Oleh Junarsih
Kok dia suka ngatur-ngatur aku ya? Aku hangout sama temen nggak boleh, pokoknya semua keputusan harus dia yang ambil, aku kan jadi nggak nyaman. Jangan-jangan, aku sekarang sedang mengalami toxic relationship?
Biar lebih jelas hubungan kita sedang sehat atau tidak, Universitas Ciputra Buddhist Community mengadakan webinar “Toxic Relationship? Yes or No?” bersama Nago Tejena, seorang psikoterapis dan konselor, pada Selasa, 16 Maret lalu. Acara tersebut dipandu oleh alumni Universitas Ciputra Ferdinal Mensana sebagai moderator dan diikuti oleh lebih dari 200 peserta.
Sebagai pembuka, Ferdinal mengungkapkan bahwa ia berdasarkan data di Komnas Perempuan tahun 2019, kekerasan terhadap perempuan dalam kategori pacaran maupun suami istri meningkat dari tahun ke tahun. Penyebabnya adalah hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship. Acara kemudian disambung dengan pemaparan topik oleh Nago Tejena yang diawali dengan pengertian apa itu hubungan.
“Hubungan adalah sebuah cara atau jalan di mana dua esensi yang berbeda terhubung satu sama lain,” tutur Nago.
Tipe-Tipe Hubungan
Pertama, tentang hubungan romantis dengan pasangan. Di dalam hubungan ini, terdapat berbagai interaksi antara kita dan pasangan, mulai dari cara saling mencintai dan menyayangi satu sama lain hingga berkomitmen untuk selalu setia dengan pasangan.
Kedua, hubungan dengan keluarga. Keluarga kecil biasanya terdiri dari orang tua dan anak. Kalau keluarga besar baru ada kakek, nenek, om, tante, dan keponakan. Keluarga adalah tempat pertama kita belajar dan mengenal hal-hal utama sebelum kita keluar ke lingkungan sekolah maupun lingkungan bermain.
Ketiga, hubungan dengan teman-teman. Hubungan dengan teman terjalin saat kita mulai masuk dunia bermain dan beranjak ke sekolah. Biasanya saat SD, SMP, SMA/K, hingga perguruan tinggi, kita punya teman yang berbeda-beda. Apalagi kalau kita ikut komunitas tertentu, pasti kita juga akan punya teman yang berbeda-beda karakter dan latar belakangnya.
“Kita akan menyadari bahwa hubungan ini tidak akan selalu harmonis. Tiap hubungan punya masalah masing-masing, layaknya puzzle yang rumit untuk dihubungkan. Apalagi nggak bisa mengontrol emosi, berbohong, saling menutupi perasaan. Jadinya hubungan menjadi belibet dan masalah nggak selesai,” imbuh Nago Tejena.
Begitulah sifat manusia, wajar memang tidak bisa mengontrol emosi. Apalagi dalam kasus pacaran, kita sering gengsi sama pasangan, malu buat ngomongin rasa marah, malu buat bilang nggak nyaman, ada yang menguasai perasaan, akhirnya saling mendiamkan, tahu-tahu terjadilah perang dunia. Apakah ini yang dinamakan toxic relationship?
Sebenarnya, toxic relationship itu apa sih?
“Banyak istilah psikologi populer tentang arti toxic relationship. Tapi saya artikan hubungan yang tidak sehat,” ujar Nago.
Tanda-Tanda Toxic Relationship
Hubungan tidak sehat itu banyak terjadi di sekeliling kita, atau bahkan kita sendiri yang menjadi korban atau pelakunya. “Mana ada sih, kita manusia mau ngaku kalau kita itu toxic?” tambah Nago.
Ada lima tanda hubungan tidak sehat yang dipaparkan oleh Nago.
Pertama, manipulasi emosi. Biasanya salah satu pihak memanipulasi untuk merasakan perasaan tertentu seperti sedih, marah, dan kecewa supaya pihak yang lain mencari cara untuk mengatasi rasa itu dan tidak ingin orang lain tahu. Misal, kita menutupi perasaan kecewa terhadap pasangan saat ditanya teman.
Kedua, perasaan salah. Kalau kita nggak mengikuti apapun yang diinginkan oleh pasangan, kita bakal merasa bersalah. Boleh-boleh aja sih kita ngikutin apa maunya pasangan, tapi kalo permintaan dia bikin kita terpaksa dan nggak nyaman melakukannya, gimana dong?
Ketiga, aturan yang melarang. Nggak nyaman ya kalau kita sering dilarang sama pasangan, padahal kita sedang melakukan pekerjaan yang penting. Misal, dilarang pulang malam, padahal kuliah sampai malam, padahal ada lembur kerja, atau harus ke rumah sakit nengokin temen dan kudu pulang malam.
Keempat, menghambat untuk berkembang. Kalau pasangan kita melarang kita melakukan hobi yang kita suka atau ikut kegiatan untuk mengembangkan diri, bahaya ini. Bisa jadi ia nggak mau kita berkembang dan harus patuh sama aturannya. Jika kita melawan, bisa jadi kita kena serangan verbal maupun fisik.
Kelima, abuse secara fisik ataupun mental. Tindak kekerasan secara fisik maupun mental bisa bikin seseorang jadi sedih, cemas, takut, terpuruk, merasa bersalah, kehilangan harapan, nggak punya semangat hidup, putus asa, dan merasa bahwa suatu hubungan membuat kita berubah ke arah negatif. Kalau ini dilakukan terus-menerus dalam jangka panjang, kita bisa mengalami trauma yang bahkan berpengaruh pada kepribadian. Kita bisa jadi orang yang tertutup dan sama sekali nggak mau bergaul sama orang lain.
Kalau sudah ada kelima tanda itu, bisa jadi kita sedang dalam kondisi toxic relationship. Gimana cara memperbaikinya?
Cara Memperbaiki Hubungan yang Tak Sehat
Pertama, menyempatkan waktu untuk diri sendiri. Saat banyak masalah menghampiri kita, ada baiknya kita tidak langsung menanggapi masalah itu. Bisa jadi kita bertindak ceroboh karena terbawa emosi dan masalah malah makin besar. Sebaiknya kita menarik diri dari lingkungan dahulu untuk merenung. Tanyakan pada diri sendiri apa yang harus diperbuat, apa yang diinginkan, apa yang membuat bahagia, dan apa yang ingin kita kerjakan sehingga kita nantinya bisa mengambil keputusan dengan bijak untuk menanggapi masalah yang dihadapi.
Kedua, lihat masalah dari berbagai sudut pandang. Jangan sampai kita mengira masalah yang didapat hanya untuk memojokkan diri sendiri, tapi lihat juga dari sisi yang membuat masalah, bisa jadi ia juga sedang ada masalah lain sehingga membuat masalah baru.
Ketiga, prioritaskan hal-hal yang penting. Kadang kita menyikapi semua masalah dengan sama rata, pada akhirnya kita sendiri jadi banyak masalah. Nah, yang harus kita lakukan ketika banyak masalah adalah memilih masalah yang masih bisa diperjuangkan dan diselesaikan. Kalau tidak bisa diapa-apakan ya tinggalkan saja. Misal nih, ada masalah sama pacar, tiap hari ada masalah karena dia selalu bohong. Kita nggak mau dong terus-menerus dibohongi padahal ia sudah janji nggak bakal bohong lagi. Sebaiknya putuskan saja dan mulailah kehidupan baru.
Keempat, jangan takut untuk berkomunikasi. Kita tuh lebih sering berani ngomong nggak benar daripada yang benar. Kita pun seringkali lebih suka nggak jujur sama perasaan sendiri karena takut ditinggal pasangan. Padahal kita sudah tahu hubungan ini sudah nggak sehat lagi dan kita nggak nyaman. Jalan terbaiknya adalah jujur dengan satu sama lain. Kalau sudah jujur, masalah bisa diselesaikan dan kita bisa membuat keputusan untuk mempertahankan atau mengakhiri hubungan dengan objektif.
Sekarang kita sudah sama-sama tahu tentang apa itu toxic relationship, tanda-tandanya, dan cara untuk memperbaikinya. Mulai sekarang, kalau kita sudah merasa ada tanda-tanda hubungan yang nggak sehat, cobalah untuk berkomunikasi dengan pasangan secara jujur. Kalau belum bisa ngomong, ya coba merenung dulu. Kalau pikiran kita jernih, pasti kita bisa mengatasi masalah dalam hubungan kita dengan pasangan.