oleh Junarsih
Kamis, 22 Juli lalu, civitas akademika STIAB Smaratungga dan Lamrimnesia dikejutkan dengan berpulangnya sosok yang mengedepankan pendidikan Buddhis dan pengembangan Buddhadharma, Sugiyatno.
Siapakah Sugiyatno?
Sugiyatno adalah Kaprodi di STIAB Smaratungga kelahiran Boyolali tahun 1976 yang juga mengajar mata kuliah Kesenian Buddhis dan Retorika. Beliau adalah putra seorang dalang. Darah seni ini pun turun padanya. Dosen satu ini sangat pawai bermain alat musik tradisional, melukis, menggubah lagu, dan piawai dalam kesusastraan Jawa. Sosok yang ramah dan baik hati ini bisa membuat suasana belajar di kelas sangat menyenangkan dan tidak membosankan, begitu kata para alumni dan mahasiswanya. Beliau juga menciptakan Mars dan Hymne STIAB Smaratungga.
Campursari dan keroncong adalah dua jenis musik kesukaan dosen retorika ini. Supriyanto, sahabat Sugiyatno sejak SLTA, mengatakan bahwa kepiawaian Sugiyatno dalam bidang seni membuat beberapa penggiat musik keroncong asal Boyolali bisa sukses. Saya pun menjadi kagum terhadap Beliau yang tidak hanya mementingkan pencapaian sendiri, tapi juga membantu orang lain meraih kesuksesan.
Kiprahnya dalam Dunia Pendidikan Buddhis
Supriyanto mengatakan bahwa meski Beliau bukan berasal dari keluarga yang berada, Beliau mampu menyelesaikan studinya hingga S2 dan mengabdikan dirinya demi pendidikan. Pendidikan tinggi bisa Beliau lampaui karena semangatnya yang luar biasa untuk terus belajar dan maju. Prestasi dalam dunia pendidikan pernah Sugiyatno capai pada tahun 2003 sebagai lulusan terbaik Sekolah Tinggi di PGA Smaratungga.
Handayani Pannacitta, salah satu alumni STIAB Smaratungga, juga sangat kagum dengan sikap disiplin yang Sugiyatno miliki. Beliau adalah salah satu dosen yang sangat tertib dengan aturan perkuliahan, bahkan bisa datang lebih awal di kelas daripada mahasiswanya. Beliau juga memiliki sifat yang tegas di hadapan mahasiswanya. Meski tegas, Beliau merupakan sosok dosen yang penyabar. Tak heran kalau banyak orang yang mengaguminya.
“Sosok Sugiyatno adalah orang dengan karakter kuat yang memikirkan pendidikan Buddhis dengan mengabdi sebagai dosen di STIAB Smaratungga,” ucap Hastho Bramantyo, seorang teman yang mengenalnya saat Beliau menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi di PGA Smaratungga. Sugiyatno selalu mengedepankan mutu dan kualitas tidak hanya untuk kampus secara umum, tapi juga kualitas dirinya sebagai tenaga pengajar. Beliau juga senang berbagi trik mengajar yang mutakhir, cara membentuk karakter mahasiswa, dan cara menumbuhkan cinta kepada mahasiswa dan pendidikan Buddhis.
Seorang mahasiswa bernama Yaka Paweja juga merasa kehilangan sosok dosen yang suka bercanda ini. Ia belajar banyak dari sosok Sugiyatno, salah satunya adalah agar belajar banyak hal tanpa takut salah.
Sugiyatno dalam Pengembangan Buddhadharma
Beliau tidak hanya cinta terhadap pendidikan Buddhis, tapi juga cinta dengan Buddhadharma. Dosen Retorika ini berkontribusi besar bagi pengembangan Buddhadharma di Jawa dengan menjadi Dharma Patriot Lamrimnesia sebagai penerjemah bahasa Jawa. Dosen ini telah menerjemahkan 6 buku Dharma ke dalam bahasa Jawa, buku tersebut di antaranya: Serat Pangayoman 2, Kaluhuran Kalairake Dadi Manungsa, Umpama Uripku Kari Sedina, Lamrim Intisarining Tripitaka, Wewadining Kabagyan, dan Catur Brahmawihara. Ke-6 buku ini telah dicetak sebanyak 6000 eksemplar dan telah dibagikan tanpa dipungut biaya kepada umat Buddha di Jawa.
Menurut Beliau, hadirnya buku Dharma berbahasa Jawa sangat membantu umat Buddha yang kurang memahami bahasa Indonesia, khususnya daerah pedesaan. Banyak orang lanjut usia di pedesaan yang sulit memahami bahasa Indonesia karena memiliki kata-kata serapan bahasa asing.
Hidup dan mati adalah sesuatu yang tidak pasti karena kita tidak bisa menebaknya. Yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan kehidupan sebagai manusia dengan sebaik mungkin. Kadang kita berpikir, apakah harus dengan langkah besar baru kita bisa menciptakan perubahan? Tidak, Sahabat! Ada banyak langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk menciptakan perubahan, seperti Sugiyatno yang sudah berusaha memajukan pendidikan Buddhis dan pengembangan Buddhadharma. Beliau bekerja keras menerjemahkan berbagai buku ke dalam bahasa Jawa agar bisa dimengerti oleh banyak orang. Ini adalah satu langkah yang bisa mengenalkan banyak orang pada Buddhadharma lebih jauh. Kita tidak perlu takut untuk bertindak dan berusaha.
Terima kasih & selamat jalan, Pak Sugiyatno.