Di hari ke-8 Indonesia Lamrim Retreat 2018, welas asih agung menjadi topik utama. Sebelum masuk ke sana, Y. M. Biksu Bhadra Ruci tak lupa mengajak kita semua membangkitkan motivasi. Ada beberapa alasan yang membuat batin kita tidak berkembang, antara lain adalah belum memahami topik ajaran secara bertahap dengan benar, tidak menganggap diri sebagai pasien yang memerlukan obat Dharma, serta masih terbuai dengan kenikmatan samsara. Selama kita masih terbuai dan tidak lelah dengan samsara, maka kita tidak akan merasa butuh Dharma. Hal ini dikarenakan kita masih memegang sifat yang mementingkan “aku” yang sangat kuat.
Sifat mementingkan “aku” ini begitu mengerikan. Selama kita memiliki sifat ini, kita hanya mengakui diri kita, kita seolah-olah merasa sebagai peran utama, merasa kita adalah pusat dari alam semesta. Kita sudah seperti Tuhan! Asal dari sifat mementingkan diri sendiri ini adalah karena klesha yang begitu kuat, ego yang begitu kuat. Kalau klesha atau ego ini sangat kuat, bisa-bisa kita terkena penyakit mental seperti depresi, bipolar, dan sebagainya. Analoginya adalah klesha kita awalnya sebesar ulat, lalu berkembang menjadi cacing, ular, dan kemudian naga yang pada akhirnya menelan kita.
Untuk dapat membangkitkan penolakan terhadap samsara, maka kita perlu memegang basis atau dasar praktik kita, yaitu 4 kebenaran mulia, 12 mata rantai, dan akar samsara (karma dan klesha). Penolakan pribadi terhadap samsara ini harus timbul. Jika tidak, maka kita tidak dapat menumbuhkan motivasi untuk menolong semua makhluk atau bahkan jika kita mampu menumbuhkan motivasi, itu hanyalah ucapan tanpa makna semata.
Untuk dapat menekan ego dan sifat mementingkan “aku”, kita harus berupaya untuk membangkitkan motivasi untuk menolong semua makhluk (Bodhicita). Untuk membangkitkan Bodhicita, maka tahapannya adalah dimulai dari melihat semua makhluk setara, kemudian menganggap semua makhluk adalah ibu-ibu kita, mengingat kebaikan mereka, membalas kebaikan mereka, mengembangkan cinta kasih, mengembangkan welas asih, mengbangkitkan niat, dan kemudian akan timbullah Bodhicita.
Kita perlu melihat orang lain dengan keseimbangan batin: melihat semua makhluk setara, baik yang merupakan orang yang kita sayangi, orang yang kita anggap netral, maupun orang yang kita anggap musuh. Semua makhluk memiliki hak yang sama untuk ditolong. Jika kita tidak dapat melihat semua makhluk adalah setara, artinya ego kita masih sangat besar. Kita membeda-bedakan makhluk berdasarkan hubungannya dengan “aku”. Dengan kata lain, kita masih mempertahankan sifat mementingkan “aku”.
Setelah melihat semua makhluk setara, kita juga perlu melihat semua makhluk sebagai ibu kita. Semua makhluk pernah menjadi ibu kita karena kita telah lahir selama tak terhingga kehidupan. Ibu kita bukan saja dalam bentuk kelahiran manusia. Ibu kita di kehidupan lampau yang tak terhingga bisa saja merupakan ibu ayam, ibu bebek, ibu gajah, dan bukan tak mungkin ibu kita di masa lampau itu sedang terlahir di neraka sekarang. Ibu kita seperti seorang nenek tua dan gila yang sebentar lagi akan masuk ke jurang yang sangat dalam. Tua karena sudah terlahir tak terhingga kehidupan dan gila karena melakukan banyak hal yang keliru. Jurang yang sangat dalam melambangkan samsara yang memiliki kedalaman yang tak terukur. Untuk itu, kita tidak boleh bersantai-santai sekarang. Kita harus bergerak untuk menolong mereka!
Tidak hanya ibu kita, semua makhluk juga turut berkontribusi bagi kehidupan kita. Misalnya sekarang kita memiliki kondisi yang nyaman untuk belajar Dharma dikarenakan kebaikan hati semua makhluk. Untuk dapat belajar Dharma dengan baik, kita butuh makan dengan baik. Kita dapat makan dengan baik dikarenakan jasa dari para petani, pengangkut kebutuhan makanan, supir distribusi kebutuhan makanan kita, serta pemasak makanan. Segala hal yang mendukung kehidupan kita adalah berkat kebaikan hati semua makhluk tanpa terkecuali. Kita berutang kepada semua makhluk. Kita harus membalas kebaikan semua makhluk. Kemudian, cinta kasih dan welas asih pun akan berkembang sehingga niat untuk membantu semua makhluk