Minggu, 31 Oktober 2021 – Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavadhana Universitas Bina Nusantara (BINUS) menyelenggarakan Kathina Puja & Dhammatalk bertajuk “Generosity Brings Good Karma”. Acara diselenggarakan secara daring via aplikasi Zoom dan dihadiri oleh 81 peserta.
Acara dibuka dengan sambutan dari ketua panitia, dilanjutkan dengan puja bakti, Dhammatalk, penayangan liputan Sanghadana & Pattidana yang dilakukan KMB Dhammavadhana, dan ditutup dengan pertunjukan seni serta pengumuman pemenang aneka lomba yang diselenggarakan dalam rangka bulan Kathina.
Dhammatalk yang menjadi puncak kegiatan ini dipandu oleh motivator Ponijan Liaw dengan narasumber 3 orang biksu Sangha, masing-masing mewakili 3 tradisi Buddhis yang paling dikenal di Indonesia. Ketiga narasumber luar biasa tersebut adalah Y.M. Bhikkhu Nyana Suryanadi yang mewakili tradisi Theravada, Y.M. Suhu He Xian yang mewakili Mahayana, serta Y.M. Lobsang Gyatso yang mewakili Vajrayana.
Sepanjang Dhammatalk, ketiga narasumber menjawab beragam pertanyaan seputar praktik berdana, khususnya di bulan Kathina, dan manfaatnya untuk kehidupan. Kathina sendiri merupakan salah satu perayaan penting bagi umat Buddha yang memperingati berakhirnya masa Vassa atau retret musim hujan yang dijalankan oleh Sangha monastik. Y.M. Bhikkhu Nyana Suryanadi pun menjelaskan bahwa bulan ini istimewa karena dana dilakukan kepada komunitas Sangha, bukan hanya individu, di waktu yang tepat, yaitu setelah mereka melakukan praktik intensif selama masa Vassa. Oleh karena itu, kebajikan yang diperoleh dari Kathina dana amatlah besar.
“Ibarat menanam benih unggul di ladang yang subur,” tutur Beliau.
Mengenai barang yang didanakan, Y.M. Suhu He Xian memaparkan bahwa di zaman sekarang, sebaiknya mendanakan barang yang sesuai dengan kebutuhan Sangha. Umat dapat bertanya terlebih dahulu ke pengurus wihara atau dayaka Sangha. Jangan sampai barang yang sama menumpuk dan malah tidak terpakai.
Y.M. Biksu Lobsang Gyatso kebagian menjelaskan niat dan cara berdana yang tepat. Beliau memaparkan bahwa bisa ada 4 jenis niat atau motivasi berdana. Pertama, untuk kepentingan pribadi atau kesenangan di kehidupan saat ini. Kedua, untuk kelahiran di alam bahagia di kehidupan mendatang. Ketiga, untuk mengakhiri penderitaan samsara. Keempat, untuk meraih Kebuddhaan demi membebaskan semua makhluk dari samsara.
“Yang pertama itu bukan motivasi seorang Buddhis,” kata Y.M. Biksu Lobsang Gyatso, “Sebisa mungkin kita harus berusaha melatih yang keempat. Itulah praktik Dana Paramita. Bukan hanya untuk yang Mahayana saja, tapi di Sutta Pali juga diajarkan.”
Tata cara berdana sendiri bisa beragam, tergantung dengan tradisi atau tata krama setempat. Satu hal yang pasti, Sang Buddha mengajarkan untuk memberikan dana dengan rasa hormat kepada yang menerima. Begitu pula sebaliknya penerima dana menerimanya dengan hormat pula.
Ketiga narasumber juga menjawab pertanyaan seputar dampak pandemi terhadap Vassa dan Kathina. Y.M. Biksu Lobsang Gyatso mengatakan bahwa pandemi dan penerapan PPKM justru mendukung tradisi Vassa dan praktik spiritual umat Buddha secara umum. Beliau menganjurkan kepada semua peserta untuk mengisi waktu selama dia di rumah dengan mengevaluasi diri dan lebih banyak belajar serta merenungkan Dharma. Mengenai praktik berdana yang dirasa kurang afdol jika tidak dilakukan secara langsung, Y.M. Suhu He Xian pun mengingatkan bahwa offline maupun online bukan masalah, yang penting adalah kualitas kebajikannya.
Kesulitan ekonomi selama pandemi juga tak jadi soal. Ketiga narasumber beserta moderator mengutip beberapa bait dari kitab suci yang menjelaskan bahwa persembahan sekecil apapun bisa mendatangkan manfaat besar jika dilandasi dengan niat bajik dan sikap yang tepat.
“Saat kita punya pikiran senang, itu pun bisa kita persembahkan untuk semua makhluk,”
tutur Y.M. Bhikkhu Nyana Suryanadi.
Dalam sesi tanya jawab, ada pertanyaan mengenai praktik berdana yang dilakukan atas dasar gengsi. Para narasumber dengan mahir menjelaskan bahwa meski yang melakukannya tetap menerima sedikit kebajikan, berdana atas dasar gengsi tidak dianjurkan karena hanya akan memperparah ego si pendana. Memang kadang kita berdana karena terinspirasi saat melihat orang lain berdana. Itu adalah hal yang baik. Namun, kita perlu berhati-hati, jangan sampai kita ikut berdana hanya untuk mengungguli orang tersebut.
Namun, kita juga diingatkan untuk tidak menghalangi atau mencegah orang lain berdana, sekalipun orang itu berdana karena gengsi. Menghalangi orang lain berdana hanya mendatangkan kerugian karena mencegah pemberi melakukan kebajikan, mencegah penerima mendapatkan kebutuhan mereka, serta menumbuhkan kekejian dalam diri orang yang menghalangi.
Sebagai penutup, para narasumber mengulang kembali poin-poin penting dalam pembahasan tentang niat, penerima, tata cara, dan waktu dalam praktik berdana, khususnya Kathina Dana. Tak lupa, mereka juga berpesan agar semua terus melatih dana paramita dalam kehidupan sehari-hari.