Masih seputar kematian, artikel ini akan membahas poin kedua dari perenungan tentang kematian, yakni waktu kematian yang tidak pasti. Sebelumnya, kita telah membahas bahwa kematian itu pasti datang. Eitsss, tapi nih, walaupun kita udah tahu bahwa kematian itu fix bakal datang, sayangnya kita tidak akan pernah tahu kapan waktu itu akan tiba. Kita tidak akan pernah tahu ajal siapa yang akan tiba duluan, entah itu orang tua kita, teman kita, atau kita sendiri!
Bayangkan, hari ini berjalan seperti hari normal pada biasanya. Tepat pada pukul 12 siang, kita sedang beristirahat dari hiruk-pikuk kerjaan kantor pagi ini. Karena sudah waktunya jam makan siang, kita memutuskan untuk memesan makanan plus segelas kopi kekinian dari tempat favorit kita lewat ojek online. Habis klik order, udah deh kita tinggal nunggu si abang ojeknya datang ke tempat kita. Benar-benar tidak ada yang salah dari momen tersebut. Aktivitas ini berlalu seperti hari-hari sebelumnya.
Namun, selagi menunggu, apakah kita bisa yakin seratus persen bahwa pesanan kita akan tiba duluan dibandingkan ajal kita? Buset, seram juga ya kalo pikiran ini secara random terlintas di otak kita. Kalau mendadak mati hari ini, kita nggak bakal sempat buat ngelakuin semua plan yang udah kita rencanain sebelumnya. Belum sempat jalan-jalan ke luar negeri, belum sempat ngebahagiain orang-orang yang kita sayangi, atau bahkan sekadar ketemuan untuk terakhir kalinya dengan orang-orang terdekat buat say goodbye. Atau mungkin kita juga nggak sempat minta maaf sama orang-orang yang dulu pernah kita sakiti. Itu pastinya akan membuat kita sangat menyesal.
Lebih parahnya lagi, kita juga sama sekali nggak tahu kita bakal terlahir di mana pada kehidupan berikutnya. Mending kalau kita cukup beruntung berkat koleksi karma bajik kita yang mencukupi, jadi bisa terlahir kembali sebagai manusia (baca: Lebih Langka dari SSR! Nilai Besar Kelahiranmu sebagai Manusia). Tapi gimana kalau ternyata karma buruk kita lebih banyak? Atau kita lagi stres, atau syok dan nggak terima karena mati mendadak, terus pikiran jadi dikuasai hal-hal negatif saat mati sehingga kita terlempar ke alam rendah? Hiiy… Seram…
Itulah alasan kenapa kita harus banget praktik Dharma dari sekarang! Praktik tersebut akan menjadi bekal bagi kita buat mempersiapkan kehidupan kita selanjutnya.
Namun, karena pikiran kita masih sangat ‘batu’, kita masih aja kepedean. Ah, nanti aja baru mikirin Dharma. Toh gak mungkin kita mati hari ini banget. Aneh-aneh aja sih! Ya kali tiba-tiba kita bisa mati mendadak, padahal pesanan makanan kita aja belum tiba.
Walau seram, kalau dipikir-pikir ulang, ya memang sangat mungkin sekali, loh! Bisa aja tiba-tiba kita kena serangan jantung terus semua seketika lewat begitu aja. Atau bisa jadi karena stroke, gagal ginjal, atau kepleset di tangga terus jatuh kena kepala. Cukup kita list aja semua sebab kematian yang datangnya emang serba mendadak tanpa izin dulu sama kita. Siapa yang tahu, toh?
Makanya, kita perlu banget buat merenungkan tiga poin berikut ini biar kita selalu siap menghadapi waktu kematian yang tidak pasti ini.
- Dukun paling sakti pun nggak bisa meramalkan berapa lama sisa hidup kita di dunia ini
Kematian itu akan datang menghampiri siapapun tanpa mengenal umur, jenis, kelamin, jabatan, dan lainnya. Banyak sekali di antara kita yang sangat percaya diri dengan merencanakan segala sesuatu untuk dilakukan sepuluh atau dua puluh tahun kedepan dan berusaha mengejar tujuan itu mati-matian tanpa sadar bahwa mereka bisa saja mati keesokan harinya.
Merencanakan segala sesuatu itu tidak salah loh, ya! Yang salah adalah memperjuangkan rencana tersebut dengan mengerahkan semua energi kita ke arah tersebut tanpa memikirkan apa yang harus kita lakukan jika kematian tiba lima menit lagi.
Waktu kematian tiap seseorang itu memang seperti sebuah misteri. Jika saja kita tahu bahwa kita akan mati di umur delapan puluh tahun, mungkin saja kita bisa membuat sebuah rencana untuk bersenang-senang sepuas mungkin sampai kita berumur enam puluh tahun, lalu berusaha untuk praktikin Dharma dengan niat ‘menghapus dosa’ yang sudah kita lakukan selama enam puluh tahun ke belakang di sisa umur kita yang tinggal dua puluh tahun lagi.
Sayangnya, nggak gitu cara kerjanya kematian. Dia datang pada waktu yang tidak pasti untuk memotivasi kita dalam memanfaatkan waktu setiap saat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada satu momen pun yang kita sia-siakan dan kelak akan membuat kita menyesal.
- Hal-hal yang bikin makin ‘cepat mati’ lebih banyak dibanding yang bikin panjang umur
Simpelnya, kita itu lebih gampang buat mati dibandingkan memiliki umur yang panjang. Ketika kita naik kendaraan, baik itu motor, mobil, kapal, ataupun pesawat, akan selalu ada potensi berbahaya yang menyebabkan kita mati. Bahkan ketika kita sedang berada di tempat yang paling aman pun seperti di rumah kita, bencana bisa saja mampir dalam bentuk kebakaran, gempa, rumah roboh, dan lainnya.
Aktivitas-aktivitas yang kita anggap sebagai sesuatu yang bisa memperpanjang hidup kita juga bisa menjadi ancaman. Sebut saja makan dan minum. Jika kita salah makan atau minum, atau makan terlalu banyak, atau terlalu sedikit, tentu saja itu akan membawa penyakit baru yang berujung pada mempercepat waktu kematian kita. Ah, sudahlah, mungkin kita sudah bisa menerka-nerka ending dari kisah ini.
Terus, olahraga yang kelihatannya membuat tubuh kita menjadi sehat juga bisa menyebabkan kita cedera yang ujung-ujungnya mempercepat waktu kematian kita. Salah makan obat atau kekeliruan dalam perawatan medis, misalnya, juga dapat menghasilkan akibat yang tidak diinginkan oleh kita semua.
Artinya, faktor-faktor penopang kehidupan itu sangat sedikit sekali dibandingkan faktor-faktor yang dapat menunjang kematian kita. Ternyata, kita itu sebenarnya sangat rentan banget buat mati!
- Tubuh kita itu rapuh banget. Ketusuk duri dikit aja kita udah kelabakan
Tubuh kita itu merupakan kumpulan dari sistem kerja organ yang sangat kompleks. Ketika ada satu bagian saja yang tidak berfungsi dengan baik, itu bisa jadi salah satu penyebab kematian kita. Kelamaan kena sinar matahari aja rasanya kulit kita udah terbakar. Kelamaan di bawah AC dikit aja kita juga udah bersin-bersin. Belum lagi kalau kita ngomongin kanker, tumor, sesak napas, dan sederet penyakit-penyakit berat lainnya.
Satu-satunya alasan kita sekarang masih bisa hidup dengan normal adalah napas yang keluar masuk lewat hidung kita. Ketika napas itu sendiri sudah berhenti bekerja, ah sudahlah, biarkan saja episodenya bersambung ke kehidupan selanjutnya.
Itulah tiga poin tentang ketidakpastian waktu kematian yang harus membuat kita siaga setiap saat jikalau waktu itu datang tiba-tiba di suatu momen saat kita sedang lengah. Jadi, jangan lupa ya untuk mempersiapkan diri kita setiap saat!
Referensi:
Pembebasan di Tangan Kita Jilid II oleh Phabongkha Rinpoche
Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan: Lamrim Chenmo Jilid 1 oleh Je Tsongkhapa
Jika Hidupku Tinggal Sehari: Apa yang Bisa Kuperbuat? oleh Dagpo Rinpoche