oleh: Sankhapala Jayawardhana
Mendengar nama Buddha Dipankara, Petapa Sumedha membangkitkan keyakinan yang sangat kuat kepada Buddha Dipankara. Setelah bertemu, Buddha Dipankara meramalkan bahwa petapa Sumedha akan mencapai Kebudhaan yang lengkap sempurna pada masa kerajaan Kapilawastu, yang dipimpin oleh Raja Sudodhana dan Ratu Mahamaya. Petapa Sumedha akan dilahirkan sebagai seorang pangeran bernama Siddharta Gautama dan akan menikah dengan Yasodhara dan akan mempunyai putra bernama Rahula.
Sejak diramalkan oleh Buddha Dipankara, Petapa Sumedha dengan penuh semangat dan keyakinan mengumpulkan sebab-sebab untuk mencapai Kebuddhaan. Sebab-sebab yang dimaksud disini adalah, Petapa Sumedha mengumpulkan kebajikan untuk menyempurnakan Paramita. Ada 10 paramita yang harus disempurnakan Petapa Sumedha. Beliau menyempurnakan paramita ini selama 4 Asankheya dan 100 ribu kalpa. Sungguh waktu yang sangat lama.
Cerita-cerita mengenai perjalanan sejak Petapa Sumedha diramal sampai kehidupan terakhirnya sebagai Pangeran Setaketu, banyak diceritakan di Jataka. Berbagai jenis alam kehidupan telah beliau lalui, Karena beliau bertekad untuk mencapai Kebuddhaan, tentunya karma yang beliau kumpulkan adalah karma bajik, sehingga tidak heran jika alam kehidupan yang beliau alami sebagian besar adalah sebagai manusia yang penuh kemasyhuran, atau sebagai biksu ataupun alam dewa. Ada juga kelahiran Beliau sebagai binatang, seperti kelinci, burung, gajah dan sebagainya. Namun, dalam kelahiran beliau sebagai binatang pun, beliau diceritakan tetap bisa mengumpulkan kebajikan dengan mengorbankan nyawanya sendiri untuk memberi persembahan.
Yang pertama dari 10 paramita adalah Dana. Dana paramita berarti kesempurnaan paramita? Bagaimana paramita bisa dikatakan sempurna? Menyempurnakan Dana Paramita bukanlah berarti bahwa kita harus mengentaskan kemiskinan semua makhluk. Hal ini adalah tidak mungkin, karena setelah berpuluh-puluh Buddha lahir dan parinibanna pun, kita masi menemukan yang namanya kemiskinan dan penderitaan. Kemiskinan belum tuntas hingga hari ini. Lalu bagaimana seseorang dikatakan telah sempurna Dana Paramita nya?
Tindakan berdana yang sesungguhnya adalah tindakan batin yang ingin memberikan tubuh, kekayaan dan akar-akar kebajikan. Praktik ini dibagi ke dalam tiga jenis: (1) memberikan benda-benda materi, (2) memberikan kebebasan dari rasa takut , dan (3) memberikan Dharma.
(1) Memberikan benda-benda materi
Benda-benda materi yang dimaksud disini mulai dari harta benda kita sampai dengan berdana tubuh kita sendiri. Intinya adalah kerelaan memberi yang sempurna. Ketika batin sudah rela memberi, bahkan nyawa kita sendiri pun rela untuk kita berikan (cerita jataka tentang kelinci yang melompat ke api). Sampai saat itu terjadi (merelakan nyawa), kita harus terus berlatih mulai dari memberi benda-benda materi yang sanggup kita berikan. Sebuah aspirasi untuk bisa memberikan tubuh kita suatu hari ini nanti hingga mencapai Nibanna haruslah selalu di bangkitkan dalam batin ketika memberi benda-benda materi.
(2) Memberikan kebebasan dari rasa takut
Bentuk berdana ini termasuk perbuatan seperti memberikan kebebasan pada mereka yang menderita di penjara, menolong mereka yang terancam bahaya tenggelam, dan menyelamatkan serangga- serangga dan binatang-binatang lain selama musim panas dan dingin ketika mereka terancam bahaya kepanasan atau kedinginan.
Kita tidak perlu mencari jauh-jauh kesempatan untuk membebaskan makhluk hidup dari ketakutan. Praktik semacam ini bahkan bisa dipraktikkan pada kutu yang ditemukan di tubuh kita. Juga sangat mudah membebaskan serangga dari bahaya tenggelam. Yang harus kita lakukan hanyalah mengulurkan tangan kita.
(3) Memberikan Dharma
Memberikan Dharma meliputi semua tindakan mengajar— bahkan menafsirkan empat baris bait—dengan motivasi yang baik, kepada mereka yang ingin mendengarkan, dan menjelaskan makna kitab suci kepada murid kita. Praktik ini tidak harus berupa ceramah resmi yang diberikan di wihara. Di antara jenis praktik memberi yang lainnya, praktik memberikan Dharma merupakan bentuk tertinggi dari praktik berdana.
Kenapa dikatakan memberi Dharma adalah bentuk tertinggi dari praktik berdana? Alasannya adalah karena praktek berdana Dharma bisa membebaskan kita dari samsara dan mencapai Nibanna sedangkan praktek memberi materi dan membebaskan dari rasa takut hanya memberikan manfaat yang sementara.
Lalu bagaimana kita mempraktikkan Dana Dharma yang tertinggi ini? Bagaimana kalau kita tidak punya kemampuan untuk mengajarkan Dharma? Berdana Dharma tidak harus dilakukan dengan mengajarkan Dharma. Segala hal yang berkaitan dengan tujuan untuk menyebarkan Dharma adalah Dana Dharma. Mengajak teman ke wihara untuk mendengar Dharma, memberikan nasihat Dharma kepada teman adalah Dana Dharma juga.
Satu Dana Dharma yang mudah untuk dilakukan adalah Dana Buku Dharma. Kalau kita berdana 100 buku Dharma, dan buku ini di baca oleh 100 umat Buddha atau 100 Biksu, maka manfaat Dana Dharma kita akan menjadi luar biasa. Jika setelah membaca buku Dharma yang kita danakan ini, umat/biksu tersebut membangkitkan rasa menolak samsara yang kuat, bayangkan karma baik yang akan kita peroleh. Jadi, selama buku tersebut masih digunakan, maka kita masih tetap akan mendapatkan karma baik dari berdana buku Dharma tersebut.
————————-
Di bulan Kathina ini, Lamrimnesia membuka kesempatan berdana buku Dharma kepada Sangha. Kami berharap dengan buku Dharma ini, para anggota Sangha dapat mendapatkan pengetahuan Dharma dan realisasi yang kelak dibagikan kepada kita. Yuk simak petunjuknya di tautan berikut: http://lamrimnesia.org/2017/09/05/kathina-dana/