Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Artikel » Memberi Makan Buddha – Persembahan Makanan Dalam Buddhisme

    Memberi Makan Buddha – Persembahan Makanan Dalam Buddhisme

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on March 20, 2017 Artikel, Wacana

    oleh BARBARA O’BRIEN

    Persembahan makanan adalah salah satu ritual tertua Buddhisme, sekaligus yang paling umum. Makanan diberikan kepada para biksu pada waktu pindapata, juga dipersembahkan pada dewa-dewa pelindung Tantra dan hantu kelaparan. Pemberian makanan adalah tindakan mulia yang mengingatkan kita agar tidak tamak atau egois.

    Persembahan Pindapata kepada Biksu

    Penganut Buddhisme generasi awal tidak membangun kuil. Mereka malahan merupakan tunawisma yang meminta-minta (pindapata) untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Benda pribadi yang mereka miliki hanya jubah dan mangkuk.

    Hari ini, di negara yang didominasi Theravada seperti Thailand, biksu masih mengandalkan pindapata untuk makanan mereka. Para biksu meninggalkan kuil pagi-pagi sekali. Mereka berbaris rapi, biksu tertua di depan, membawa mangkuk minta-minta mereka. Orang-orang awam menunggu mereka, terkadang sambil membungkuk, dan meletakkan makanan, bunga, atau dupa dalam  mangkuk-mangkuk mereka.

    Para biksu tidak berbicara, bahkan tidak mengucapkan terima kasih. Pemberian pindapata tidak dianggap kegiatan amal. Pemberian dan penerimaan pindapata menciptakan hubungan spiritual diantara kehidupan kuil dan komunitas awam. Orang awam memiliki tanggung jawab menopang aspek fisik para biksu, dan para biksu memiliki tanggung jawab menopang aspek spiritual komunitas tersebut.

    Praktek pindapata sudah menghilang dari kebanyakan negara Mahayana, meskipun biksu-biksu Jepang setiap beberapa waktu melakukan ‘takuhatsu’, diambil dari kata permintaan (taku) dan mangkuk (hatsu).

    Terkadang para biksu mengucap sutra sebagai ganti pemberian. Biksu-biksu Zen kadang muncul dalam kelompok-kelompok kecil, mendaraskan “ho” (dharma) selagi mereka berjalan untuk menunjukkan bahwa mereka membawakan dharma.

    Biksu yang mempraktikkan takuhatsu memakai topi jerami besar yang menutupi sebagian wajah mereka. Topi ini juga menghalangi mereka melihat wajah orang-orang yang melakukan pemberian.

    Tidak ada pemberi dan penerima, hanya pemberian dan penerimaan. Ini menyucikan tindakan pemberian dan penerimaan tersebut.

    Persembahan Makanan Lain

    Persembahan makanan seremonial juga merupakan praktek Buddhisme umum. Ritual dan doktrin spesifik di baliknya berbeda dari satu aliran ke aliran lain. Makanan bisa ditinggalkan begitu saja di altar dengan penghormatan kecil, atau dilakukan dengan mewah diiringi pendarasan mantra dan posisi membungkuk seluruh badan. Bagaimanapun detilnya, seperti juga pemberian makanan kepada para biksu, persembahan makanan pada altar adalah tindakan untuk menghubungkan diri dengan dunia spiritual. Tindakan ini dimaksudkan untuk melepas ego dan membuka hati terhadap kebutuhan orang lain.

    Dalam Zen, dikenal juga konsep untuk mempersembahkan makanan pada para hantu kelaparan. Dalam upacara makan formal pada sesshin, sebuah mangkuk persembahan akan diteruskan secara estafet ke semua orang yang mengikuti jamuan makan. Semua orang mengambil sepotong kecil makanan dari piring mereka, menyentuhkannya ke dahi, kemudian meletakkannya ke mangkuk persembahan. Mangkuk itu kemudian diletakkan secara simbolis di altar.

    Hantu kelaparan mewakili segala ketamakan dan kemelekatan diri yang mengikat kita pada kekecewaan dan kesedihan kita. Dengan memberikan sesuatu yang kita inginkan, kita melepas ikatan dari kemelekatan dan keinginan pribadi untuk memikirkan orang lain.

    Pada akhirnya, makanan yang dipersembahkan akan ditinggalkan di luar untuk burung dan hewan liar.

    Sumber: https://www.thoughtco.com/feeding-the-buddha-449750 | Diterjemahkan oleh Lisa Santika Onggrid

    buddha buddhism dhamma dharma It's Lamrim It's Buddhism lamrim lamrimnesia offering persembahan praktik bodhisatwa

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleHistory of Nalanda #3 Nalanda & Sriwijaya, Sejarah bukan Dongeng
    Next Article Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017: Kembalinya Sang Filsuf Agung ke Indonesia
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.