Berakhir sudah rangkaian acara Indonesia Lamrim Retreat yang telah berlangsung sejak 22 Desember 2017 hingga menyambut tahun baru 2018 pada tanggal 1 Januari 2018 kemarin. Usai sudah pembabaran Baris-Baris Pengalaman karya Je Tsongkhapa selama 11 hari 10 malam yang berlangsung di Prasadha Jinarakkhita oleh Biksu Bhadra Ruci. Dimulai dari pembangkitan motivasi bajik untuk mulai belajar dan praktik Dharma, sumber keagungan ajaran, kelahiran manusia yang berharga, perenungan terhadap kematian, dukkha, pembangkitan rasa muak akan samsara, hingga pembulatan tekad bodhicitta. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan sesi ulasan dan diskusi setiap malamnya bersama dengan para peserta dan anggota Sangha.
Sesi terakhir dalam Indonesia Lamrim Retreat dibuka dengan memantapkan keyakinan dengan merenungkan seluruh pengajaran selama 10 hari ke belakang. Dalam retret ini, kita telah mengenali kerugianan, keuntungan, dan ketertarikan kita pada berbagai hal di dunia melalui perenungan. Dari situ kita telah membuat sebuah langkah yang baik untuk mengawali praktik Dharma. Kemudian, kita belajar tentang berbagai motivasi dalam praktik Dharma yang sesuai dengan kapasitas diri kita masing-masing dan membangkitkannya dalam batin.
Dalam praktik Dharma, kita perlu membangkitkan keyakinan yang kuat dengan mengenali bahwa sumber ajaran tersebut memiliki silsilah yang langsung dan otentik dari Buddha Shakyamuni sendiri. Setelah memahami akan hal ini, kita butuh merenungkan kelahiran kita sebagai manusia yang berharga dan harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin agar kita tidak terjatuh ke alam rendah dan terus menerus terjebak dalam lingkaran kelahiran di samsara. Oleh karena itu kita mulai belajar untuk menolak jerat samsara dengan merenungkan bahwa sesungguhnya seluruh kenikmatan yang kita rasakan pada intinya merupakan dukkha yang disebabkan oleh banyaknya karma dan klesha atau kotoran batin yang memperkuat ego kita. Kita perlu melatih diri untuk mengurangi rasa ingin selalu dinomorsatukan dan merasa diri paling penting. Setelah perasaan muak tersebut muncul, timbullah sebuah pemikiran bahwa jika kita mengalami penderitaan di alam samsara, maka pastilah orang tua kita juga mengalami hal yang serupa. Kemudian jika kita mengingat jumlah kelahiran kita yang tak terbatas, semua makhluk juga pastilah pernah menjadi ibu-ibu kita di kehidupan yang lampau. Saat muncul rasa iba tersebut, muncullah sebuah aspirasi ingin membebaskan semua makhluk dari penderitaan tiada ujung tersebut. Untuk melihat penjelasan mendetail dari setiap topik, telah dirilis berita harian mengenai sesi pengajaran setiap harinya.
Untuk menumbuhkan tidak hanya sekedar pengetahuan tetapi juga perasaan pada hati kita, para peserta retret bersama-sama mengucapkan bait-bait perlindungan terhadap Triratna dan membangkitkan bodhicitta, yaitu tekad untuk menolong semua makhluk. Biksu Bhadra Ruci juga meringkas materi yang telah dibabarkan dari awal hingga penghujung sesi dan membacakan bait-bait dalam Baris-Baris Pengalaman. Dengan senantiasa diajak untuk berpikir, merenung, dan merasakan penderitaan makhluk lain yang merupakan ibu-ibu kita dari kelahiran yang berjumlah tak terhingga, kita diajak untuk memantapkan aspirasi untuk mencapai pencerahan sempurna. Kita juga selalu diminta untuk mengingat dan mengulang janji tersebut setiap harinya untuk semakin memperkuat motivasi tersebut.
Tiada pencapaian yang bisa diperoleh tanpa perjuangan. Sama halnya ketika kita begitu menginginkan tercapainya cita-cita yang kita miliki di dunia ini, realisasi spiritual merupakan sesuatu yang patut kita tuju. Bersemangatlah dalam mengembangkan batin dan melangkah bersama komunitas yang baik. Sampai kita semua berjumpa lagi dengan batin yang lebih bajik dan bijak, para pejuang spiritual!
Foto-Foto: