Kita ini orang seperti apa?
Kita perlu membangkitkan motivasi bajik agar praktik Dharma kita membawa hasil yang baik, kira-kira demikian pesan Biksu Bhadra Ruci saat membuka rangkaian acara Indonesia Lamrim Retreat 2017. Namun, bagaimana caranya kita bisa membangkitkan motivasi tersebut? Motivasi seperti apa yang perlu kita bangkitkan? Jawabannya ada di hari pertama retret, 23 Desember 2017. Motivasi untuk praktik Dharma dapat kita temukan dari sifat dasar ajaran Buddha, yaitu melihat ke diri sendiri. Kita ini orang seperti apa? Apakah kita membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain? Atau jangan-jangan kehadiran kita menyusahkan orang-orang di sekitar kita? Coba direnung-renungkan, lalu putuskan untuk tidak menyia-nyiakan kelahiran kita sebagai manusia yang amat berharga dengan menjadi orang yang lebih baik dan bermakna dari diri kita sekarang. ‘Lebih baik’ seperti apa tergantung dari hasil perenungan kita. Itulah yang bisa mendorong kita untuk memulai belajar dan mempraktikkan Dharma.
Setelah membangkitkan motivasi, kita bisa mulai mempelajari Lamrim, sebuah metode belajar Buddhadharma yang menarik intisari dari semua ajaran Buddha dalam tahapan-tahapan menuju pencerahan. Lamrim ini juga berasal dari bangsa kita sendiri, dapat ditelusuri hingga ke Guru Swarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya. Dengan mempelajari Lamrim, kita bukan lagi sekedar ‘umat biasa’ yang hanya sembahyang kepada Buddha di saat butuh, melainkan orang yang betul-betul menapaki jalan bertahap untuk mencapai pencerahan seperti Sang Buddha sendiri.
Biksu Bhadra Ruci membacakan bait-bait awal dari teks “Baris-Baris Pengalaman” karya Je Tsongkhapa. Teks ini juga dikenal sebagai ‘Lamrim Kecil’ karena mencakup keseluruhan Lamrim dalam bait-bait singkat hasil dari pengalaman spiritual Je Tsongkhapa sendiri. Bait-bait pertama ini berisi pujian dan penghormatan terhadap kualitas Sang Buddha dan guru-guru Dharma agung lainnya, sesuai dengan bab pertama Lamrim, yaitu keagungan sumber ajaran untuk memastikan sumber Dharma yang terpercaya. Biksu Bhadra Ruci menjelaskan bagian tersebut dengan situasi yang sering kita jumpai sehari-hari, misalnya mencari jalan dengan google maps. Ketika menuju tempat baru hanya dengan mengandalkan google maps, kadang petanya bisa keliru sehingga kita tersesat. Demikian pula untuk urusan spiritual, kalau kita tidak menyelidiki kepada siapa kita belajar, tentu batin kita akan tersesat. Karena itu penting sekali untuk mengetahui sumber ajaran yang akan kita terapkan untuk mengembangkan batin kita.
Sumber ajaran atau guru seperti apakah yang bisa kita andalkan? Pertama kita lihat apakah orang-orang yang mempraktikkan ajaran tersebut bisa mencapai realisasi seperti sang guru. Buddha mengajarkan Dharma lebih dari 2500 tahun yang lalu, banyak yang mempraktikkan ajaran beliau telah menemukan kebahagiaan sejati. Begitu pula Je Tsongkhapa yang mengajarkan kembali Dharma Sang Buddha melalui Lamrim, sejak beliau parinirwana 600 tahun yang lalu, telah banyak guru-guru yang mencapai realisasi spiritual dengan mengandalkan karya-karya beliau.
Kedua, apakah guru tersebut hidup sesuai dengan apa yang beliau ajarkan? Ada anekdot: seorang guru mengajak pengikutnya pergi ke surga, tapi guru ini sendiri tidak mau ke surga. Bagaimana mungkin ajaran dari sumber seperti ini bisa dipercaya?
Kemudian, Biksu Bhadra Ruci menjelaskan lebih lanjut keagungan guru-guru yang disebut dalam teks Baris-Baris Pengalaman, khususnya Buddha Sakyamuni. Sebagai umat Buddha, tentunya kita harus khatam riwayat Sang Buddha dan merenungkannya. Kita bisa melihat riwayat Buddha digambarkan dengan begitu agung di relief Lalitawistara yang terukir di Candi Borobudur. Beliau adalah anak raja, berpendidikan tinggi, mahir dalam segala ilmu, tapi sudahkah kita benar-benar yakin pada Beliau? Atau jangan-jangan kita lebih yakin pada ucapan peramal atau makhluk yang tak tampak?
Di akhir sesi, kita semua diajak untuk merenung, seberapa besar kita yakin pada Sang Buddha dan guru-guru Dharma. Belajar Dharma memiliki implikasi yang besar, tidak hanya di kehidupan ini tapi juga untuk memastikan nasib kita di kehidupan selanjutnya. Sudahkah kita belajar dari sumber yang tepat? Ingat kembali keagungan Sang Buddha dan kebaikan yang telah dicapai berbagai praktisi Dharma. Bandingkan dengan diri kita, kenali sejauh mana keyakinan kita. Kenali pula seperti apa kondisi dari kita saat ini, masalah apa saja yang kita alami. Dari mengenali diri sendiri dengan cara-cara tersebut, kita akan menemukan langkah selanjutnya yang harus kita ambil dalam praktik Dharma kita.
—
Sesi pengajaran Dharma Indonesia Lamrim Retreat 2017 bersama Biksu Bhadra Ruci dapat diikuti melalui livestreaming.
Untuk mendapatkan akses livestreaming, hubungi: Merry (082163276188)
—
Foto-Foto: