Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Featured » BWCF 20 – Cerita Relief Borobudur: Menilik “Komik” Terbesar di Dunia
    borobudur writers & cultural festival 2020 bhikkhu anandajoti memotret relief Candi Borobudur
    Bedah buku cerita relief Borobudur

    BWCF 20 – Cerita Relief Borobudur: Menilik “Komik” Terbesar di Dunia

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on November 25, 2020 Berita, Featured, Wacana

    oleh Vioni Wilanda

    Apa yang terlintas di otakmu ketika mendengar “Candi Borobudur”? Tentunya pikiran kita akan menjawab kalau Candi Borobudur adalah Candi Buddhis terbesar di dunia dan itu benar banget! Tapi kamu tahu nggak alasan kenapa candi yang terletak di Jawa Tengah ini bisa disebut sebagai candi terbesar di dunia? Itu dikarenakan Candi Borobudur memiliki 1.545 stupa, 1.472 stupika (stupa yang berukuran kecil), 72 stupa berlubang, dan 1 stupa puncak. Wah! Banyak banget, kan? Oh ya, Mahacandi Borobudur ini juga disebut sebagai komik gigantik karena 2.672 reliefnya yang teruntai bagai komik gigantik berisi banyak cerita bernilai moral, spiritual, dan kultural lho!

    Nah, dalam rangka mengenal Candi Borobudur lebih jauh, saya berkesempatan untuk menambah wawasan kita dengan mendengarkan penjelasan mengenai relief Borobudur dalam acara Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF), tepatnya di sesi Bedah Buku Cerita Relief yang berlangsung pada tanggal 22 November 2020 secara online. Acara BWCF sendiri diselenggarakan oleh Samana Foundation untuk kesembilan kalinya dengan tema “Bhumisodhana: Ekologi dan Bencana dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara”. 

    Bedah buku dibawakan oleh Drs. Handaka Vijjananda, Apt. yang merupakan pendiri dari Ehipassiko Foundation. Beliau sangat mahir dalam menjelaskan isi dari ke-5 buku karya Bhikkhu Anandajoti yang berjudul: “Gandavyuha”, “Avadana”, “Lalitavistara”, “Jataka”, dan “Karmavibhanga”. Bhikkhu Anandajoti sendiri merupakan seorang penerjemah kitab suci Buddhis bahasa Pali & Sansekerta yang lahir pada tahun 1953 sekaligus fotografer situs Buddhis di Asia Selatan & Tenggara.

    Ikonografi Borobudur

    Pak Handaka memulai sesi bedah buku ini dengan menjelaskan ikonografi Borobudur. Beliau memaparkan dengan jelas dan rinci terkait lantai-lantai di Borobudur yang berjumlah 10 ini, terhitung dari lantai 0 sampai dengan lantai 9. Dan ternyata 10 lantai di Borobudur ini didasari oleh 10 tataran Dasabhumika Sutra, lho! Berlanjut ke pembahasan berikutnya yairu mengenai ikon-ikon relief di Borobudur, Beliau menjelaskan bahwa ada relief yang berwujud berbagai jenis makhluk, fauna maupun flora. Di dalam ikon relief flora, ditemukan 31 relief Kalpataru (pohon pengabul harapan). Kita juga dapat menjumpai relief 9 kapal dan relief 9 Stupa dan chatra (payung) di dinding-dinding candi.

    Penampang Candi Borobudur
    (Sumber: BWCF 2020)
    Potret Kehidupan Sehari-Hari di Jawa Kuno

    Selanjutnya Pak Handaka menyampaikan penjelasan panel relief-relief di Candi Borobudur. Pertama yaitu relief Karmavibhangga yang bercerita mengenai hukum karma yang digambarkan dalam bentuk kehidupan masyarakat Jawa kuno. Misalnya seperti relief orang-orang yang membayar pajak, akibat karma buruk di neraka, kegiatan menjaring ikan, dan tentunya masih banyak lagi. Relief selanjutnya yaitu relief Lalitawistara mengenai riwayat Buddha Gautama dari lahir sampai pertama kali memutar roda Dharma. Total relief Buddha Shakyamuni yang berada di Borobudur berjumlah 25 relief. Ketiga adalah relief Jataka yang berisi kisah kehidupan lampau Sang Buddha dalam menyempurnakan paramita demi mencapai pencerahan demi semua makhluk.

    Kisah epik Sang Buddha dan murid-muridnya juga bisa dibaca di sini!

    Lalu ada Relief Avadana yang mengisahkan himpunan legenda epik dari kisah kehidupan lampau Buddha Shakyamuni. Lalu yang terakhir adalah relief Gandavyuha yang menggambarkan perjalanan pencarian pencerahan, mulai dari perjalanan Sudhana mencari sosok guru spiritual, Maitreya yang menyingkap Dharmadhatu, perbuatan bajik Maitreya, dan lain-lain.    

    Relief Karmawibhangga
    (Sumber: BWCF 2020)
    Relief Lalitawistara
    (Sumber: BWCF 2020)

    Dalam dua jam saja, banyak banget yang bisa kita pelajari dari acara bedah buku ini. Rasanya pun nggak seperti membedah suatu buku, melainkan menjelajahi tiap sudut dari Candi Borobudur. Asyik banget pokoknya! Lalu Pak Handaka menutup acara ini dengan sedikit pesan. Beliau mengatakan kalau kita berkunjung ke Candi Borobudur, mohon agar tetap menjaga candi ini. Pengunjung diharapkan tidak bersandar di dinding relief agar reliefnya tidak terkikis. Sudah banyak relief yang terkikis dan stupa yang hilang. Jika kita tidak bisa memperbaikinya, setidaknya jangan merusaknya. Mari kita jaga dan lestarikan candi Buddhis terbesar di dunia ini!

    borobudur Borobudur Writers & Cultural Festival BWCF 2020 karmavibhangga komik lalitavistara relief
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleBWCF 2020 – Jiwa di Balik Ragam Flora Relief Borobudur
    Next Article Lebih Langka dari SSR! Nilai Besar Kelahiranmu sebagai Manusia
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    Ada Chattra di Stupa Bali – Studi Kasus: Goa Gajah

    Apakah Borobudur Sama Sekali Asing dengan Stupa Berchattra?

    Memahami Chattra dan Melerai Sebuah Polemik

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.