Belakangan kesehatan mental menjadi isu hangat yang banyak diperbincangkan oleh kawula muda. Bersama dengan terbitnya buku Citta dan Cetasika Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis, Yayasan Pengembangan dan Pelestarian Lamrim Nusantara (YPPLN) mengadakan obrolan bersama Sahabat Lamrimnesia untuk membahas kondisi kesehatan mental generasi muda di masa sekarang ini.
Acara bertajuk “Self Awarenes Bring Positive Life” ini dilaksanakan pada Rabu, 19 April 2023 secara daring. Narasumbernya adalah psikolog sekaligus founder Mitra Pengembangan, Ibu Ira Adelina, M. Psi, Psikolog dan dr. Phoenix Hong, seorang dokter yang juga seorang praktisi meditasi dan Lamrim.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah sebuah kondisi yang disadari oleh individu dan kemampuan untuk mengelola stres, melakukan hal yang produktif, serta berperan dalam lingkungan sekitar. Kedua narasumber, Ibu Ira dan Kak Phoenix, sepakat bahwa kunci dari kesehatan mental adalah kemampuan diri dalam mengelola pikiran atau batinnya.
Ciri-ciri Mental yang Sehat
Ibu Ira menjelaskan bahwa mental yang sehat mempunyai 9 ciri, yaitu mempunyai tujuan, mempunyai pengenalan terhadap diri, mempunyai pemahaman realita hidup yang obyektif, mencintai diri secara sehat, peduli terhadap sesama, mencintai alam atau lingkungan sekitar, percaya diri dan mempunyai kemampuan memecahkan masalah, mempunyai keberanian untuk menghadapi resiko, tantangan dan bersedia berkorban, mampu menyeimbangkan segala aspek kehidupan.
Sembari menjelaskan, Ibu Ira juga turut mengajak peserta yang hadir untuk memeriksa kondisi mental saat ini, apakah memenuhi ciri mental yang sehat atau tidak. Beliau juga membagikan tips untuk mengecek kondisi mental kita, salah satunya adalah dengan menuliskan buku harian dan merenung apa yang sedang terjadi pada batin kita.
Mengenali Batin Kita
Mengacu pada buku “Citta dan Cetasika Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis”, Kak Phoenix menjelaskan bahwa manusia mempunyai “Citta” atau batin utama dan faktor mental atau “Cetasika”. Batin utama terdiri dari 6 aspek, yaitu kesadaran mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan mental. Batin utama bersifat netral, namun bisa berubah tergantung faktor mental yang mengikutinya.
“Faktor mental ini akan selalu menemani batin kita, kalau faktor mentalnya baik batin kita juga akan baik,” jelas Kak Phoenix.
Kemudian, Kak Phoenix menjelaskan bahwa faktor mental terbagi menjadi dua. Pertama, faktor mental yang selalu hadir, yaitu perasaan, diskriminasi/pembeda, niat, kontak, dan perhatian. Kemudian faktor mental yang ditentukan objek, yaitu aspirasi, tekad, ingatan, konsentrasi, dan kebijaksanaan.
Pentingnya Mengembangkan Batin
Kak Phoenix menyatakan, “Dalam Buddhis, pentingnya mengembangkan batin kita, dan setelah mengembangkannya dengan baik, barulah kita bisa bermanfaat bagi orang lain.”
Selain bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, Ibu Ira menjelaskan, “Bicara kesehatan mental, kita bicara berbagai macam kemampuan. Kalau nanti kita melihat ciri-ciri sehat mental, itu semuanya bisa dipelajari. Nah jadi ini yang penting, kalau diri saya tahu mana yang kurang, saya bisa belajar untuk meningkatkan itu.”
Cara Mengembangkan Batin
Menurut Ibu Ira, mengembangkan self knowledge, self acceptance, self love, stress management, dan self development merupakan salah satu cara meningkatkan kesehatan mental. Kemudian, Kak Phoenix menambahkan bahwa kita harus memahami penghalang batin seperti kemelekatan, kemarahan, kesombongan, dan keraguan yang muncul dalam diri kita.
Kemelekatan dapat dikurangi dengan merenungkan ketidakmenarikan sesuatu yang kita anggap menarik. Lawan kemarahan dengan cinta kasih dan kesabaran. Hancurkan kesombongan dengan menyadari kita saling bergantung satu sama lain, tidak bisa hidup sendiri. Kemudian, lenyapkan keraguan dengan kebijaksanaan.
Mengatasi Kesulitan dalam Mengembangkan Batin
Selalu ada kesulitan yang mewarnai proses mengembangkan batin dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peserta menanyakan cara menghadapi kesulitan yang biasa ia temui, yaitu memaafkan diri sendiri.
Menurut Ibu Ira, untuk bisa memaafkan diri sendiri, kita harus berpikir bahwa gagal itu wajar. Kita bisa mengambil makna dari sebuah kegagalan dan memperbaikinya di lain kesempatan. Kemudian, Kak Phoenix menambahkan bahwa perlahan kita harus belajar melepaskan label dalam pikiran bahwa kita salah, kita gagal, kita bodoh, dan lainnya. Menyesal dan segera perbaikilah.
Dengan melatih batin, sedikit-demi sedikit kita menjadi peka terhadap batin. kita juga dapat memenuhi kebutuhan batin kita masing-masing. Secara otomatis, kesehatan mental juga akan meningkat.
—
Kenali dan penuhi kebutuhan batinmu dengan membaca buku “Citta dan Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis”. Buku dapat diundang tanpa biaya dengan menghubungi Lamrimnesia Care – +6281 2112 2014 1.