Kamu pasti pernah mengalaminya, perasaan bergejolak yang muncul, tidak tahu antara marah, kecewa, atau sedih, ketika seseorang mengucapkan sesuatu padamu.
Kalau kata sastrawan, “sakit tapi tak berdarah”.
Rasa sakit yang muncul begitu nyata, sangat membekas di perasaan dan memorimu, tapi tidak kelihatan. Itulah karakteristik utama dari suatu ucapan, mudah keluar, namun sulit dilupakan, ada banyak kasus dimana ucapan memiliki efek jangka panjang, bahkan bisa memicu permasalahan lainnya.
Berdasarkan hukum karma, segala akibat yang kamu terima sekarang merupakan hasil dari perbuatan yang telah kamu lakukan sebelumnya. Jadi ketika kamu merasakan sakit hati dari ucapan seseorang, karma apa yang kamu lakukan?
Yak! Jawabannya adalah ucapan kasar. Istilah Buddhisnya adalah “pharusavaca”, terdiri dari dua kata yaitu “pharusa” dan “vaca”. Arti harfiah dari “pharusa” adalah “kasar” dan “vaca” berarti “ucapan”. Definisi pharusavaca sendiri juga sebenarnya lebih luas, yaitu kata-kata yang memiliki motivasi untuk menimbulkan kemarahan ataupun sakit hati pada orang lain. Dan seperti yand sudah dibahas dalam artikel tentang karma ucapan lainnya, di zaman now, ucapan juga bisa dilakukan lewat tulisan seperti chatting ataupun status dan komentar di media sosial. Singkatnya, semua media yang bisa menyampaikan pesan bisa menjadi wadah untuk karma ucapan. Jadi, hujat-menghujat di media sosial juga merupakan contoh konkret dari ucapan kasar.
Akibat yang diterima dari ucapan kasar adalah:
- Akibat yang matang sepenuhnya: menentukan alam kehidupan (alam rendah: binatang, hantu kelaparan, atau neraka).
- Akibat yang serupa dengan penyebabnya: sering mendengar kata-kata yang menyakitkan hati dan suara-suara yang tidak enak didengar.
- Akibat yang menentukan lingkungan: berbatu-batu, banyak tempat yang rusak atau pecah, kekurangan air, dan lain sebagainya. Termasuk juga tempat yang memiliki banyak duri.
“Tapi kalau orang yang tidak disukai, rasanya gatal untuk tidak mengkritik atau menghina, ya nggak sih?”
Ya, memang benar. Apalagi di internet, kamu sering melihat warganet merundung seseorang, kadang lewat share post-post yang menjatuhkan, screenshot chat pribadi, dan sebagainya. Apalagi kalau ada bencana, ejekan dan hinaan pada kepala daerah, kepala negara, dan tokoh-tokoh pemerintahan pasti membanjir. Tanpa disadari, kebencian akan saling membalas terus-menerus dan lingkaran setan ini tidak akan pernah ada habisnya. Bisakah kita memutusnya? Stop lingkaran kebencian itu dari dirimu sendiri. Daripada kamu menerima karma buruk dari ucapan kasar, perbanyak mengucap sesuatu yang positif, post sesuatu yang positif, kurangin nyinyir sedikit demi sedikit, dan yang paling penting: kalau ada orang yang menyakiti hati kamu, ya terima saja… Bergembiralah karena karma buruk dari ucapan kasarmu sudah berkurang satu!