27 DESEMBER 2016—Kali ini, di hari keempat Indonesia Lamrim Retreat 2016 di Gedung Prasadha Jinarakkhita Jakarta, Biksu Bhadraruci mengingatkan kita bahwa tubuh manusia kita adalah barang pinjaman. Pinjaman dari siapa? Dari kumpulan karma baik kita di masa lampau. Mengapa dikatakan barang pinjaman? Karena tubuh kita hanya sekali pakai saja, yakni hanya terbatas pada kehidupan saat ini saja. Tidak ada jaminan kita bisa mendapat tubuh manusia di kehidupan mendatang. Mumpung saat ini barang tersebut masih ada dalam kepemilikan kita, kita harus berupaya menggunakannya dengan sebaik mungkin untuk memperoleh hasil terbaik yang bisa dicapai melalui tubuh manusia ini.
Seumur hidup kita menggunakan segala cara dan menghabiskan banyak waktu untuk merawat tubuh pinjaman ini yang pada akhirnya akan dibuang setelah kita mati. Kita membohongi diri sendiri dengan keyakinan bahwa hal-hal yang menyenangkan akan selamanya bersama kita dan takkan pernah berakhir. Pemikiran ini bertumpuk-tumpuk hingga sekeras tembok benteng yang takkan tahan menerima sesuatu yang dirasa akan mengusik ‘kenyamanan buatan’ kita.
Batin sekeras tembok inilah yang sebenarnya membuat kita menderita, karena ketika ada sesuatu dari luar yang mendatangi kita, kita akan memaknainya sebagai sebuah ‘serangan’, dan kita pun tak tahan kalau tak menyerang balik. Di sisi lain, coba bayangkan kalau batin kita adalah spons yang bisa menyerap segala sesuatu. Kapan pun segala sesuatu yang negatif mendatangi kita, mereka akan lumer begitu saja karena telah diserap oleh batin kita. Demikianlah seharusnya kita melatih dan mengembangkan batin kita. Kalau begitu, bagaimana caranya membuat batin kita agar sefleksibel spons? Dengan belajar Dharma dan mempraktikkan apa yang diajarkan.
Kalau begitu, ajaran mana yang paling tepat untuk kondisi kita saat ini? Bagi mereka yang kebingungan memilih ajaran atau merasa terlalu rumit untuk menekuni semua ajaran, Lamrim adalah solusinya. Lamrim merupakan Dharma yang hadir dalam tampilan ringkas namun sudah meliputi keseluruhan ajaran Buddha. Lamrim juga ibarat kopi luwak: ajaran agung Buddha dikunyah-kunyah dulu oleh guru-guru besar sebelum kemudian ‘dimuntahkan’ kembali kepada murid-murid dalam wujud kopi unggulan yang tak ternilai, yaitu Lamrim.
Melanjutkan pembahasan hari sebelumnya tentang 6 praktik pendahuluan, Biksu Bhadraruci menjelaskan bahwa 6 Praktik Pendahuluan ibarat proses rumit dalam mengolah biji kopi hingga siap minum yang membuat secangkir kopi racikan barista ahli harga dan rasanya berkali-kali lipat melebihi kopi instan. Selanjutnya beliau menjelaskan tentang praktik kelima, yaitu membacakan Doa 7 bagian. Ilustrasi doa ini dapat kita temukan di relief Candi Borobudur dengan judul “Samantabadra Pranidana Raja”. Ketujuh bagian doa ini adalah:
1. penghormatan, menghormati Buddha dan rombongan yang telah diundang
2. memberikan Persembahan, menyenangkan hati para penakluk dengan memberi persembahan dengan tulus,
3. pengakuan kesalahan, meringankan hati dan menyingkirkan penghalang menghayati Dharma dengan mengakui semua kesalahan,
4. bermudita, turut bersuka cita dalam segala aktivitas bajik
5. permohonan ajaran, memohon kepada Buddha dan rombongan untuk memberkahi kita dengan Dharma,
6. permohonan agar para Buddha dan rombongannya tidak Parinirvana, tetap tinggal dan terus mengajar, serta
7. dedikasi, menjamin atau menyegel agar kebajikan yang telah kita himpun tidak tercecer ke mana-mana dan menyimpang dari tujuan yang kita sasar
Praktik keenam dari 6 Praktik Pendahuluan adalah permohonan kepada guru-guru silsilah, yaitu para cendekiawan agung yang turun-temurun menerima Dharma mulai dari Sang Buddha sendiri dan mampu menjabarkan Dharma dan membawa manfaat bagi orang-orang di zamannya hingga sampai pada kita sekarang. Di sini kita memohon berkah agar dapat memahami Dharma yang diajarkan dan mempraktikkannya hingga mencapai tujuan, yaitu kebahagiaan sejati.
Biksu Bhadraruci terus mengingatkan kita bahwa ritual-ritual seperti praktik-praktik pendahuluan inilah yang memanusiakan diri kita. Semua ritual ini tidak menyiratkan permainan logika yang rumit, tetapi mereka bisa langsung menyentuh hati kita. Tokoh dari sekolah tinggi akan seketika berubah menjadi si dungu kalau telah jatuh cinta dan bisa melakukan apapun untuk orang yang dicintai. Biksu Bhadraruci menjelaskan seperti ketika jatuh cinta, kita harus mengawali praktik Dharma dengan 6 Praktik Pendahuluan dari Bumi Sriwijaya ini dengan dilandasi oleh perasaan bakti kepada Buddha dan/atau guru spiritual yang meluap-luap dengan hebat sehingga mampu melakukan apapun untuk merealisasikan Dharma yang diajarkan dalam kehidupan kita.
Teman-teman yang ingin menyaksikan namun tidak bisa menghadiri acara dapat menyaksikan Livestreaming via buddhayana.tv
Untuk mendapatkan akses dan info jadwal, hubungi:
Sapta: 08984811450
Aprianti: 085375242326