oleh Chatresa7
Jawabannya ya.
Umat Buddha memang menyembah berhala. Kenapa bisa begitu? Karena kita tidak mengenal siapa itu Buddha. Apa yang Beliau lakukan? Bagaimana cara Buddha menolong kita? Jika kita sebagai umat Buddha tidak mengetahui ini maka bisa dikatakan ya, kita umat Buddha menyembah berhala. Sebuah fakta yang pahit namun kalau jujur dikatakan, pantas saja beberapa orang mengatakan kita sebagai umat Buddha sembah berhala. Karena memang kita tidak mengetahui apa dan siapa itu Buddha dan hanya ikutan orang di sebelah untuk “menghormati” Buddha.
Apakah mengetahui siapa itu Buddha akan mampu membuat perbedaan? Tentu saja jawabannya iya. Dengan mengenali sosok Buddha, apa yang sudah Buddha lakukan, dan bagaimana cara Buddha akan menolong kita, tentu pengetahuan kita tentang Buddha bertambah. Hal ini juga akan berpengaruh cukup besar bagi kita umat Buddha. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita sebagai umat Buddha akan mampu memberikan penghormatan kepada Buddha dengan benar dan akan mampu dengan tegas mengatakan bahwa “Saya tidak menyembah berhala, namun saya meneladani Buddha dan memberikan penghormatan yang sebaik dan sepantasnya kepada Buddha.”.
Lalu apa itu yang dimaksud dengan berhala? Makna berhala di KBBI adalah: patung dewa atau sesuatu yang didewakan yang disembah dan dipuja. Jadi jelas sudah kalau Buddha itu kita anggap berhala belaka jika kita hanya ikut-ikutan orang sebelah untuk memuja atau menyembah patung Buddha. Ini berarti kita juga memposisikan Buddha jauh di bawah idola kita. Karena fakta sehari-hari kita lebih kepo dan mengetahui detail tentang idola kita dibandingkan Buddha.
Singkatnya orang akan berhenti mengatakan umat Buddha menyembah berhala ketika kita sebagai umat sendiri juga mampu memposisikan Buddha ke posisi yang sepantas dan selayaknya. Jujur dikatakan sebagian besar umat Buddha kalau ditanya tentu akan bingung memposisikan Buddha itu bagaimana? Apakah cukup sebagai salah satu dewa? Salah satu penasihat kaisar langit? Satu-satunya yang bisa tangkap Sun Go Kong? Tentu saja bukan seperti itu. Kalau kita sebagai umat Buddha sendiri tidak punya pengetahuan yang baik tentang Buddha, maka keyakinan kita juga tidak akan kuat, dan bila keyakinan ini tidak kuat maka ketika ada orang mengatakan kita menyembah berhala, kita hanya bisa tersenyum malu-malu atau malah marah kepada orang itu dan menghasilkan karma buruk.
Pada Waisak tahun ini, kita harus bisa memanfaaatkan waktu yang ada untuk merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri. Apa arti Buddha bagi diri kita selama ini? Baik dari segi arti kata itu sendiri maupun Buddha historis. Tanya kepada diri sendiri, dan coba posisikan diri sebagai pangeran Siddhartha. Apakah kita mampu dan dengan teguh mengambil pilihan-pilihan yang pangeran Siddhartha lakukan? Apakah kita berani untuk mencari jalan menuju pencerahan dengan meninggalkan semua harta, kuasa dan keluarga? Renungkan dengan baik hal ini, dan juga renungkan sebenarnya apa yang Buddha lakukan untuk menolong kita. Apakah kita merasakan pertolongan dari Buddha selama ini?
Ketika kita menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu pada diri kita, kita mungkin akan menemukan bahwa sebenarnya pemahaman kita akan Sang Buddha hanya sampai kulitnya saja. Kita tidak mengenal siapa Buddha sesungguhnya, kualitas apa saja yang Buddha miliki, dan sejauh apa kebijaksanaan dan welas asih yang telah Sang Buddha raih. Kita kita menyadari hal itu, alangkah baiknya kita mulai sungguh-sungguh mencari tahu tentang siapa itu Buddha dan membangun kembali keyakinan kita dari dasar. Saat itu, barulah kita bisa benar-benar menghormati Sang Buddha sebagai lebih dari sekadar ‘berhala’.