Janganlah berbuat jahat
Perbanyaklah perbuatan baik
Sucikan hati dan pikiran
Inilah ajaran semua Buddha
-Dhammapada XIV: 183
Pernah dengar bait di atas? Pasti pernah dong. Sudah coba dipraktikkan? Hmmm…
“Inti” ajaran semua Buddha dalam bait Dhammapada ini tampaknya sederhana, tapi penerapannya nggak segampang kelihatannya. Sebelum ini, membahas karma hitam yang harus dihindari aja butuh puluhan artikel. Itu baru kulit-kulitnya saja, masih jauh dari penjelasan hukum karma yang lengkap dan kompleks dalam kitab-kitab. Nggak sedikit kebiasaan kecil kita yang “nggak jahat” ternyata kalau dibiarkan bisa berlipat ganda sampai menyebabkan kita melakukan karma buruk yang lebih besar.
Dari artikel-artikel sebelumnya tentang karma hitam, kita tahu bahwa ajaran Buddha “Janganlah berbuat jahat” itu rumit dan mendalam, tapi bisa banget dilatih. Lantas bagaimana dengan perbuatan baik?
Ada 10 karma putih (dasa kusala kamma) yang merupakan kebalikan dari 10 karma hitam (dasa akusala kamma) yang telah kita bahas sebelumnya. Kesepuluh karma hitam terdiri atas membunuh, mencuri, melakukan tindakan seksual yang tidak pantas, berucap tidak benar, berucap memecah-belah, berucap kasar, berucap tak berguna, serakah, berniat jahat, dan memegang pandangan salah. Kesepuluh karma putih adalah kebalikan dari itu semua (menghindari pembunuhan, menghindari pencurian, dsb.).
Kita mungkin berpikir, “Ah, aku sudah banyak melakukan karma baik kok. Aku nggak pernah membunuh, nggak pernah mencuri, nggak pernah ngeseks. Bohong sama gosip ada sih dikit-dikit tapi kan masih ada 8 karma baik lain.” Benarkah kita sudah melakukan karma baik sebanyak itu setiap saat? Belum tentu! Tidak melakukan karma buruk nggak otomatis berarti kita sudah melakukan karma baik. Karma netral mungkin ada, tapi belum tentu bajik. Toh batu di pinggir jalan juga nggak pernah bunuh orang, tapi tetap nggak mengumpulkan kebajikan juga.
Lah, terus gimana caranya bikin karma baik?
Untuk bisa mengumpulkan karma putih, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Memahami suatu karma hitam dan menyadari kerugian-kerugiannya.
Inilah alasan mengapa kita harus mempelajari 10 karma hitam. Untuk bisa secara sadar menghindarinya dan mengumpulkan karma baik, kita harus tahu dulu apa yang kita hindari dan kenapa kita harus menghindarinya. Kita harus benar-benar paham bahwa ketika melakukan sebuah karma hitam–membunuh misalnya–kita secara langsung bikin orang lain menderita. Nggak cuma itu, kita juga menciptakan sebab penderitaan bagi diri kita sendiri yang akan datang.
2. Secara sadar membangkitkan keinginan untuk menghindari karma hitam dengan motivasi bajik.
Setelah tahu kerugian-kerugian dari karma buruk, kita pasti nggak mau dong melakukannya. Ya iyalah, masa kita tega bikin orang lain dan diri sendiri susah? Jika pemikiran seperti itu muncul dalam batin kita, jangan sampai dibiarkan lewat begitu saja. Renungkan dan perkuat tekad untuk tidak melakukan karma buruk demi kebahagiaan semua makhluk.
3. Tidak melakukan karma hitam itu.
Kalau kita sudah tahu kerugian karma buruk, sudah membangkitkan tekad untuk menghindarinya, tapi masih dilakukan juga, nggak jadi deh karma baiknya. Ada kalanya kita sudah tahu kerugian dari suatu karma buruk dan ingin menghindarinya, tapi masih melakukannya entah karena sengaja atau tidak. Jadi, kita tetap harus waspada dalam setiap tindakan.
Baca Juga : Mudah Merasa Bingung? Sulit Bedain Benar atau Salah? Ini Dia Penyebabnya Menurut Karma!
Jalan Karma Putih
Dalam kitab “Pembebasan di Tangan Kita”, diberikan contoh jalan karma putih yang lengkap dari mengurungkan niat membunuh seekor domba. Jalan karma di sini serupa dengan jalan karma hitam, yaitu ada elemen dasar, pemikiran, tindakan, dan penyelesaian. Dasarnya adalah domba. Pemikirannya adalah ada keinginan untuk tidak membunuh domba itu karena mengetahui kerugian-kerugiannya. Tindakannya adalah melakukan upaya untuk menahan diri tidak membunuh domba itu. Penyelesaiannya adalah ketika upaya itu berhasil.
Contoh yang sering penulis temui adalah nyamuk. Ketika ada nyamuk yang mendengung-dengung di telinga, apalagi sampai hinggap, rasanya nggak tahan ingin memukul nyamuk itu. Gampang lho, tinggal plok! Matilah dia. Namun, karena kita sudah belajar Dharma, kita tahu nyamuk itu hanya butuh makan sama seperti kita. Kita tahu bahwa kalau kita membunuhnya, si nyamuk akan menderita dan kita juga akan mengalami akibat buruk di masa mendatang. Kita pun merenungkan hal tersebut dan meyakinkan diri kita bahwa membunuh nyamuk itu adalah perbuatan jahat yang harus dihindari. Akhirnya kita nggak jadi memukul nyamuk itu dan hanya mengibaskan tangan kita agar dia menjauh. Selamat! Kita baru saja melakukan satu karma baik yang lengkap!
Akibat Karma Putih
Sama seperti karma hitam, karma putih juga memiliki 3 jenis akibat. Akibat yang matang sepenuhnya adalah kelahiran sebagai manusia atau dewa. Akibat yang sesuai dengan sebabnya dan akibat yang menentukan lingkungan untuk masing-masing karma putih adalah kebalikan dari akibat karma hitam.
Kita pakai menghindari pembunuhan sebagai contoh lagi, ya. Akibat yang sesuai dengan penyebab dari karma hitam membunuh adalah berumur pendek atau sakit-sakitan dan punya kecenderungan untuk mengulangi tindakan membunuh. Akibat dari karma putih menghindari pembunuhan adalah kebalikannya. Kita akan berumur panjang, sehat, dan makin terbiasa menghindari pembunuhan.
Akibat yang menentukan lingkungan dari karma hitam membunuh adalah lahir di tempat yang tidak punya obat yang manjur dan sarana kesehatan yang mendukung. Kebalikannya, orang yang melakukan karma putih menghindari pembunuhan akan lahir di lingkungan yang sehat dan punya sarana kesehatan yang baik.
Lebih jauh lagi, dalam Dasa-bhumika-sutra (Sutra Tentang Sepuluh Tingkatan), dikatakan bahwa mereka yang mempraktikkan sepuluh jalan karma putih ini dengan luas di setiap kesempatan akan mencapai seluruh kualitas seorang Buddha!
Melakukan karma baik di setiap kesempatan
Jika kita merujuk kembali ke tahapan-tahapan untuk melakukan karma baik yang lengkap, karma ini menjadi lengkap ketika kita secara sadar menolak sebuah tindakan karma hitam. Satu pertanyaan yang mungkin muncul, apakah sepuluh karma putih ini hanya bisa dilakukan saat ada “kesempatan” berbuat karma hitam? Kan jarang-jarang ya kejadiannya…
Sebenarnya kita nggak harus menunggu kesempatan yang terlihat jelas seperti nyamuk pengganggu baru bisa melakukan karma baik. Kesempatan itu ada setiap saat kok! Hanya saja, kita nggak cukup mindful untuk menyadarinya. Ketika ada nyamuk lewat, kita biarkan saja karena nggak keburu memukul. Padahal kalau kita mindful akan hukum karma, kita bisa mengingatkan diri kita akan kerugian membunuh nyamuk dan kita secara sadar menghindari membunuh nyamuk itu. Ketika ngobrol sehari-hari dengan teman-teman, kita terbiasa lupa waktu dan menunda pekerjaan karena obrolannya seru. Padahal kalau kita sadar, kita bisa mengingat kerugian ucapan tak berguna dan melakukan karma baik dengan undur diri dari obrolan ketika ada urusan yang lebih penting. Ketika ngiler lihat baju merk terkenal lagi promo buy 1 get 1 free walau sudah punya baju banyak, kita nggak langsung beli bukan hanya karena dompet nggak mendukung. Kita bisa melakukan karma baik dengan menyadari bahwa kita di ambang karma hitam pikiran serakah dan memutuskan untuk melawan pikiran tersebut.
Kesempatan melakukan karma baik sebenarnya ada setiap saat di sekitar kita, tapi kita nggak menyadarinya sehingga kehilangan kesempatan melakukan karma baik yang lengkap. Memperkaya pengetahuan dan pemahaman kita tentang sifat karma, jenis-jenis karma, dan akibatnya merupakan langkah untuk praktik Dharma dengan menghindari perbuatan jahat dan memperbanyak perbuatan baik sehari-hari. Setelah tahu dan paham, barulah kita bisa melatih diri untuk menyadari apa yang terjadi di batin kita ketika berhadapan dengan berbagai situasi. Dari situ, kita bisa mengendalikan diri kita untuk menghindari karma buruk dan melakukan karma baik yang lengkap sehingga bisa bahagia di kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Jadi, setelah baca artikel ini, ingat belajar lagi dari guru dan buku Dharma, ya! Jangan lupa direnungkan juga kaitannya dengan pengalamanmu sehari-hari, lalu dimeditasikan agar kamu bisa merasakan manfaat Dharma yang nyata. Selamat berlatih!
Referensi:
- “Karma” oleh Dagpo Rinpoche
- “Pembebasan di Tangan Kita” oleh Phabongkha Rinpoche
- “Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan” (Lamrim Chenmo) oleh Je Tsongkhapa
- “Steps on the Path to Enlightenment” oleh Geshe Lhundup Sopa