Cumi-cumi, cumi-cumi apa yang paling nyeremin? Jelas Permainan Cumi-Cumi, alias “permainan” paling naik daun di Netflix, Squid Game!
Squid Game adalah serial Netflix yang mengisahkan Seong Gi-Hun yang kesulitan secara finansial dan karena kesulitannya tersebut memutuskan untuk mengikuti permainan bersama dengan 455 pemain lainnya untuk memenangkan uang sebesar 45,6 Miliar Won. Permainannya adalah variasi permainan masa kecil di Korea yang relatif mudah. Hanya saja apabila kalah, taruhannya adalah nyawa. Setiap satu nyawa terbang, maka uang akan bertambah, dan uang tersebut akan menjadi milik pemenang dari seluruh permainan tersebut.
Kita Semua Punya Utang Karma dan Terancam di Squid Game Bernama Samsara
Hal yang mendorong para pemain Squid Game untuk mengikuti permainan-permainan mematikan tersebut adalah karena mereka semua terjebak dalam utang yang tidak sanggup mereka bayar. Jadi langsung terpikir, aduh pokoknya gak boleh ngutang deh sama orang! Karena sedikit-sedikit pasti jadi bukit. Dan akhirnya gak bisa terbayarkan lagi. Mereka terjebak dalam utang sampai akhirnya rela mengikuti permainan mematikan, utang dibayar dengan darah, siapa tahu bisa terbebas dari utang walaupun taruhannya itu nyawa… Ngeri banget, ya?
Namun, apa bedanya para pemain Squid Game dengan kita, para makhluk yang terjebak dalam samsara dan memiliki utang karma yang bejibun? Faktanya, saat ini kita masih mondar-mandir dalam samsara untuk membayar utang-utang karma kita. Kita tidak ada bedanya dengan pemain Squid Game. Kita tetap memilih berada dalam permainan samsara ini dengan segala “kesenangan”-nya, seperti pemain Squid Game yang memilih mengikuti permainan untuk kesenangan dalam bentuk uang. Padahal pemain Squid Game tahu taruhannya adalah penderitaan, seperti kita juga tahu samsara inilah penderitaan.
Para pemain Squid Game rela mati untuk membayar utang-utangnya, seperti kita yang terus terjebak dalam lingkaran samsara dan mengalami kematian berulang kali, jatuh ke alam rendah, naik ke alam tinggi, membayar utang karma, dan tidak luput membuat utang karma baru.
Kita Punya Utang Karma seperti Utang Pemain Squid Game
Squid Game dan samsara adalah serupa tapi tak sama. Tak terhingga banyaknya makhluk yang mau-mau saja terlarut di dalamnya. Kita sudah lahir dan mati berkali-kali sampai tak terhitung lagi jumlahnya. Artinya karma kita juga tidak terhitung, dan sampai sekarang kita pun membuat utang karma buruk baru dan entah kapan akan “ditagih”. Tiba-tiba jadi terpikir, utang karma buruk berkalpa-kalpa yang harus dibayar satu per satu… Tidak akan bisa dihindari.
Karma itu pasti. Kita percaya atau tidak percaya, karma berlaku untuk semua. Karma itu juga berkembang dengan pesat. Jadi, utang karma bisa ada bunganya! Sekecil apa pun karma, buruk maupun baik, dampaknya bisa berlipat ganda dan salah satu akibatnya berupa kecenderungan mengulangi. Persis kayak menanam satu biji stroberi, hasilnya bisa belasan buah stroberi di satu pohon, dan di setiap buah ada ratusan biji stroberi lagi yang bisa tumbuh jadi tanaman baru. Sebanyak itulah “utang” karma kita bisa berlipat-ganda! Terpikir gak dikejar-kejar oleh rentenir karma tanpa ampun dan ditagih untuk melunasi selama dalam samsara ini?
Dan pastinya, karma tidak hilang begitu saja. Misalnya ketika orang melakukan pencopetan seperti Kang Sae-Byeok di Squid Game. Si gadis Korea Utara yang panjang tangan ini kemudian berdana, lalu berharap karma baik berdana akan menutupi karma buruk pencopetan yang ia lakukan. Eits, bukan begitu cara karma bekerja. Memangnya tukaran kado?
Lantas, bagaimana caranya melunasi utang karma kita yang berdarah-darah ini? Kita sudah pasti menuai apa yang telah kita tabur. Kita juga tidak akan mengalami akibat dari karma yang tidak kita lakukan. Hal buruk yang menimpa kita sekarang bukan tanpa sebab dan tidak datang dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh karma yang kita lakukan sebelumnya. Apalagi kita juga dapat merenungkan sekarang, apakah lebih banyak perbuatan baik atau buruk yang kita lakukan sepanjang kita hidup? Dalam hati sebagian besar dari kita sudah tahu jawabannya, lebih mudah untuk melakukan perbuatan buruk dibanding perbuatan baik karena klesha yang mencengkeram kita. Dan kita juga tahu bahwa timbunan perbuatan buruk hanya akan menyesatkan kita kepada kelahiran kembali di alam rendah. Padahal kini kita punya kelahiran sebagai manusia yang dapat mendorong kita keluar dari lingkaran samsara ini, dan bahkan Kebuddhaan sebagai tujuan akhir.
Jadi, timbunan karma kita begitu besar karena sudah tidak terhitung berapa banyak kita telah lahir dan mati. Begitu banyak pula karma buruk baru yang kita timbun setiap harinya di kehidupan ini. Bagaimana caranya kita bisa keluar dari lingkaran samsara dan mencapai Kebuddhaan? Rasanya hal itu semakin mustahil. Namun, sebenarnya kita sebagai manusia punya potensi untuk menyelamatkan posisi kita yang terdesak ini!
Untungnya Utang Karma Bisa “Dicicil”
Kita sudah sadar kalau kita lebih banyak bikin karma buruk dibanding karma baik. Artinya kemungkinan besar kita akan jatuh ke alam rendah, kehilangan kesempatan berharga sebagai manusia ini untuk membebaskan diri dari “utang” berupa hidup di samsara ini.
Gawatnya lagi, kematian itu pasti dan kita gak akan tahu kapan dia akan datang dan memaksa kita pindah ke kehidupan berikutnya. Kesempatan kita untuk mengembangkan kebajikan sebelum karma-karma buruk kita berbuah di kehidupan selanjutnya dapat berakhir dengan mudah tanpa diduga. Siap tidak siap, kematian datang begitu saja menjemput. Bisa besok, bulan depan, bisa 10 tahun lagi. Begitu kematian menjemput, kita gak bisa lari. Kalau utang karma buruk kita masih menggunung seperti sekarang, fix banget alam rendah menanti.
Makanya, mumpung kita masih hidup sebagai manusia hari ini, kita harus “mencicil” pembayaran utang karma tak bajik mulai dari sekarang! Tapi, bagaimana caranya?
Caranya adalah praktik purifikasi! Praktik ini adalah sebuah usaha menetralkan karma buruk yang diajarkan Sang Buddha, khususnya karma yang mendorong ke alam rendah. Mengapa menetralkan? Karena kita tidak dapat serta-merta menghapus semua karma buruk kita. Praktik purifikasi memandulkan karma buruk kita, seperti benih yang dibakar hingga tidak dapat lagi menghasilkan buah, benihnya masih ada tetapi tidak memiliki potensi lagi untuk tumbuh. Tujuan utama dari praktik purifikasi adalah menetralkan karma sehingga tidak lagi menghasilkan efek pematangan, ibarat besi yang ditempa; besi yang masih panas memiliki kemampuan membakar kita, tetapi besi yang sudah didinginkan aman-aman saja kalau dipegang.
Cara Mencicil Utang Karma Tanpa Ikut Squid Game
Terdapat beberapa metode purifikasi, tetapi apa pun metode yang kita pilih, dasarnya tetap sama, yaitu menerapkan Empat Kekuatan berikut ini:
- Kekuatan penyesalan: penyesalan yang sangat tulus dan mendalam atas perbuatan buruk yang kita lakukan.
- Kekuatan penawar: perbuatan bajik dengan tujuan untuk menetralkan karma buruk.
- Kekuatan menahan diri: kesungguhan untuk tidak mengulangi perbuatan buruk yang sama.
- Kekuatan basis: mengambil perlindungan dan membangkitkan bodhicita.
Baca juga: Jalan Keluar dari Karma Buruk
Jadi, pertama-tama, sangat penting untuk memulai praktik purifikasi dengan perasaan menyesal yang kuat. Perasaan ini datang dari keyakinan kita terhadap hukum karma, bahwa karma buruk akan menghasilkan penderitaan. Karena kita tidak mau menderita dan ingin bahagia, kita pastinya akan menyesali sebab penderitaan alias karma buruk yang telah kita buat. Kemudian, kita perlu membuat lebih banyak karma baik. Kebajikan ini akan menjadi kekuatan bagi kita untuk bisa mengendalikan batin agar tidak membuat lebih banyak karma buruk
Kita juga perlu membangkitkan tekad tidak mengulangi kesalahan di masa depan. Kalau terlalu sulit dan agak mustahil untuk berhenti sepenuhnya, kita bisa setidaknya berjanji untuk menahan diri dalam batas waktu tertentu. Terakhir, kita mengambil perlindungan dan membangkitkan bodhicita untuk memastikan basis dalam latihan, mengambil perlindungan kepada objek yang tepat sebagai tempat berlindung dan membangkitkan bodhicitta untuk kebahagiaan semua makhluk.
Ada 6 aktivitas bajik yang bisa menjadi penawar utama dalam praktik purifikasi ini, yaitu melafalkan Sutra (khususnya Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan/Prajnaparamita Sutra), merenungkan kesunyataan, melafalkan mantra, membuat gambar Buddha, memberi persembahan kepada Buddha, dan melafalkan nama-nama Buddha.
Pelajari beragam kekuatan penawar di sini!
Kita mungkin bertanya, bagaimana melafalkan nama Buddha tertentu memungkinkan memurnikan karma kita? Efek ini sebenarnya berasal dari aspirasi bodhicita yang ditumbuhkan Buddha. Karena mereka telah berikrar untuk menjadi Buddha demi kepentingan semua makhluk, melafalkan nama mereka menjadi salah satu cara untuk membantu semua makhluk memurnikan tumpukan karma negatif. Wah, luar biasa sekali ya welas asih Buddha..
Namun, di luar 6 aktivitas bajik ini, segala perbuatan baik yang dilakukan dengan tujuan menetralkan karma buruk juga bisa menjadi kekuatan penawar, misalnya seperti jadi relawan di rumah sakit atau panti jompo.
Kesimpulan
Nah teman-teman, setelah kita mengetahui bahwa kita dapat mulai “mencicil” utang karma kita dengan menetralkan mereka, kita harus mulai semangat nih untuk mempraktikkan purifikasi, biar kita tidak harus mengikuti permainan “Squid Game” dalam samsara ini. Jangan contoh Seong Gi-Hun dan kawan-kawannya, ya! Biar makin jelas, baca juga buku-buku tentang karma, praktik purifikasi, dan topik-topik Dharma lainnya. Semangat!
Referensi:
1. “Jika Hidupku Tinggal Sehari” – Guru Dagpo Rinpoche
2. “Ini yang Harus Kuperbuat” – Y.M. Biksu Bhadra Ruci