Sejak masuk ke Indonesia pada abad ke-2 M, dibuktikan dengan penemuan arca Buddha Sempaga di Sulawesi Barat, sudah hampir 2000 tahun Buddhisme mengakar kuat di Nusantara. Selama ribuan tahun ini, banyak hal yang terjadi pada perkembangan ajaran Buddha, mulai dari kejayaannya, pudarnya pengaruh, hingga kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia.
Kini, sekali pun terbilang sebagai minoritas, umat Buddha di Indonesia mempunyai banyak sekali Sangha dan majelis dari berbagai macam tradisi. Tentu ini menjadi suatu kekayaan tersendiri yang harus dijaga bersama. Meski demikian, umat Buddha di Nusantara sekarang juga menghadapi berbagai masalah yang tak kalah pelik dengan era-era sebelumnya.
Permasalahan Umat Buddha di Indonesia saat ini
Dalam kegiatan Fasilitasi Moderasi Lembaga Keagamaan Buddha Tingkat Pusat yang dilaksanakan pada Rabu, 10 Mei 2023 lalu, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi menekankan betapa pentingnya kerja sama di antara komunitas Sangha dan majelis umat Buddha untuk menyikapi berbagai problema yang menguji umat Buddha di Indonesia.
Dalam kegiatan ini, berbagai kelompok Buddhis seperti Sangha Agung Indonesia (termasuk Sangha Vajrayana Indonesia/SVI), Sangha Theravada Indonesia (STI), Sangha Mahayana Indonesia (SMI), Sangha Mahayana Tanah Suci Indonesia, Sangha Dhammaduta Indonesia (SDDI), dan masih banyak lagi turut serta dalam diskusi. Adapun beberapa poin yang menjadi perhatian utama adalah sebagai berikut:
- Penurunan Jumlah Umat Buddha
Umat Buddha di Indonesia disebutkan mengalami penurunan. Untuk memastikan hal ini, perlu keterlibatan semua kelompok majelis umat Buddha untuk melakukan pendataan mengenai umat yang berada di bawah naungan masing-masing majelis. Pasalnya, penurunan jumlah umat Buddha ini diduga disebabkan oleh minimnya pembinaan serta banyaknya perkawinan yang membuat umat meninggalkan agama Buddha.
- Konten Disinformasi dan Provokasi
Dengan majunya perkembangan zaman, umat Buddha di Indonesia juga dihadapkan dengan berbagai konten media sosial dan pemberitaan yang bersifat disinformasi dan provokasi terkait dengan ajaran dan sejarah agama Buddha di Indonesia, seperti klaim bahwa bangunan Borobudur bukanlah situs Buddhis. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi umat Buddha untuk memberikan sanggahan dan meluruskan kesalahan informasi yang ada.
- Minimnya Keterwakilan Umat Buddha dalam Kehidupan Bernegara
Umat Buddha juga disebut berperan minim dalam mengisi kehidupan bernegara dikarenakan tidak banyak umat Buddha yang bergabung sebagai ASN, POLRI, TNI, dan jabatan publik lainnya. Dengan demikian, keterwakilan umat Buddha dalam bidang politik dan kenegaraan sangatlah kurang.
- Perselisihan Internal di dalam Wihara, Yayasan, dan Organisasi Buddhis
Dalam tubuh internal umat Buddha di Indonesia sendiri, terjadi perselisihan internal yang semakin menambah problematika umat Buddha Indonesia. Oleh karena itu, penting sekali bagi umat Buddha untuk senantiasa menjaga persatuan di dalam kelompok mereka masing-masing.
- Korban Politik Praktis
Umat Buddha di Indonesia saat ini juga diwanti-wanti agar tidak menjadikan tempat ibadah untuk melakukan kegiatan politik praktis, mengingat tahun pemilu 2024 semakin dekat. Tentu saja boleh mendukung politisi yang menyuarakan aspirasi umat Buddha, namun jangan sampai dukungan ini menjadikan tempat ibadah sebagai alat kampanye politik praktis.
Solusi untuk Permasalahan Umat Buddha Indonesia
Dalam menghadapi berbagai masalah di atas, umat Buddha di Indonesia harus bisa melakukan setidaknya dua hal ini:
- Mempersolid Kolaborasi Internal Umat Buddha
Untuk menjawab berbagai persoalan di atas, persatuan internal di antara berbagai Sangha dan majelis serta organisasi Buddhis lainnya sangatlah berperan penting. Tanpa adanya kerja sama dan rasa persaudaraan yang kuat di antara umat Buddha, akan sangat susah menjawab berbagai problematika di atas.
Semua elemen umat Buddha Indonesia harus bisa bersatu untuk mengatasi penurunan jumlah umat, melawan disinformasi dan provokasi, mendorong aktifnya umat Buddha dalam mengisi posisi-posisi strategis publik, mendamaikan pihak-pihak internal Buddhis yang berselisih, dan juga melindungi sesama dari politik praktis yang digalakkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
Namun demikian, sebelum semua elemen internal umat Buddha di Indonesia bisa berkolaborasi dengan solid, penting sekali bagi mereka untuk saling mengenal dan juga memahami satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan berbagai kelompok Buddhis perlu ditingkatkan frekuensinya.
- Membangun Ajaran Buddha yang Berkepribadian Indonesia
Ajaran Buddha yang telah berakar kurang lebih 2000 tahun di Indonesia ini sudah tentu memiliki nilai-nilai khas yang tiada bandingnya di tempat lain. Di sini, ajaran Buddha telah menyatu dan bahkan meresap ke dalam kearifan lokal. Oleh karena itu, penting bagi umat Buddha Indonesia untuk melihat kembali ajaran-ajaran Buddha yang telah disarikan dan disesuaikan oleh guru-guru Buddhis Nusantara yang saat ini beberapa karya tulisnya masih bisa ditemukan dan dipelajari.
Dengan mempelajari ajaran yang ditinggalkan oleh umat Buddha zaman dahulu di Indonesia, kita turut serta dalam membangun Buddhisme Nusantara. Akan menjadi percuma jika kita mengunjungi dan membanggakan peninggalan bangunan Buddhis di Nusantara seperti Candi Borobudur, namun tidak berniat untuk mempelajari ajaran yang terkandung di dalamnya.
- Transfer Keahlian dari Biksu Asing
Selain meneruskan nilai ajaran yang ada, penting juga bagi umat Buddha untuk tetap memperbarui keahlian dan keilmuan dari biksu-biksu asing yang diundang di Indonesia. Dengan demikian, umat Buddha tidak hanya sekedar mengundang biksu asing hanya untuk mendengarkan ia mengajar, namun juga berupaya untuk melahirkan biksu-biksu asal Indonesia asli yang tidak kalah mahirnya dari biksu asing. Tanpa niat seperti ini, selamanya kualitas keahlian dan keilmuan dari para biksu-biksuni Indonesia tak akan berkembang. Jika tidak berkembang, bagaimana bisa umat Buddha menjawab permasalahan-permasalahan yang ada?
- Tidak Menjarah Umat Buddha Indonesia
Dengan melihat banyaknya permasalahan umat Buddha di Indonesia, maka penting sekali agar segala sumber daya dikerahkan untuk menjawab permasalahan ini. Jika kita tidak fokus membenahi rumah kita terlebih dahulu, kita tidak akan bisa mendapatkan manfaat yang nyata. Jangan sampai mengabaikan negara sendiri sementara kita menghabiskan sumber daya untuk membangun rumah ibadah di negeri orang yang sudah bagus. Kita ibarat menyumbang makanan kepada orang kaya sementara kita sendiri kelaparan.
Sikap seperti ini jelas bukanlah sikap umat Buddha yang nasionalis dan patriotik, karena mengabaikan permasalahan umat Buddha di negaranya sendiri.
Demikianlah beberapa permasalahan umat Buddha yang disinggung dalam kegiatan Fasilitasi Moderasi Lembaga Keagamaan Buddha Tingkat Pusat dan beberapa solusi yang bisa diterapkan. Akan tetapi, pada dasarnya, tanpa adanya kepedulian dan kesadaran pada masa depan umat Buddha di Indonesia, rasanya berbagai solusi yang ditawarkan pun tak akan menjawab satupun permasalahan yang ada. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan-permasalahan umat Buddha saat ini, kita harus bangkitkan terlebih dahulu rasa kepedulian kita pada Buddhadharma di Indonesia.
Sumber: Supriyadi: Para Pemuka Agama Berperan Serta Menjaga Keutuhan Negara