oleh BESTRELOAD
Di jalan raya sering ada razia motor. Saat kena tilang, ada orang yang santai-santai aja minta maaf, tapi ada juga yang drama nangis-nangis atau ngamuk sampai ada yang rekam lalu jadi viral karena nggak rela harus bayar tilang. Ada lagi kejadian di resepsi pernikahan teman kita, ada orang yang lebih emosian saat antre makanan dan mengambil makanan banyak-banyak, eh ujung-ujungnya nggak dimakan. Atau ada lagi ketika kena banjir, ada yang biasa saja membereskan rumah, tapi ada yang merana seolah kehidupan berakhir karena TV-nya rusak.
Andai kita bisa lebih santuy, drama-drama di atas nggak akan terjadi kan?
Semua kasus di atas memang sangat bergantung pada banyak faktor, tapi secara umum berdasarkan Buddhadharma, fenomena tersebut terjadi karena ada satu kekotoran batin (klesha) yaitu kemelekatan. Kemelekatan akan semakin kuat jika kita terus mengembangkan pikiran serakah. Pikiran serakah ini merupakan salah satu dari Dasa Akusala Kamma atau 10 Karma Hitam. Pikiran keserakahan ini merupakan pemikiran ingin mendapatkan sesuatu yang belum kita miliki/dimiliki orang lain, namun dengan kondisi yang sangat melekat terhadap objek tersebut.
Jadi apa yang menjadi akibat karma dari pikiran serakah?
1. Akibat yang matang sepenuhnya: terlahir di alam binatang, hantu kelaparan, ataupun neraka tergantung dari seberapa berat karma yang kita lakukan.
2. Akibat yang serupa dengan penyebab:
a. Memiliki kemelekatan yang kuat. Jadi, ketika kita misalnya putus dengan pacar, kita bisa galau dan teringat terus dalam waktu yang lama. Contoh lainnya adalah ketika kita kehilangan barang atau ketika tidak mendapatkan hal yang kita inginkan, kita akan sangat menderita.
b. Tidak pernah puas, terus-menerus dikendalikan oleh keinginan kita, intinya kita akan menjadi pribadi yang rakus dan ingin terus mendapatkan yang diinginkan dan tidak pernah merasa berkecukupan.
3. Akibat yang menentukan lingkungan: Lahir di tempat yang kekurangan sumber daya. Hal yang bagus akan rusak dan hilang dan tidak akan bertambah. Berdasarkan penjelasan Arya Nagarjuna, pikiran serakah membuat seseorang lahir di tempat yang tidak memenuhi segala ekspektasi penghuninya.
Jadi, walaupun hanya dengan pikiran, ternyata akibatnya bisa cukup pelik. Lalu bagaimana cara untuk mengurangi pikiran serakah? Berikut ini adalah tips-tipsnya:
- Ambil waktu untuk merenungkan dan mensyukuri hal-hal baik yang sudah kita miliki, misalnya menjadi manusia, bisa belajar, memiliki lingkungan yang baik, dan sebagainya. Dengan merenungkan hal ini selain mengurangi pikiran serakah, kita bisa mengurangi rasa malas kita. Hal ini bisa dilakukan pada pagi hari dan/atau sebelum kita tidur.
- Melatih diri melepas dengan mempraktikkan dana. Ini adalah cara yang diajarkan Sang Buddha untuk menawar racun kemelekatan. Dana bisa berupa materi, tenaga, ilmu, atau Dharma. Mulai dari yang kecil, lama kelamaan kita akan bisa melepas hal-hal yang lebih besar, sampai akhirnya kita tidak akan merasa menderita ketika kehilangan sesuatu.
Sebetulnya memiliki keinginan itu wajar, namun, ketika berlebihan menginginkan sesuatu, apalagi sampai tidak peduli dengan orang lain, yang menderita ujung-ujungnya adalah diri kita sendiri. Menghindari pikiran serakah bisa membuat kita menjadi orang yang lebih tenang dan stabil. Kita tak lagi dibayangi oleh rasa takut akan kehilangan dan bisa dengan lebih ringan membantu lingkungan sekitar kita.
Sumber:
1. “Karma” oleh Guru Dagpo Rinpoche
2. “Karma dan Akibatnya” oleh Guru Dagpo Rinpoche
2. “Pembebasan di Tangan Kita” oleh Phabongkha Rinpoche
3. “Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan” (Lamrim Chenmo) Jilid I oleh Je Tsongkhapa