Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Banyak-Banyak Persembahan Buat Apa? Memangnya Buddha Terima?

    Banyak-Banyak Persembahan Buat Apa? Memangnya Buddha Terima?

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on March 14, 2017 Artikel, Wacana

    oleh BESTRELOAD

    Kamu pasti sering melihat altar di Vihara atau di tempat sembahyang keluargamu. Di atas meja altar tersebut kamu pasti sering melihat adanya buah, air, bunga, dan lainnya, pernahkah muncul pertanyaan di benakmu: itu untuk apa ya? Buddha sendiri merupakan adalah makhluk yang telah tercerahkan dengan sempurna, jadi apakah Beliau masih butuh benda-benda materi seperti itu? Tentunya tidak, tapi Buddha memiliki cita-cita agung membebaskan semua makhluk dari penderitaan, jadi persembahan ini merupakan ritual yang dimaksudkan untuk membebaskan kita dari penderitaan, kok bisa? Begini penjelasannya.

    Jika kamu pergi ke wihara tentu saja kamu akan menemui banyak tradisi atau ritual, mulai dari anjali, namaskara, puja, dan juga persembahan yang baru kita bahas. Pada dasarnya ritual merupakan alat yang digunakan oleh banyak orang dan sudah terbukti berhasil, untuk mewariskan suatu nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh suatu ajaran, maka dari itu kamu bisa melihat bahwa ada banyak macam ritual dari berbagai tradisi Buddhis, yaitu persembahan yang bervariasi tergantung tradisi, namun praktik persembahan memiliki makna yang luhur yang terkandung di dalamnya.

    Praktik persembahan melatihmu untuk mengikis kemelekatan akan ‘aku’

    Saat kamu memberikan suatu milikmu pada pihak lain, kamu berlatih untuk mengikis kemelekatan, ini adalah salah satu manfaat dari memberi. Manusia pada dasarnya memiliki sifat pelit jika harus mengeluarkan waktu, uang, tenaga, ataupun pikiran untuk orang lain, karena kita senantiasa melekat pada aku; mobil-ku, HPku, rumahku, ideku, identitasku, pekerjaanku, dan lainnya. Coba bayangkan jika kamu kehilangan hal-hal itu, tentunya kamu akan menjadi sangat menderita. Semua hal cenderung ingin kamu dapatkan untuk dirimu sendiri, dan ‘aku’ ini tidak akan pernah terpuaskan, inilah sumber penderitaan.

    Memberikan persembahan melatihmu sedikit demi sedikit agar saat kamu kehilangan hal-hal di atas, penderitaan yang kamu rasakan bisa berkurang. Maka dari itu, latihan memberi dimulai dari yang paling mudah dulu yaitu benda materi.  Memberi persembahan merupakan penawar bagi kemelekatanmu karena merupakan kebalikan total dari pikiran yang melekat,sehingga akan timbul rasa bersyukur dan cepat puas atas apa yang kamu miliki.

    Mengapa memberikan persembahan pada Sang Triratna?

    Praktik persembahan yang dibahas disini adalah persembahan yang ditaruh di atas altar, lantas kamu mungkin bertanya, mengapa persembahan pada Sang Triratna, bukan objek lain yang lebih nyata? Karena ketika kamu mempersembahkan sesuatu pada Sang Triratna, kamu akan mengingat kualitas-kualitas Sang Triratna yang tiada banding, yang bisa membebaskan semua makhluk dari penderitaan, yang memiliki kebijaksanaan, cinta kasih, dan kemampuan untuk menolong. Dengan memberikan persembahan pada objek yang terunggul ini, kamu membangkitkan rasa hormat dan cinta pada mereka, kamu juga menginspirasi pikiranmu untuk mencapainya, rasa inilah yang mengumpulkan potensi positif yang luar biasa besar, maka dari itu dikatakan bahwa Sang Triratna adalah ladang kebajikan yang terunggul.

    Ketika kamu memiliki rasa hormat yang besar pada satu objek, secara alamiah kamu akan memiliki insting untuk memberikan mereka sesuatu karena kamu ingin membuat suatu koneksi terhadap objek itu. Maka dari itu yang membutuhkan persembahan ini adalah dirimu sendiri yang membutuhkan kebajikan, bukan Sang Triratna, karena Buddha sendiri sudah terbebas dari segala penderitaan. Dengan melakukan persembahan pada Sang Triratna, sebaiknya kamu meletakkan rasa baktimu pada mereka dan berterima kasih karena Sang Triratna merupakan sumber kebahagiaanmu.

    Praktik persembahan melatih sikapmu dalam memberi.

    Saat memberikan sesuatu pada seseorang kamu akan berpikir “apa gunanya?”, “apakah orang ini pantas?” atau setelah memberi kamu mengharapkan terima kasih dan muka bahagia pada orang yang kamu beri, atau pemberian itu akan mempengaruhi reputasimu, kamu mempertimbangkan sejuta alasan dan kemungkinan dalam banyak situasi, hasilnya kamu lama berpikir dan pusing sendiri. Ini artinya kamu memiliki batasan internal/dalam dirimu saat memberi. Dengan praktik persembahan, kamu dapat melatih diri untuk tidak berekspektasi saat memberikan sesuatu, karena pikiran negatif-negatifmu sendirilah yang menghalangi kamu dalam mengembangkan Dana Paramita. Apakah Dana Paramita bisa berkembang? Ya, kamu pasti punya pengalaman “senang” setelah memberi bukan karena efek eksternal (seperti ucapan terima kasih), tapi seperti “Oh, hal ini sangat baik untuk dilakukan”. Semakin luas kamu bisa membangkitkan rasa ini ketika memberi, artinya dana paramitamu sudah berkembang.

    Contoh sikap yang salah saat melakukan persembahan saya temui di kehidupan saya sehari-hari, misalnya pada saat sembahyang Imlek, ada tradisi bahwa harus ada persembahan jeruk bali di altar. Kebetulan orang tua saya yang mendapat giliran membeli, mereka berpendapat, “Jangan beli jeruk bali deh, pahit, mending beli jeruk yang manis saja biar nanti kita makan lebih enak.” Ini adalah contoh sikap dalam persembahan yang keliru, karena harusnya inti dari persembahan adalah belajar untuk melepas, walaupun ujung-ujungnya diturunkan juga. Saat orang tua saya berpikir bahwa jeruk tersebut akan dimakan setelah selesai sembahyang, secara tidak sadar mereka telah melekat pada jeruk itu. Maka dari itu sebaiknya kita berpikir bahwa persembahan di altar bukan untuk diri sendiri, karena saat kita mempersembahkan sesuatu, jika kita tahu bahwa ketika diturunkan persembahan itu untuk diri kita sendiri, maka secara halus kemelekatan itu muncul. Saya menyarankan lebih baik persembahan di altar, ketika diturunkan, kita sudah set bahwa itu sebisa mungkin untuk orang lain (misal air untuk siram tanaman atau snack/buah untuk teman), dengan begitu motivasi kita menjadi lebih murni.

    Bermacam-macam ritual yang dilakukan di Buddhis memiliki satu tujuan, yaitu mengubah batin.

    Makna dari persembahan bisa menjadi sangat luas. Setiap elemen persembahan memiliki makna sendiri misalnya lilin untuk mengembangkan kebijaksanaan dan bunga tentang perenungan ketidakkekalan, dupa, pelita, air, buah, makanan, dsb. Sama seperti banyaknya ritual yang kamu kenal di Buddhis, kamu harus ingat bahwa esensi dari semua ritual ini adalah untuk mengubah batinmu menjadi lebih baik. Buddha mengajarkan 84.000 pintu Dharma untuk mengakomodir kebutuhan orang-orang, artinya semua ini merupakan bagian dari suatu proses latihan yang ujungnya adalah untuk mencapai pencerahan.

    Sumber: Buddhism for Beginners

    buddha buddhism dhamma dharma It's Lamrim It's Buddhism lamrimnesia offering persembahan praktik bodhisatwa

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleProfil Guru
    Next Article (EN) Registration – Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.