Dalam kehidupan sehari-hari kamu pasti sering bertemu kasus seperti ini:
Kasus A: kamu menasihati orang lain untuk membantunya, tapi orang yang kamu nasihati malah kesal.
Kasus B: kamu mengejek orang lain, tapi orang itu biasa-biasa saja.
Menurutmu dari kasus diatas mana yang disebut ucapan yang kasar menurut Buddhis (Pharusavaca)? Kasus A atau kasus B?
Untuk kasus ucapan kasar, ada orang yang merasa harus menjaga ucapan dengan moto “diam itu emas”, karena tidak mau menyakiti hati orang lain, dan pada akhirnya cenderung pasif. Ada juga orang yang tidak bisa mengendalikan ucapannya sendiri, dan kata-kata yang keluar bersifat spontan. Kerancuan akan ‘ucapan mana yang merupakan ucapan kasar’ ini bisa dijelaskan oleh hukum karma yang diajarkan oleh Sang Buddha. Berikut adalah kriteria yang bisa membuat ucapan kasar menjadi karma buruk yang lengkap:
- Dasar: ucapan kasar bisa ditujukan untuk makhluk hidup maupun benda mati yang dimusuhi atau dibenci.
- Pemikiran dari ucapan kasar ditujukan pada pihak yang mau kamu hina / cela, dengan motivasi untuk menyakiti hati atau menyerang secara verbal objek tersebut dan didasari oleh klesha kebencian, kemelekatan, ataupun kebodohan.
- Tindakan dari ucapan kasar adalah mengungkapkan sesuatu yang tidak menyenangkan, baik itu benar ataupun salah (jika salah maka masuk kategori berbohong juga), hal-hal mengenai kekurangan, fisik, maupun perilaku.
- Penyelesaian dari ucapan kasar adalah orang / objek / pihak yang dituju mengerti dengan apa yang disampaikan. Tidak peduli orang itu marah atau tidak, asalkan sudah paham akan ucapanmu, maka tahap penyelesaian ini sudah terjadi.
Dengan penjelasan ini, maka kasus B merupakan merupakan ucapan kasar, kembali lagi pada motivasimu sebelum ucapan itu keluar, apakah untuk membantu atau merendahkan.
Jadi ucapan kasar tidak harus keluar dengan bahasa yang kasar, kata-kata yang diucapkan dengan lembut-pun, jika ditujukan untuk merendahkan orang lain, hal tersebut sudah merupakan ucapan kasar.
Q: Kalau ngomong kotor tapi niatnya bercanda boleh? Hasilnya orang jadi gak senang dengan kita gimana?
A: Karma buruk ucapan kasarnya tidak ada, tapi ada kesalahan bahwa kamu tidak membaca situasi dengan bijaksana, ujung-ujungnya kamu juga jadi menderita karena dimusuhi orang lain. Ini masuk kategori kelalaian. Omongan yang kotor juga memberikan kesan yang buruk dan tidak mengikuti norma yang berlaku, sehingga bisa menyebabkan banyak masalah juga.
Kembali ke poin utama, ucapan kasar tanpa sadar kita semua sering lakukan lho. Mulai dari kamu nyindir-nyindir orang yang kamu anggap “rese”, atau saat kamu ngomong balik sama orangtua yang marahin kamu, sampai komen-komen di sosmedmu yang tujuannya gak jelas.
Karena sangat mudah dilakukan, bagaimana cara mulai mengurangi ucapan kasar? Berikut adalah tips-tips untuk mengurangi Pharusavaca:
- Sebelum bicara, cek motivasi, apa tujuanmu untuk bicara
- Jika sudah terlanjur keluar, evaluasi dengan berpikir bahwa ini adalah “celahku” dalam melakukan karma buruk, jika ada situasi yang serupa, kamu harus menyadarinya sebelum bicara
- Jika ucapan kasar sudah benar-benar spontan, maka pemecahan masalahnya harus lebih mendasar, yaitu sumber dari ucapan kasar itu sendiri, biasanya dengan melatih mengendalikan emosi dan latihan meditasi