Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Featured » 100 Tahun Pembebasan di Tangan Kita: Karma Ada di Tangan Kita

    100 Tahun Pembebasan di Tangan Kita: Karma Ada di Tangan Kita

    0
    By itsupport on January 7, 2022 Berita, Featured, Wacana

    Bagaimana karma bekerja? Apa makna hidup saya sebagai manusia? Dua topik itu dibahas dalam diskusi Dharma di hari pertama perayaan 100 Tahun Kitab “Pembebasan di Tangan Kita” yang diselenggarakan Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN) tanggal 25 Desember 2021 lalu. Kegiatan hari itu dimulai dengan sesi pembacaan buku bersama melalui aplikasi Zoom sejak pagi hingga sore pada 25 Desember. Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama Stanley Khu, kepala editor YPPLN, dan dimoderatori oleh Yushua Adi Putra dari Lamrimnesia.

    Diskusi dibuka dengan pertanyaan, “Ketika kita sudah tahu tentang hukum karma dan akibatnya, ketika sebuah perbuatan buruk dilakukan apakah hasilnya semakin berat?”

    Stanley lalu menjelaskan bahwa karma adalah sebuah hukum yang sifatnya impersonal. Ketika kamu berbuat maka kamu menerimanya. Hukum karma akan tetap berjalan dan tak pandang bulu. Karena itu, lebih baik kita tahu konsep kerja hukum karma. Pemahaman tentang hukum karma akan membuat kita memiliki perasaan menyesal ketika melakukan perbuatan buruk. Perasaan menyesal inilah yang akan menjadi penawar dari karma buruk. Sedangkan kalau tidak tahu tentang hukum karma, tidak tahu apa yang baik dan apa yang buruk, bisa jadi kita memelihara pandangan salah yang membuat karma buruk kita semakin berlipat ganda.

    Berkaitan dengan salah satu sifat karma yang dijelaskan dalam “Pembebasan di Tangan Kita”, yaitu karma yang diperbuat tidak akan hilang begitu saja, ada pertanyaan tentang ada atau tidak konsep “ahosi karma” (karma yang tidak bisa berbuah). Menjawab ini, Stanley menuturkan bahwa konsep ini merujuk pada keadaan Buddha yang karmanya tak berbuah lagi karena telah berhasil menyingkirkan semua klesha. Sebagai manusia biasa yang masih memiliki banyak klesha, setiap karma yang sudah kita lakukan pasti akan berbuah, tapi kita bisa melemahkan karma tersebut dengan praktik purifikasi.

    Bagaimana klesha bikin karma pasti berbuah? Baca di sini.

    Kelahiran kita sebagai manusia juga tidak lepas dari campur tangan karma. Salah satu peserta menanyakan cara terlahir sebagai manusia dengan 8 kebebasan dan 10 keberuntungan yang dibutuhkan untuk mempraktikkan Dharma. Sebelum memberikan jawaban langsung, Stanley mengajak peserta untuk memastikan apakah kita benar-benar menginginkan hal tersebut. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah kita puas dengan kehidupan yang dipenuhi oleh dukkha? Dukkha yang dimaksud bukan sekadar penderitaan karena mengalami hal-hal yang tidak kita sukai, tapi juga termasuk kondisi tidak bisa puas yang akan terus kita alami tidak peduli di alam mana kita terlahir. 

    Jika kita tidak mau terus-terusan mengalami dukkha ini, kita akan tergerak untuk mempelajari ajaran Buddha dan berusaha mempertahankan bentuk kehidupan yang memungkinkan kita untuk mempraktikkannya, yaitu kehidupan sebagai manusia dengan 8 kebebasan dan 10 keberuntungan tadi.

    Pembahasan pun berlanjut mengenai kelahiran di alam rendah. Jika kita sudah terlahir di alam rendah, akan sangat sulit untuk kembali terlahir di alam yang lebih tinggi. Kalaupun bisa, kita akan membawa sifat-sifat dari kelahiran sebelumnya. Misalnya jika kita sebelumnya hidup sebagai hewan, lalu berhasil lahir kembali menjadi manusia, kita akan jadi manusia yang berperilaku seperti hewan, tidak bisa mengendalikan diri dan sulit berpikir mandiri. Agar itu tidak sampai terjadi, mumpung kita masih hidup sebagai manusia, kita harus melatih Sila atau disiplin moral dan melatih kebijaksanaan dengan membiasakan diri untuk berpikir sehingga tidak jatuh ke alam rendah di kehidupan berikutnya.

    Diskusi ditutup oleh moderator dengan kesimpulan dari berbagai poin yang telah dibahas. Yushua menggarisbawahi pentingnya mengenal diri sendiri, memahami kondisi kita saat ini, dan mengendalikan cara merespon buah karma yang kita alami untuk memastikan kebahagiaan di kehidupan mendatang

    —

    Penulis: Martino Liem

    100 Tahun Pembebasan di Tangan Kita Agama Buddha Indonesia buddha buddhisme karma lamrim lamrimnesia
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleMengupas Kontroversi dalam Buddhisme di Perayaan 100 Tahun Pembebasan di Tangan Kita
    Next Article Belajar Dharma dari Pohon
    itsupport

    Related Posts

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    Agama Buddha dan Kemerosotan Moral

    Ini Dia Sulitnya Memperjuangkan Hak Umat Buddha atas Tempat Suci Agamanya Sendiri Sendiri

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.