Dari kecil, sifat mementingkan diri sendiri (ego) tumbuh dalam diri kita. Ego ini sifatnya keras sekali, serta akan selalu berupaya untuk menang dan sukses. Sedari kecil, ego yang dipupuk terus-menerus akan menjadi superior. Ego tersebutlah yang membuat kita berpotensi mengidap NPD (Narcissistic Personality Disorder) atau gangguan kepribadian narsistik. Gangguan kepribadian satu ini sangat berbahaya karena bisa membuat orang di sekitarnya sangat tertekan, bahkan sampai depresi dan mengalami gangguan mental lain. Menurut psikolog, NPD tidak dapat disembuhkan. Yang dicari dari seorang NPD adalah rasa sensasi untuk memuaskan egonya dengan ketergantungan orang lain pada dirinya.
Orang bisa mengalami NPD karena kurang rasa percaya diri (insecure). Seperti orang shopaholic (pecandu belanja) akan memuaskan egonya untuk belanja terus-menerus agar: (1) merasa gembira, (2) melepas stres, (3) membuat dirinya lebih percaya diri, penderita NPD juga merasakan sesuatu yang kosong dalam batinnya dan berupaya mengisi kekosongan itu dengan sesuatu di luar dirinya.
Layaknya black hole (lubang hitam), jika kita melemparkan barang ke dalamnya terus-menerus, lubang tersebut tidak akan bisa penuh, atau seperti sesuatu yang dijatuhkan ke sumur tidak berdasar, sumur tersebut tidak akan pernah bisa terisi penuh. Segala bentuk pujian atau barang materi yang “dilempar” untuk memuaskan ego tidak akan membuat kita merasa puas. Ibaratnya, bahkan jika ego diberikan segala sesuatu di dunia pun, ia tidak akan pernah puas.
Masih terbuka kesempatan untuk menutup tahun yang lalu dengan kebajikan dan membuka tahun baru dengan harapan akan perubahan di Mahapranidhana Puja & Indonesia Lamrim Retreat 2024, 20 Desember 2024–1 Januari 2025, di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Narahubung: Lamrimnesia Event +62 852-1122-0149
Informasi terbaru mengenai kegiatan ini dapat diikuti di Instagram lamrimnesia & lamrimretreatid.