Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Featured » Bahagia dari Kacamata si Perfeksionis

    Bahagia dari Kacamata si Perfeksionis

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on December 14, 2020 Artikel, Featured, Wacana

    oleh Candrika Jayawardhani

    Kupikir bahagia itu prestasi. Ranking 1, IP cumlaude, KPI exceeds expectation. Tapi semakin banyak prestasi, rasanya jadi beban yang menjerat. Begitu banyak hal harus kukorbankan demi mempertahankannya.

    Kupikir bahagia itu apresiasi dan tepukan di punggung, lengkap dengan pujian yang bikin melayang dan kata-kata “kamu hebat!”. Nyatanya, dari sekian banyak orang yang memuji banyak juga yang ternyata ikut bertepuk tangan ketika aku gagal.

    Kupikir bahagia itu punya gadget terkini, branded dan high quality. Pedihnya, ternyata pencuri bisa mengambilnya berkali-kali.

    Kupikir bahagia itu punya teman dan relasi, dikenal dan mengenal banyak orang. Sebenarnya, hanya segelintir orang yang benar-benar dapat kuandalkan dalam susah dan senang.

    Kupikir bahagia itu berilmu luas, tahu banyak hal dan jadi tempat bertanya. Ternyata ketika dihadapkan masalah hidup yang berat, ilmu duniawiku tak selalu bisa mengatasinya.

    Kupikir bahagia itu sesederhana bisa makan enak. Dari korean BBQ sampai Indomie goreng telur pakai cabe rawit. Tapi usut punya usut, ujung-ujungnya semua hanya akan berakhir jadi tahi.

    Lalu apa bahagia yang sebenarnya? 

    Bukan aku tak bersyukur dengan semua prestasi, apresiasi, gadget, teman, ilmu dan makanan enak itu. Tapi adakah bahagia yang konstan? Yang tak berubah menjadi penderitaan? Yang everlasting dan genuine?

    Hmmm, aku mungkin pernah mengalaminya beberapa kali!

    Bahagia ketika menyelamatkan seekor semut yang hampir tenggelam.

    Bahagia ketika orang lain jadi mengerti prinsip akuntansi setelah mendengar penjelasanku.

    Bahagia ketika aku berperan dalam perkembangan pola pikir dan keterampilan kerja anggota timku. Dan bahagiaku ketika mendengar mereka berhasil mendapat promosi jabatan.

    Bahagia ketika sebuah foto yang kuambil dan video yang kubuat ternyata mengingatkan orang lain akan kebaikan.

    Bahagia ketika memberikan telinga untuk mendengar masalah-masalah sahabatku dan membuat mereka merasa lebih lega.

    Bahagia ketika membantu orang lain yang kesusahan dan melihat senyum terima kasih mereka.

    Walau tak banyak momen bahagiaku yang sejati, tapi rasa bahagia itu tidak berubah walau telah berlalu. Ketika diingat kembali, hangatnya tetap di hati. 

    Bahagia dari sebuah kualitas kebaikan hati, didasari motivasi bajik dan dilakukan dengan senang dan tulus ternyata tak lekang oleh waktu.

    Dipikir-pikir, tak heran seorang Buddha selalu dalam keadaan mahasuka, selalu dalam keadaan bahagia yang konstan. Karena tubuh, ucapan dan batun Beliau selalu bajik dan penuh welas asih ingin menolong semua makhluk.

    Jika menolong seekor semut saja bahagianya tidak pudar, gimana menolong tak terhingga banyaknya makhluk? Kebahagiannya pun tak terhingga… Infinite happiness.

    Ternyata selama ini semua usaha kerja keras dan sifat perfeksionisku salah sasaran. Aku mati-matian mengejar bahagia tapi karena dibutakan oleh klesha, aku tersesat dalam bahagia yang semu. Mulai sekarang aku akan memakai kacamata Dharma sehingga dapat melihat dengan jelas dan mempelajari setahap demi setahap jalan menuju kebahagiaan sejati. Berjuang mencapai the real perfection, becoming a Buddha.

    Sebuah catatan renungan hidup seorang perfeksionis ditulis di Malang, 30 September 2020 dan didedikasikan untuk Guruku yang karenanya aku bisa merenung dan menjadi sadar.


    *) Opini penulis adalah tanggung jawab penulis yang tertera, bukan bagian dari tanggung jawab redaksi Lamrimnesia.

    bahagia buddha buddhism lamrim latihan batin pathway to everlasting happiness praktik Dharma renungan
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleLiputan: Belajar Matematika Ala Sriwijaya-Nalanda
    Next Article Kebajikan dalam Untaian Doa 2020: Sudahkah Aku Menghadapi Batinku?
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    Belajar Dharma Lewat OST Wicked

    Memaknai Borobudur dengan Keyakinan

    Borobudur Itu Apa Sih?

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.