Minggu (6/10) – Nusantara Dharma Book Festival 6.0 yang berlangsung pada 2–6 Oktober 2024 di Sangkring Art Space, Bantul, D.I. Yogyakarta menghadirkan Ariel Tatum, Adjie Santosoputro, Eka Kurniawan, dan tokoh nasional di bidang kesenian, kesehatan mental, dan literasi untuk memperkenalkan manfaat budaya literasi warisan Sriwijaya untuk meraih kebahagiaan. Pesta literasi tahunan ini diisi dengan aneka talkshow, bedah buku, pertunjukan dan pameran seni, serta bazar buku akbar yang melibatkan lebih dari 100 penerbit se-Indonesia.
“Tujuan dari sastra adalah mengajak pembaca untuk bertanya,” tutur Eka Kurniawan dalam bedah buku terbarunya, Anjing Mengeong Kucing Menggonggong, pada hari kedua NDBF 6.0. Berkenaan dengan tajuk acara tentang cinta tanpa pamrih sebagai kunci kebahagiaan, Eka membahas macam-macam wujud cinta yang ada dalam buku tersebut hingga akhirnya mengajak peserta mempertanyakan insting manusia yang cenderung memisahkan kepentingan dirinya sendiri dengan kepentingan orang lain.
“Meskipun terdengar agak egois, ‘aku’ (orang tua) mencintai anak karena sebenarnya aku mencintai diri sendiri. Tapi juga bisa dilihat dengan cara yang sedikit berbeda, bahwa bagaimana kalau kita melihat bahwa segala hal (dunia) bukan hanya aku dan the others. Kita sebenarnya bersumber dari hal yang sama,” kata Eka.
Pandangan bahwa setiap orang dan semesta di sekitarnya berasal dari sumber yang sama sebagai dasar untuk mencintai tanpa syarat dan meraih kebahagiaan juga tergambarkan dalam pameran seni NDBF 6.0 yang dikurasi oleh kolektif seni multidisiplin asal Yogyakarta, Sekawan Projects. Pameran bertajuk “Menilik Diri: Utas Rahasia yang Tak Kausadari” menghadirkan karya-karya yang dirangkai mengikuti proses meraih kebahagiaan berdasarkan filsafat Buddhis tentang Empat Kebenaran Arya, yaitu mulai dari menyadari penderitaan itu sendiri, menelusuri sebabnya, belajar tentang akhir dari penderitaan tersebut, hingga menapaki jalan menuju akhir penderitaan dan mengembangkan cinta tanpa pamrih untuk meraih kebahagiaan yang sempurna.
Proses meraih kebahagiaan yang dimulai dari memahami penderitaan yang dialami ini juga ditegaskan Ariel Tatum dalam talkshow bertajuk “Hidup Getir Namun Diri Tak Gentar” pada hari terakhir acara, Minggu, 6 Oktober 2024.
Ariel Tatum di Nusantara Dharma Book Festival 6.0
“Dulu tuh aku agak mikir, aku mau tahu nggak ya apa diagnosanya? Karena saat itu aku pikir aku nggak mau label myself gitu. Aku takut dengan diagnosa tersebut. aku jadi merasa aneh atau merasa beda dengan yang lain,” ungkap Ariel, “Tapi ternyata begitu aku tahu akarnya di mana, proses pemulihan itu malah lebih terkurasi dengan baik sehingga proses penyembuhannya itu bisa lebih cepat.”
Masih berkaitan dengan aspek kesehatan mental, turut hadir pula praktisi kesehatan mental Adjie Santosoputro yang berbagi tentang cara mengubah penderitaan yang dialami menjadi cinta untuk diri sendiri dan banyak orang.
“Acara ini kan penuh pembelajaran, penuh hal-hal yang bermanfaat buat banyak orang. Selama ini setahun sekali ya? Harusnya setahun dua kali. Intinya adalah dirutinkan, dilestarikan,” pesan Adjie.
Selain Adjie Santosoputro, Ariel Tatum, dan Eka Kurniawan, Leila S. Chudori juga hadir di NDBF 6.0 untuk membedah karyanya yang berjudul “Laut Bercerita”. Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 2023 Asisi Suhariyanto dan content creator Buddhis Karina Chandra turut hadir untuk berbagi tentang Candi Kalasan dan Dewi Tara, teladan welas asih dari Jawa Kuno. Lalu, hadir pula Y.M. Bhikkhu Nyana Suryanadi dan Y.M. Biksu Guna Sagara yang memberikan perspektif spiritual terhadap literasi, kesehatan mental, dan kedamaian batin. Seniman senior Win Dwi Laksono juga hadir membuka pameran seni serta mengajak peserta NDBF 6.0 untuk bertukar pikiran tanpa penghakiman dan prasangka mulai dari interpretasi terhadap karyanya. Ada pula Wawan Arief dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang membahas dampak langsung aktivitas literasi terhadap kebahagiaan. Sebagai praktiknya, peserta dapat mengikuti sesi baca bersama Klub Buku Yogyakarta dan book blind date bersama Jogja Book Party.
Satu lagi sesi yang menarik adalah baca bersama, bernyanyi, dan mewarnai Candi Borobudur bersama Kelas Ilustrasi Buku Anak ITB (KIBA) di sesi NDBF Kids. Melalui Serial Buku Interaktif Diari Nada: Pemandangan Borobududur, kakak-kakak dari KIBA menanamkan kecintaan pada buku dan lagu anak, serta memperkenalkan Candi Borobudur sebagai warisan dunia dari leluhur bangsa.
Nusantara Dharma Book Festival sendiri merupakan pesta literasi khas Nusantara yang rutin yang diselenggarakan oleh Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN/Lamrimnesia). Setelah dua kali diadakan di Jakarta dan tiga kali digelar online, NDBF ke-6 diadakan di Yogyakarta untuk pertama kali dan diramaikan oleh lebih dari 2000 peserta dari berbagai kalangan.
“Kami melihat di Yogyakarta banyak orang ‘aneh’ yang bekerja bukan semata-mata demi mengumpulkan materi, tapi demi mengejar value atau nilai-nilai yang baik. Kami juga adalah sekumpulan anak muda yang ‘aneh’, mengadakan NDBF ini untuk berbagi value tentang welas asih dan cinta kasih warisan Nusantara lewat literasi. Karena itulah NDBF 6.0 ini diadakan di Yogyakarta,” kata Agustino selaku direktur Lamrimnesia.
Liputan dan informasi seputar Nusantara Dharma Book Festival bisa diikuti di Instagram @dharmabookfest.