Karena COVID-19 nggak kunjung mereda, belajar di rumah dan kerja di rumah akhirnya diperpanjang. Karena makin nggak bisa ke mana-mana, kamu pun menyiapkan berbagai rencana untuk mengisi waktu di rumah. Kamu udah atur waktu untuk mengerjakan tugas-tugas, udah nyiapin daftar buku yang mau dibaca, udah daftar kelas-kelas online buat nambah skill, dan tentunya ancang-ancang bikin banyak kebajikan.
Sayangnya setelah sekian hari di rumah, kok rencananya cuma wacana?
Jangan-jangan ada Tiga Kemalasan Bersaudara yang bersarang di batinmu! Yuk kenali mereka dan usir mereka jauh-jauh!
- Si Tukang Rebahan (Kemalasan Berupa Penundaan)
Kalau udah rebahan atau main hp, berasa nggak sih susah banget untuk memulai kembali aktivitas yang harusnya kita lakukan? Pengganggu yang membuat kita menunda-nunda dan menghabiskan semua waktu kita ini adalah si ‘Tukang Rebahan’ alias kemalasan berupa penundaan. Karena ‘Si Tukang Rebahan’ ini, kita menjadi enggan dalam melakukan aktivitas bajik dengan segera.
Bagaimana mengusir si anak sulung kemalasan ini? Kamu perlu mempelajari, merenungkan, dan memeditasikan topik-topik Lamrim berikut:
- Kematian dan ketidakkekalan.
- Kemuliaan terlahir sebagai manusia.
- Sulitnya memperoleh kelahiran sebagai manusia.
Dengan memeditasikan topik-topik di atas, kita akan sadar bahwa “deadline masih lama” atau “hari masih panjang” itu adalah ilusi! Awalnya kamu berpikir, “Ah, baru jam 8, pujanya nanti jam 10 aja,” lalu kamu lanjut goleran, eh tahu-tahu sudah jam 12. Mending kalau kamu masih bisa puja jam 12. Selama kamu rebahan, banyak sekali kemungkinan yang bisa bikin kamu kehilangan nyawa. Kalau itu terjadi saat batinmu diwarnai oleh si kemalasan atau klesha lainnya, kiss your precious human life goodbye…
Kita udah punya tubuh manusia yang amat berharga dan bisa kita pakai untuk melakukan apa saja. Kita sudah berjuang mati-matian untuk mendapatkannya di kehidupan-kehidupan lampau kita. Namun, kita juga bisa kehilangan tubuh dan waktu yang kita punya kapan saja. Dengan merenungkan ini semua, masa sih kita rela menyia-nyiakannya dengan rebahan seharian? Semangat pasti akan bangkit dalam diri kita dan kita bisa menyelesaikan segala hal yang ingin kita lakukan!
2. Si Tukang Hedon (Kemalasan karena Aktivitas yang Tidak Tepat)
Ini dia si anak tengah kemalasan yang selalu mendistraksi kita setiap harinya. Aktivitas tidak tepat di sini artinya aktivitas yang didasari oleh kemelekatan atau faktor mental negatif lain tanpa didasari motivasi bajik seperti mengejar harta, takhta, dan wanita/pria, melibatkan diri dalam interaksi sosial yang berlebihan dan nggak bermanfaat seperti ngegosipin tetangga atau teman sampai berlarut-larut, atau ketagihan main game belasan jam sampai lupa waktu.
Bagaimana mengusir si anak tengah kemalasan ini? Dalam topik 4 Kebenaran Mulia, Buddha menjelaskan bahwa nggak ada kebahagiaan sejati di samsara. Walau berpesta pora bisa bikin kita bahagia sesaat, itu akan berakhir dan kita jadi menderita karenanya. Dengan memahami topik ini, kita akan sadar obsesi kita untuk jadi kaya dan bersenang-senang nggak akan bikin kita bahagia selamanya. Dengan memahami hal ini, kita akan ingat dan bersemangat melakukan tindakan bajik dengan motivasi bajik pula.
3. Si Tukang Minder (Kemalasan karena Keputusasaan)
Si anak bungsu kemalasan ini bikin kita berpikir untuk menyerah sebelum berperang. Kita merasa putus asa karena kurang percaya diri ataupun meremehkan diri kita sendiri.
Kalau kita mulai berpikir, “Bagaimana mungkin seseorang seperti saya bisa mencapai Kebuddhaan?”, “Bagaimana mungkin seseorang seperti saya bisa bermanfaat bagi semua makhluk hidup?”, artinya kemalasan karena keputusasaan sedang menguasai batin kita!
Bagaimana mengusir si anak bungsu kemalasan ini? Buddha dan guru-guru besar sudah banyak memberi tips untuk menyemangati diri kita agar nggak menyerah dengan kekurangan diri ini. Seekor lalat yang bisa mencapai tingkat kesucian dengan mengitari stupa, masa kita yang manusia dan bisa belajar Dharma nggak bisa? Kita juga bisa berpikir, “Bahkan para pedagang dan orang lain di dunia ini bekerja keras dalam mengejar tujuan yang tidak bermanfaat dan menahan kesulitan besar hanya untuk memperoleh keuntungan finansial. Jika aku melibatkan diriku dengan jerih payah yang sama dalam mengejar pencerahan demi kebahagiaan semua makhluk, tentu saja aku bisa mencapai tujuanku.”
Secara khusus, kita perlu belajar, merenungkan, dan memeditasikan kemuliaan kelahiran kita sebagai manusia. Kita akn tahu bahwa tubuh manusia ini punya potensi luar biasa untuk mengembangkan kebijaksanaan dan welas asih Buddha! Lebih jauh lagi, kita bisa belajar tentang 3 motivasi dalam praktik Dharma, yaitu mencapai kebahagiaan di kehidupan mendatang, pembebasan dari samsara, atau pencerahan yang lengkap dan sempurna. Ketiga motivasi ini juga merupakan tahapan yang dicapai satu per satu. Selama kita mengikuti setiap tahapan jalan dengan baik, nggak mungkin kita nggak bisa mencapai tujuan tertinggi.
Jadi, jangankan menyelesaikan tugas sekolah atau kerjaan kantor, jadi Buddha aja kita bisa kok! Buat apa putus asa? Kita perlu sabar dengan diri kita sendiri dan berlatih setahap demi setahap. Dengan begitu kita pasti bisa dengan penuh semangat menyelesaikan semua aktivitas kita, baik untuk tujuan sementara maupun tujuan tertinggi.
Setelah berpanjang lebar mengenal 3 kemalasan bersaudara dan bagaimana mengusirnya, ayo kita bersama-sama sekuat tenaga mengusir mereka dari kehidupan kita sehari-hari! Semangat semua~