Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • Dalai Lama Membahas Kerukunan Beragama Dengan Cendekiawan Muslim
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Featured » Spirit Doll & Krisis Kasih Sayang

    Spirit Doll & Krisis Kasih Sayang

    0
    By itsupport on January 27, 2022 Artikel, Featured, Wacana

    Bisa menyayangi tanpa risiko ditolak. Katanya, bisa juga berkomunikasi dengan dunia lain dan minta pertolongan duniawi. Mendengar hal ini, siapa yang tidak tertarik mengadopsi spirit doll?

    Terlepas dari motif mengikuti tren atau “latah” karena melihat para influencer mulai mengadopsinya, fenomena adopsi spirit doll belakangan menjadi sesuatu yang sangat hangat diperbincangkan. Fenomena ini menarik untuk dibahas–bukan kontroversi benar-salahnya, melainkan alasan yang melandasi fenomena ini. Apa yang membuat seseorang memperlakukan “bayi” boneka layaknya makhluk hidup? Hal apa yang membuat memilih merawat boneka, bukan bayi manusia atau hewan peliharaan?

    Ivan Gunawan dan dua “anak”nya
    Sumber foto: Kompas.com

    Kebutuhan Emosional Dasar

    Sebelum membahas pertanyaan tersebut, penting bagi kita untuk mengetahui kebutuhan emosional dasar yang kita butuhkan sebagai manusia. Sejak lahir, semua makhluk hidup memiliki kebutuhan untuk bisa mengasihi dan dikasihi. Kita semua paham betul bahwa biarpun hal ini terdengar mudah, sebagian besar orang tidak memperoleh kasih sayang yang diharapkan, dan sebaliknya tidak mampu memberikan kasih sayang kepada orang lain. Orang tua yang cuek, teman-teman yang menjaga jarak, pasangan yang memberikan cinta bersyarat, serta budaya ketimuran yang tak jarang membuat kita merasa awkward ketika mengungkapkan perasaan menjadi tembok untuk saling bertukar kasih. Akibatnya, tidak sedikit orang yang merasa kesepian.

    Sudah Berusaha, Tapi…

    Ada pula orang yang sudah berusaha untuk menyayangi seseorang dengan sepenuh hati dan jiwa, namun tidak mendapat balasan dan bahkan mungkin memperoleh penolakan. Untuk sebagian orang yang mengalami hal ini, penolakan menjadi pengalaman yang menyakitkan. Banyak yang memutuskan untuk menarik diri, tapi perasaan ingin disayang dan menyayangi yang secara naluriah dimiliki setiap manusia tetap ada.

    Berhubungan dengan manusia menelurkan risiko–risiko ditolak, dikhianati, disalahkan, dan masih banyak lainnya. Tidak hanya dengan manusia, bahkan hewan pun bisa memberikan reaksi yang tidak diharapkan. Ketika kita berusaha menyenangkan kucing peliharaan kita misalnya, kucing kita tetap bisa galak dan mencakar kita tanpa ampun. Ego kita berpendar seolah memberikan sinyal: “Aku sudah memberikan cinta tak bersyarat lho! Kenapa aku malah mendapatkan perlakuan seperti ini? Sungguh tidak adil!”. 

    Cinta yang “Pasti Berbalas”

    Berbeda dengan makhluk hidup, spirit doll tidak rewel. Ia juga tidak bisa beraktivitas sendiri layaknya ayah, ibu, kakak, adik, dan pacar kita. Lebih lanjut, pengadopsi juga diyakinkan bahwa spirit doll akan “merespons” pemilik dengan positif. Memberikan kasih sayang dengan merawat, mengajak bicara, memeluknya tidak akan membuat kita merasa tertolak. Mengapa? Sebab spirit doll tidak akan merespons kita dengan penolakan. 

    Testimoni para adopter spirit doll di media sosial

    Selain menyayangi, kita juga bisa dengan bebas melakukan hal apapun terhadapnya tanpa dibebani tanggung jawab. Ketika berhubungan dengan orang lain, kita sering kali harus mengorbankan sesuatu. Akan tetapi, bisa saja tanpa disadari kita malah membuat orang tersebut menderita. Akhirnya, alih-alih merasa bahagia, kita malah merasa bersalah dan merasa tidak pantas menyayangi orang lain. Beda halnya dengan “mengasuh” spirit doll, spirit doll tidak akan merasa sakit atau kecewa dengan perlakuan yang kita berikan. Jika motivasi kita memiliki “spirit doll”, adalah seperti ini, bukankah artinya kita hanya sedang menghindar dari ketakutan dan kecemasan kita akan krisis kasih sayang?

    Pertanyaannya: benarkah kebahagiaan sesungguhnya bisa kita peroleh dengan semata memuaskan diri untuk bisa diterima dan melindungi ego dari penolakan? Sebagian orang percaya bahwa jika kita berwelas asih kepada orang lain, kita akan dimanfaatkan dan yang terburuk–dikhianati. Padahal, welas asih yang sesungguhnya justru membebaskan kita dari hal-hal tersebut. 

    Yang sebenarnya kita butuhkan adalah…

    Welas asih mengingatkan kita akan pengalaman bersama kita sebagai makhluk hidup. Misalnya, jika aku tidak ingin menderita, maka dia dan kamu pun sama halnya tidak ingin menderita. Kita sadar bahwa orang yang menyakiti kita atau tidak bisa melihat kebaikan kita pun sebenarnya merasa sakit. Mereka sakit karena klesha mengikat mereka sehingga menyakiti orang lain.

    Welas asih menyadarkan kita bahwa kebahagiaan sebenarnya bukan terletak pada penghindaran rasa sakit dan kesedihan. Toh rasa sakit tidak bisa dihindari selama kita masih berada di samsara. Kebahagiaan bisa dirasakan ketika hal-hal ini tidak lagi mengganggu kita. Kita bisa tetap menyadari penderitaan yang kita rasakan, sambil di sisi lain tetap berupaya untuk peduli terhadap orang lain.

    Welas asih bukan berarti membenarkan perbuatan jahat orang lain. Welas asih membantu kita berdamai dengan ketakutan dalam diri kita–ketakutan ditolak, dikhianati–yang juga dimiliki oleh semua orang, tak terkecuali mereka yang menyakiti kita. Berhubung ketakutan ini ada dalam diri setiap orang (walau bentuk dan intensitasnya bisa beragam), tidak akan tercipta titik temu jika tak ada pihak yang lebih dulu memulai untuk melawan ketakutan itu dan melatih welas asih.

    Saatnya Kita Bercermin

    Fenomena adopsi spirit doll ini sebenarnya tidak seharusnya dijadikan sebagai senjata untuk menyerang pihak tertentu. Malah, fenomena ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita untuk meningkatkan kualitas batin kita. Fenomena hanyalah fenomena. Ia datang dan pergi seiring berlalunya waktu. Baik atau tidaknya hal ini, hanya kita masing-masinglah yang bisa menilainya dalam diri kita. Kita tidak bisa melihat dengan jelas batin orang lain seperti mengetahui sejelas-jelasnya motivasi seseorang dalam mengadopsi spirit doll. Meskipun bisa jadi dilandasi oleh motivasi yang tidak murni, siapa yang tahu kalau-kalau orang-orang yang mengadopsi spirit doll sebenarnya punya niat melatih welas asih? 

    Beruntungnya, biarpun kita tidak bisa melihat batin orang lain, kita bisa dengan jelas melihat batin kita. Fenomena ini justru jadi penanda bagi kita untuk kembali bercermin:

    1. Apakah saat ini kasih sayang yang kita berikan kepada orang lain masih bersifat pamrih?
    2. Apakah ego kita takut disalahkan ketika kasih sayang kita disalahartikan oleh orang lain?
    3. Apakah saat ini masih sulit bagi kita untuk meruntuhkan ego ketika kasih sayang yang diberikan tidak berbalas?
    4. Apa yang masih menghalangi kita dari melatih welas asih?

    Selain jadi penanda, fenomena spirit doll ini mungkin bisa juga jadi pengingat bagi kita untuk berupaya belajar menerima hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Misalnya, belajar menerima penolakan dari gebetan atau menerima kesalahan yang pernah kita perbuat kepada anak atau sanak saudara kita ketika kita berusaha peduli. Kemudian, kita bisa perlahan-lahan berlatih untuk berwelas asih kepada orang di sekitar kita. Misalnya, dengan menanyakan kabar, mendengarkan ketika pihak lain tengah berbicara, atau memberi hadiah sederhana. Dengan begitu, kita mungkin akan menyadari bahwa welas asih yang sesungguhnya bisa berarti mencintai orang lain tanpa merasa takut. Bagaimana menurutmu?

    Penulis: Shierlen Octavia

    Referensi: 
    “Hati Tanpa Gentar” – Thupten Jinpa, Ph.D

    bodhicitta buddhisme lamrimnesia welas asih

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePENGUMUMAN: Call Center Lamrimnesia Hadir dengan 2 Nomor
    Next Article Tahun Baru Imlek: Budaya yang Bisa Jadi Praktik Dharma
    itsupport

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 25, 2023

    Dalai Lama Membahas Kerukunan Beragama Dengan Cendekiawan Muslim

    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.