Buddha dan Luffy dari One Piece punya kesamaan? Masa iya? Monkey D Luffy tidak hanya sukses mengalahkan Kaido, menembus Gear 5, serta menjadi Pejuang Pembebasan Dewa Nika, tapi juga sukses membuat dunia maya memperbincangkan dirinya selama beberapa minggu terakhir ini. Memang karakter anime yang satu ini sukses menghipnotis dan menginspirasi tak hanya pembaca, namun juga beberapa tokoh lainnya di dalam cerita komik tersebut. Contoh karakter yang terinspirasi oleh Monkey D. Luffy adalah Coby, sang Masa Depan Angkatan Laut.
Buddha & Luffy: Persamaan dan Perbedaan
Mohon maaf sebelumnya, namun di sini, saya ingin membandingkan kemiripan sosok Luffy dan Sang Buddha. Baik sang Buddha maupun Luffy tidak pernah memaksakan suatu kehendak atau filosofi hidup kepada siapapun. Mereka berdua juga tidak mengharuskan pengikutnya untuk melakukan apapun atas nama mereka. Sang Buddha dan Luffy juga tidak pernah dendam kepada siapapun yang berniat jahat ataupun ingin melukai mereka. Bahkan pada beberapa episode terlihat Luffy mengatakan bahwa kalau mereka berbuat jahat lagi, ya dia akan kasih pelajaran saja sampai kapok. Yang berbeda adalah Sang Buddha merupakan tokoh pejuang pembebasan samsara, sementara Luffy sampai saat ini menonjol sebagai tokoh pejuang kebebasan bertindak dan berpendapat.
Baca juga: Memahami Dukkha dan Terbebas Darinya
Jangan Berhenti di Mengagumi
Sedikit spoiler, di sini saya tertarik untuk mengajak kita sebagai umat Buddha meniru tindakan Coby, teman dan manusia biasa yang mengagumi Luffy dan berjuang keras juga untuk mengejar jalan hidup yang dia rasa yang sesuai dengan dirinya dan kapasitasnya sebagai marinir. Di setiap perjumpaan Coby dengan Luffy, kita melihat bagaimana Coby juga menjadi sosok yang lebih tangguh dan kuat serta penuh welas asih seperti Luffy.
Kita sebagai umat Buddha juga sebaiknya tidak hanya mengagumi sosok Buddha, lalu tidak berbuat apapun. Rasa kagum itu tentu akan lebih bermanfaat jika disertai dengan tindakan nyata dalam berlindung kepada Triratna dan praktik Dharma. Coby tidak hanya mengagumi Luffy, tetapi juga berlatih keras dan bertindak sesuai dengan pilihan hidupnya. Akhirnya, pada setiap pertemuannya dengan Luffy, Luffy juga merasa bangga melihat Coby berjuang dan berlatih keras sehingga semakin tangguh. Jika kita benar-benar kagum pada Buddha, tidakkah kita ingin membuat Buddha bangga dengan cara yang sama?
Baca juga: Saya Buddhis, Tapi Sudahkah Saya Mengenal Triratna?
Kembali soal memaksa orang untuk menapaki jalan yang dia pilih, Luffy maupun Buddha tidak pernah melakukan hal tersebut. Yang dilakukan Luffy memberikan inspirasi kepada warga East Blue dan Grand Line serta pembaca. Selanjutnya terserah pribadi masing-masing individu, apakah mau melangkah maju mengejar impian dan berjuang untuk impian tersebut? Atau mau tetap pasrah pada keadaan, tenggelam dalam keputusasaan atau ketidaktahuan?
Begitu juga dengan Sang Buddha. Beliau telah menunjukkan kepada kita jalan menuju pembebasan. Kalau Beliau bisa “memungut” kita semua keluar dari samsara begitu saja, tentu Beliau sudah melakukannya tanpa perlu merenung sampai 49 hari sebelum akhirnya memutuskan bahwa mengajarlah cara paling tepat untuk membantu manusia. Pertanyaannya, apakah kita mau mengikuti ajaran Beliau dan mengejar cita-cita pencerahan? Atau kita mau terus berkutat di samsara, lahir dan mati berulang kali, menyakiti dan disakiti dalam siklus panjang tanpa henti?
Pentingnya Berjuang
Guru biologi SMA saya pernah meneliti dua ekor kupu-kupu yang baru hendak keluar dari kepompong pembungkusnya. Kupu-kupu pertama dibantu oleh guru saya untuk keluar dengan cara memotong kepompongnya secara perlahan dengan pisau bedah. Sementara itu, kupu-kupu kedua dibiarkan keluar sendiri dengan susah-payah tanpa bantuan sama sekali. Akhirnya, kedua kupu-kupu tersebut sama-sama keluar dari kepompong. Namun ,kupu-kupu pertama tidak pernah bisa terbang walaupun sayapnya sempurna tanpa cacat. Sebaliknya, walaupun sayapnya tidak seindah sayap kupu-kupu pertama, kupu-kupu kedua yang berjuang sendiri untuk keluar bisa langsung terbang bebas dengan cantiknya.
Tidak ada yang pernah bilang keluar samsara itu mudah. Tak sekali pun Buddha mengatakan bahwa membaca satu buku saja cukup untuk keluar dari samsara. Bahkan Luffy pun berulang kali harus memilih jalan yang lebih sulit demi meraih kebebasan tertinggi di semesta karya Eiichiro Oda, yaitu menjadi raja bajak laut dengan menemukan One Piece. Tampaknya baik Buddha maupun Luffy sama-sama tahu bahwa segala sesuatu memang mesti diperjuangkan oleh diri sendiri, baru bisa mendapatkan hasil yang bertahan lama dan menggerakkan hati orang lain untuk memperjuangkan hal yang sama.
oleh Chatresa7