Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • Dalai Lama Membahas Kerukunan Beragama Dengan Cendekiawan Muslim
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Featured » NDBF 3.0: Kekuatan Harta, Takhta, dan Wanita dalam Relief Borobudur

    NDBF 3.0: Kekuatan Harta, Takhta, dan Wanita dalam Relief Borobudur

    0
    By itsupport on August 31, 2021 Berita, Featured, Wacana

    Oleh Devi Riani Atika Sari

    Minggu, 29 Agustus 2021 – “Harta, takhta, dan wanita” sering disalahpahami sebagai kelemahan atau godaan. Namun, dalam Sutra Gandawyuha yang mendominasi relief Candi Borobudur, harta dan takhta yang sering dianggap “menjerumuskan” ternyata bisa digunakan untuk kebaikan. Berbeda dengan kedua hal tersebut, wanita dalam Gandawyuha bukan objek yang bisa dimiliki atau digunakan, melainkan sosok yang berperan aktif sebagai pembimbing spiritual.

    Penjelasan ini disajikan oleh pemerhati sosiologi, antropologi, dan sejarah Buddhisme Stanley Khu, S.Ant., M.A. dalam bedah buku daring “Harta, Takhta, Wanita, dan Gandawyuha: Kelana Pemuda Sudhana Mencari Pencerahan” di Nusantara Dharma Book Festival 3.0. 

    Acara yang dimulai pukul 19.00 WIB ini diikuti oleh 484 peserta terdaftar via situs ndbf.lamrimnesia.com. 

    “Dari sekian Sutra, dia (Gandawyuha) salah satu yang paling menakjubkan,” tutur Stanley untuk mengawali acara. Saking menakjubkannya, Sutra ini dianggap begitu penting oleh Wangsa Shailendra yang mendirikan Candi Borobudur. Dari 84.000 ajaran Buddha, Gandawyuha dipilih untuk mengisi 3 dari 4 galeri di Candi Borobudur (total 460 panel).

    Inti dari Sutra Gandawyuha sendiri adalah kelana Sudhana mencari pencerahan. Stanley menyarikan salah satu pesan yang sangat gamblang dari Sutra ini, yaitu bahwa setiap orang tidak dapat hidup sendiri. Sudhana mencari pencerahan dengan tujuan membalas jasa begitu banyak makhluk yang telah memberi manfaat bagi dirinya. Dalam pencariannya, Sudhana pun bertumpu pada bimbingan 53 orang guru dari latar belakang yang beragam. Sebanyak 21 dari 53 guru ini adalah wanita.

    “Kita tidak pernah lihat dominasi kaum perempuan bukan sebagai tokoh figuran, tapi sebagai pemeran utama dalam kitab keagamaan,” terang Stanley, “Tapi ini ada di Gandawyuha.”

    Harta dalam Gandawyuha bukan untuk dikejar, melainkan merupakan buah karma baik masa lampau yang kemudian digunakan kembali untuk menolong banyak orang.

    “Dalam filsafat Buddhisme, bukan kamu kaya atau miskin, moralnya tidak ada di situ,” kata Stanley, “Kamu kaya boleh, tapi kekayaan itu kamu pakai buat apa? Sudhana dan kalyanamitra yang lain kaya, tapi kekayaan itu dipakai untuk hal yang bajik.” 

    Berkenaan dengan isu takhta, guru-guru Sudhana dalam Gandawyuha berasal dari berbagai strata sosial. Hirarki para guru ini bukan ditentukan oleh tingkatan “takhta” duniawi tersebut, melainkan berdasarkan tingkat pencapaian spiritual mereka.

    Gandawyuha juga mengajarkan bahwa guru tidak melulu seseorang yang mendidik secara formal. Siapapun yang mengurangi ketidaktahuan dan memberikan pengetahuan baru bisa menjadi guru. Buktinya, meskipun merupakan kitab Buddhis, tokoh-tokoh dari tradisi Hindu pun hadir sebagai guru Sudhana dalam Gandawyuha.

    “Orang yang menunjukkan kamu jalan pun guru,” pungkas Stanley. 

    Di akhir sesi, Stanley berpesan untuk mengaitkan Sudhana dengan diri sendiri saat ada kesempatan berkunjung ke Borobudur atau membaca Sutra Gandawyuha. Sudhana bukan tokoh yang hanya untuk dikagumi, tapi juga untuk diteladani.

    Bedah buku “Harta, Takhta, Wanita, dan Gandawyuha: Kelana Pemuda Sudhana Mencari Pencerahan” merupakan acara penutup rangkaian Nusantara Dharma Book Festival 3.0 yang diselenggarakan oleh Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN/Lamrimnesia). Dengan tema khusus “Membaca untuk Meningkatkan Ketangguhan Mental di Kala Pandemi”, NDBF 3.0 menghadirkan bazar buku, seminar, bedah buku, dan workshop yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca generasi muda Indonesia. Seluruh acara diselenggarakan secara daring di situs ndbf.lamrimnesia.com dan media sosial Lamrimnesia.

    Agama Buddha Indonesia borobudur buddhisme Gandawyuha lamrimnesia mahayana Nusantara Dharma Book Festival

    Website dan artikel ini dapat Anda baca berkat dukungan dari Dharma Patron, penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara.

    Jika Anda berkenan, kami mengundang Anda untuk bergabung sebagai Dharma Patriot melalui donasi rutin setiap bulan. Berapapun nominalnya akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia. Klik di sini atau hubungi Lamrimnesia Care (+6285 2112 2014 1).

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous Article3P – Resep Bebas Stres Menghadapi Pandemi Ala Buddhis
    Next Article Bhinneka Tunggal Ika Warisan Buddhis Indonesia
    itsupport

    Related Posts

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 25, 2023

    Dalai Lama Membahas Kerukunan Beragama Dengan Cendekiawan Muslim

    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.