24 DESEMBER 2016—Setelah resmi dibuka pada malam sebelumnya, acara Indonesia Lamrim Retreat 2016 di Gedung Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat, memasuki sesi pengajaran pertama. Sesi ini juga dihadiri oleh Ketua Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute, Lilis Juliati Arief; Wakil Ketua Umum II Majelis Buddhayana Indonesia, Marga Canto Santosa; serta penulis dan pemerhati budaya sekaligus putri proklamator, Sukmawati Soekarnoputri sebagai tamu undangan.
Setelah puja bakti pendahuluan, Biksu Bhadraruci selaku pembimbing retret mengawali pengajaran dengan mengajak peserta untuk merenungkan cara kita memanfaatkan waktu yang dimiliki agar dapat membangkitkan antusiasme dalam mengikuti retret Dharma selama delapan hari ke depan dengan kebahagiaan sejati sebagai tujuan.
Sebelum mulai membahas topik, Biksu Bhadraruci juga memberi sekilas pengantar mengenai situasi umat Buddha di Indonesia. Tradisi Buddhis Nusantara sempat terputus bersama dengan runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha di masa lampau. Berkat Yang Mulia Biksu Ashin Jinarakkhita, biksu pertama sekaligus pelopor kebangkitan kembali Buddhisme Indonesia di abad ke-20, ajaran baik ini dapat kembali berkembang di negeri ini. Kini, ajaran Buddha di Indonesia sangat heterogen. Ada tradisi Theravada, Mahayana Tiongkok, Zen, dan masih banyak lagi. Saking banyaknya, umat kebingungan karena semua sama baiknya, namun kadang seolah-olah saling bertentangan.
Lamrim atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan yang berisi panduan latihan yang sistematis merupakan ‘resep’ yang dibutuhkan umat Buddha di Indonesia untuk meracik semua ajaran yang masuk sehingga manfaatnya dapat dinikmati semua orang. Keterkaitan historis ajaran Lamrim yang bersumber dari karya Guru Atisha yang merupakan hasil pebelajaran beliau kepada Guru Swarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya dengan Buddhadharma khas Indonesia yang telah lama hilang juga menjadi daya tarik untuk dipelajari umat Buddha pemerhati sejarah dan budaya Nusantara.
Kitab Baris-Baris Pengalaman karya Je Tsongkhapa merupakan salah satu kitab lamrim yang paling singkat sehingga cocok bagi yang baru mengenal lamrim dan dipilih sebagai topik utama Indonesia Lamrim Retreat 2016. Setelah pengantar tersebut, Biksu Bhadraruci mulai membahas kitab tersebut dengan menjabarkan makna di balik bait-bait penghormatan kepada Buddha, Bodhisatva, dan guru-guru silsilah yang mengawali kitab ini. Peserta retret diajak untuk mengingat kembali betapa agungnya riwayat hidup Sang Buddha, kualitas-kualitas, dan kebaikan hati beliau. Dengan memahami hal tersebut, tentunya dapat dipastikan bahwa Dharma yang beliau ajarkan dapat membawa kebahagiaan dan membimbing praktisinya untuk mencapai keagungan yang sama. Hal yang sama juga dilakukan untuk guru-guru silsilah hingga guru kita pribadi.
Biksu Bhadraruci melanjutkan pembahasan mengenai bab kedua Lamrim, yaitu keagungan ajaran untuk membangkitkan rasa hormat terhadap instruksi. Di sini beliau kembali menekankan poin yang juga merupakan 1 dari 4 keagungan ajaran, bahwa ajaran Buddha tidak bertentangan antara satu dengan yang lain. Biksu Bhadraruci juga mengingatkan bahwa Dharma merupakan instruksi pribadi untuk dipraktikkan, bukan sekedar ongkos mulut. Dengan demikian, barulah hasil praktik berupa kebahagiaan sejati dapat dicapai.
Setelah pengajaran Dharma usai, rangkaian kegiatan pada hari ini ditutup dengan meditasi lamrim pada malam hari. Semua peserta diajak untuk mengingat kembali dan merenungkan semua yang telah dipelajari sepanjang hari ini. Melalui meditasi lamrim, peserta dapat mengakrabkan diri dengan apa ang telah dipelajari sehingga secara alami tercermin dalam tindakan sehari-hari.
Livestreaming dapat diikuti via buddhayana.tv
Untuk mendapatkan akses, hubungi:
Sapta: 0898 481 1450
Aprianti: 0853 7524 2326