Hari ketiga Indonesia Lamrim Retreat 2024 dimulai dengan 6 Praktik Pendahuluan–praktik Buddhis yang dulu diajarkan oleh Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya–yang dilantunkan dengan bahasa Kawi dan irama gamelan selonding. Lalu, Y.M. Biksu Bhadra Ruci mengawali pengajaran Dharma dengan mengajarkan cara membangkitkan niat yang baik. Y.M. Suhu mengatakan bahwa membangkitkan niat yang baik dimulai dari menyadari hal yang paling mendasar, yaitu kelahiran manusia yang berharga. Tubuh manusia ini adalah kondisi menguntungkan karena hanya dengan kelahiran ini kita bisa meraih/mencapai apapun yang ingin didapatkan. Namun, kelahiran ini bisa hilang dalam sekejap.
Walaupun berharga, terkadang manusia tidak menggunakan kelahirannya untuk hal-hal yang bisa mendatangkan kembali kondisi menguntungkan ini. Ketimbang berbuat bajik, mereka cenderung serakah. Jika dianalogikan lewat sepiring nasi, manusia bisa melahap ayam, ikan, sayur, nasi, hanya untuk memenuhi satu kondisi: lapar. Padahal, dalam satu piring nasi tersebut ada banyak “campur tangan” dari makhluk lain, seperti ayam, ikan, dan ulat yang terlahir sebagai hewan karena memikul karma buruk, serta petani dan pedagang yang menjual beras agar bisa bahagia.
“Nyatanya kenyamanan kita datang dari semua makhluk,” ucap Y.M. Suhu. Berkat petani dan pedagang, kita bisa makan. Berkat bantuan dokter dan suster, kita bisa lahir di dunia. Berkat orang tua, kita bisa hidup nyaman. Bahkan kita bisa melatih kesabaran dan memetik hasilnya berkat orang-orang yang jahat kepada kita. Alih-alih menganggap diri kita jauh lebih penting, kita perlu memikirkan makhluk-makhluk lain.
“Membuat diri kita keluar dari samsara itu tidak susah. Lebih susah ketika mau mengeluarkan diri sendiri dan semua makhluk yang memiliki keinginan yang tidak ada habisnya,” terang Y.M. Suhu. Namun, dengan tekad berlatih tahap demi tahap dan menjaga sumpah, kita pasti bisa menolong semua makhluk keluar dari samsara ini. Perjalanan kita sampai bisa menolong semua makhluk adalah mengikis ego.
Lewat sesi kali ini, Y.M. Suhu juga membagikan fakta menarik mengenai Bodhipathapradipa (Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan). Kitab ini merupakan karya Guru Atisha, pandit besar yang mereformasi Buddhisme Tibet, yang belajar dari Guru Suwarnadwipa Dharmakirti di Muara Jambi selama 12 tahun. Banyak pakar mengatakan jika Guru Atisha tidak datang ke Indonesia, maka ia tidak akan terkenal seperti sekarang dan tidak bisa menyusun Bodhipathapradipa.
Usai pengajaran Dharma, acara malam hari diisi dengan upacara Penghaturan Ribuan Persembahan kepada Raja Dharma Je Tsongkhapa (Je Rinpoche Tongchoe) dalam memperingati Gaden Ngamchoe (peringatan perayaan parinirwana Je Tsongkhapa). Dipercaya bahwa kebajikan yang dihimpun pada hari ini akan berlipat ganda hingga 10.000 kali lipat.
Masih terbuka kesempatan untuk menutup tahun yang lalu dengan kebajikan dan membuka tahun baru dengan harapan akan perubahan di Mahapranidhana Puja & Indonesia Lamrim Retreat 2024, 20 Desember 2024–1 Januari 2025, di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Narahubung: Lamrimnesia Event +62 852-1122-0149
Informasi terbaru mengenai kegiatan ini dapat diikuti di Instagram lamrimnesia & lamrimretreatid.