Polemik chattra Borobudur kembali naik ke permukaan menanggapi rencana pemasangan chattra pada bulan September 2024. Seperti apa pandangan Buddhis terhadap chattra?
Browsing: Featured
Featured posts
Tanpa keyakinan, mengumpulkan kebajikan di Borobudur hanya akan jadi slogan kosong belaka
Apa itu stupa bagi umar Buddha? Apa makna chattra di puncak stupa? Sebelum menjawab pro-kontra chattra Borobudur, mari kita mulai belajar dari dasarnya.
Borobudur bukan sekadar tempat wisata. Borobudur adalah sumber inspirasi welas asih untuk Indonesia. Simak penjabarannya!
Selain mengisahkan persoalan gender, perkawinan anak, dan berbagai isu sosial serius lainnya, film “Yuni” menunjukkan hubungan rumit antara remaja dan tujuan hidup. Apa jawaban Buddhis?
Kata terima kasih sangat sering kita ucapkan, tapi belum banyak yang tahu bahwa “terima kasih” adalah ajaran warisan Muara Jambi yang punya arti mendalam.
Pemutaran Roda Dharma pertama oleh sang Buddha diperingati sebagai hari Asadha setiap tahun. Namun, tahukah kamu bahwa Buddha memutar Roda Dharma 3 kali?
Belajar Dharma atau belajar menjadi Buddhis ternyata ada tekniknya. Pemula maupun yang sudah lama beragama Buddha wajib tahu agar praktiknya tak sia-sia!
Sikap yang kita muncul saat sedang jatuh cinta itu sama seperti sikap yang harus kita timbulkan sewaktu kita berlindung (Tisarana) kepada Triratna. Triratna telah memiliki segala kualitas terunggul dan amat mahir menolong kita terbebas dari samsara. Hal ini seharusnya membuat kita kagum dan hormat kepada Triratna. Selanjutnya, kita juga seharusnya menjadi bersemangat setiap kali mengingat kualitas-kualitas agung Triratna beserta manfaat-manfaat yang kita peroleh dari melakukan Tisarana. Dengan demikian, seperti orang yang jatuh cinta, bukankah wajar apabila seharusnya kita juga ingin menyenangkan Triratna?
Dalam bahasa Inggris, kalimat “Buddham saranam gacchami” diterjemahkan sebagai ‘I go to the Buddha for refuge’.Terjemahan tersebut jika diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘Aku pergi berlindung kepada Buddha’. Kata “pergi” ini penting karena menunjukan makna bahwa kita memerlukan sebuah aksi aktif untuk mencapai perlindungan. Berdasarkan Lamrim atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan, untuk menjaga agar Tisarana kita menjadi aksi nyata dan tidak menjadi ‘omon-omon’ semata, seorang praktisi harus menjalankan sila-sila Tisarana.