Hari pertama Indonesia Lamrim Retreat 2024 diawali dengan Enam Praktik Pendahuluan berdasarkan teks Untaian Bagi yang Beruntung (Jorchoy). Y.M. Biksu Bhadra Ruci menegaskan bahwa ini bukan sekadar puja bakti, melainkan kunci penentu apakah kita bisa praktik Dharma dengan baik hari ini.
Kemudian, Y.M. Biksu Bhadra Ruci memberikan transmisi dan pengajaran Dharma berdasarkan kitab Lamrim “Pembebasan di Tangan Kita” karya Phabongkha Rinpoche. Penjelasan dimulai dengan menguraikan bait tentang kelahiran manusia yang sangat berharga melebihi permata pengabul harapan karena bisa kita gunakan untuk mengakhiri penderitaan sampai ke akar dan meraih pencerahan.
“Lampu Aladdin bisa mengabulkan keinginanmu sebatas seberapa banyak uang, girl, wife, husband, rumah gedong, dan seterusnya, tapi tidak bisa membuat kamu lebih sabar, lebih bijaksana, tidak bisa menghilangkan penderitaanmu,” kata Beliau.
Y.M. Biksu Bhadra Ruci lalu menjelaskan masalah yang kita semua alami, yaitu adanya jarak antara apa yang kita kejar sehari-hari dengan motivasi Dharma yang sesungguhnya, yaitu minimal berupaya mengejar kebahagiaan di kehidupan mendatang. Karena jarak ini, tindakan kita yang “seolah” spiritual seperti ke wihara, berdana, dengar ceramah, dan melayani Sangha malah menjadi aktivitas duniawi. Manfaatnya pun bersifat sementara, tidak membawa perubahan bagi batin kita dan tidak bisa dibawa mati.
Namun, saat ini kita cenderung hidup tanpa tujuan, terbawa arus rutinitas yang menguras waktu dan energi. Lain halnya dengan orang yang sudah menyadari betapa berharganya tubuh manusia ini dan tahu pasti tubuh ini mau dipakai untuk apa. Y.M. Biksu Bhadra Ruci menunjukkan foto-foto Guru Dagpo Rinpoche yang sedang latihan berjalan di usia-Nya yang sudah hampir 93 tahun. Ketika kesehatan Beliau menurun, Beliau masih semangat berjuang untuk pulih semata-mata demi bisa terus memberikan manfaat bagi banyak makhluk. Selama Beliau masih hidup, bahkan satu hari pun, Beliau perjuangkan untuk bisa tetap mengajarkan Dharma.
Suatu tindakan bisa disebut praktik spiritual atau bukan ditentukan oleh motivasi. Buddha memetakan motivasi ini menjadi 3: mencapai Kebuddhaan demi menolong semua makhluk, penolakan samsara, dan minimal menginginkan kehidupan mendatang yang lebih baik. Praktik ini sendiri perlu dilakukan karena dua alasan: suatu saat kita pasti mati dan waktu kematian itu tidak pasti.
Parameter tingkatan praktik spiritual juga tidak dapat dilihat dari seberapa banyak dana yang diberikan atau seberapa dekat seseorang dengan bhante atau guru, tapi dari dalam diri kita sendiri. Bagaimana batin bereaksi saat berbenturan dengan masalah? Jika kita bisa makin sabar dan kalem menghadapi masalah atau hal-hal yang tak kita inginkan, itu baru tandanya kita telah “naik level” dalam praktik spiritual kita.
Masih terbuka kesempatan untuk menutup tahun yang lalu dengan kebajikan dan membuka tahun baru dengan harapan akan perubahan di Mahapranidhana Puja & Indonesia Lamrim Retreat 2024, 20 Desember 2024–1 Januari 2025, di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Narahubung: Lamrimnesia Event +62 852-1122-0149
Informasi terbaru mengenai kegiatan ini dapat diikuti di Instagram lamrimnesia & lamrimretreatid.