Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Artikel » Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    0
    By Editor Lamrimnesia on April 30, 2025 Artikel, Featured, Wacana

    Buruh demo bukan untuk foya-foya, tapi biar hidupnya tidak sengsara.

    Hari buruh adalah hari peringatan internasional atas jasa dan upaya buruh dalam memperjuang hak-haknya di tempat kerja. Tanggal ini diambil dari unjuk rasa buruh di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886. Saat itu, 4 orang dihukum mati hanya karena memperjuangkan hak dasar buruh sebagai manusia.

    Di Indonesia, para buruh juga biasa melakukan unjuk rasa setiap tahun pada hari Buruh.

    Kenapa setiap tahun demo terus? Apa selama ini tidak pernah didengar oleh pemerintah?

    Didengar sih mungkin, tapi apakah sudah ditindaklanjuti? Sebelum jauh-jauh bahas pemerintah, apakah sesama rakyat yang tidak ikut berdemo sudah “mendengar” apa yang disuarakan oleh buruh?

    Enam poin yang disuarakan oleh para buruh pada hari ini menurut Presiden Partai Buruh Said Iqbal (Kompas, 2025):

    1. Hapus outsourcing. 
    2. Upah layak. 
    3. Bentuk Satgas PHK (pemutusan hubungan kerja).
    4. Meminta pemerintah mengesahkan RUU Ketenagakerjaan yang baru.
    5. Meminta disahkannya RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT). 
    6. Berantas korupsi dan sahkan RUU Perampasan Aset.

    Dari keenam poin tersebut jika kita tarik benang merahnya para buruh bukan hanya menuntut kenaikan gaji, tapi mereka ingin:

    • diakui sebagai manusia, bukan alat produksi.
    • punya perlindungan hukum.
    • dilibatkan dalam pengambilan kebijakan.
    • hidup dengan layak

    Mengapa buruh selalu ingin kenaikan gaji? Tentunya bukan hanya buat liburan ke Bali atau buat beli iPhone kok. Mereka semata-mata butuh bayar kontrakan, susu anak, ongkos kerja, dan sekali-sekali merasakan hidup normal tanpa dihantui rasa cemas tak bisa menyambung hidup.

    Coba bayangkan, masih banyak buruh yang penghasilannya belum tentu cukup untuk:

    • Sewa bulanan kontrakan kecil 
    • Makan tiga kali sehari untuk satu keluarga
    • Ongkos ke tempat kerja
    • Biaya sekolah anak
    • Kebutuhan kesehatan dasar

    Padahal idealnya gaji itu setidaknya cukup untuk memenuhi sandang, pangan, papan. Jangankan buruh pabrik, buruh kantoran pun banyak yang kesulitan!

    Kenapa harus demo? Kenapa tidak kerja lebih keras?

    Jika masih ada yang berpikir buruh kerah biru yang bergaji rendah itu hanya malas atau kurang kerja keras, sudah banyak penelitian dan pembahasan yang mematahkan mitos tersebut. Bahkan kalaupun ada buruh yang benar-benar “berpikiran pendek”, gaji UMR tapi motor N-Max, bayangkan bagaimana rasanya ada di posisi mereka: miskin sejak kecil tanpa harapan bisa mencapai keadaan yang lebih baik. Jika ada uang lebih sedikit, siapa yang tidak tergoda untuk mengejar sedikit kesenangan di tengah hidup panjang yang sudah pasti penuh derita?

    Buruh pabrik di Indonesia 70% adalah lulusan SD (investor.id), tapi itu bukan karena mereka bodoh atau malas,, tapi karena pendidikan masih tak terjangkau. Buruh bukan anti belajar, tapi mereka belum mendapatkan ruang untuk bernapas.

    hukumonline.com – “Ditegur Atasan Karena Belajar pada Jam Kerja”

    Iwan Pranoto – “Mengembalikan Budaya Belajar”

    Buruh, Karma, dan Kesalingbergantungan

    Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kemiskinan bukan hanya disebabkan oleh kurang usaha, tapi karena permasalahan struktural. Dalam hal ini, pemerintah dan korporasi yang memegang keputusan. Hari Buruh sendiri secara historis merupakan bukti nyata bahwa unjuk rasa merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendesak pihak-pihak tersebut untuk memikirkan orang banyak alih-alih mementingkan diri sendiri.

    Dari sudut pandang Buddhis, hidup miskin dan terjebak dalam pekerjaan yang tidak layak merupakan buah karma buruk di masa lampau. Sebaliknya, kesejahteraan materi dan pekerjaan mapan merupakan buah karma baik. Siapapun yang merasa hidupnya berkekurangan tentu perlu bisa menerima karma buruknya, introspeksi diri, dan berupaya untuk menghimpun lebih banyak kebajikan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, karma baik baru bisa berbuah jika kondisinya mendukung.

    Unjuk rasa untuk memperjuangkan hak buruh bisa jadi merupakan salah satu kondisi yang dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Apakah orang yang berunjuk rasa pastilah orang-orang yang tidak terima karma mereka? Apa mereka tidak pernah bekerja keras dalam profesinya atau berupaya mengumpulkan karma baik. Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang berhak menghakimi. Namun, adalah fakta bahwa tanpa unjuk rasa kaum buruh pada 1 Mei 1886 dan tahun-tahun berikutnya, kehidupan manusia secara umum mungkin lebih buruk dari sekarang. Kerja 18–20 jam sehari, siapa yang tahan?

    Jika kamu buruh yang sudah mapan (ya, selama kamu kerja dengan orang lain dan terima gaji, kamu tetap buruh walau jabatanmu general manager sekalipun), bermuditalah atas karma baikmu, tapi ingat juga bahwa batas waktu kerja 40 jam seminggu, jaminan sosial, dan banyak hal lain yang kamu punya sekarang merupakan hasil perjuangan buruh di masa lampau. Jangan nyinyir dengan perjuangan buruh di masa sekarang. Demo mungkin sedikit mengurangi kenyamanannmu, tapi ini menentukan hidup-mati banyak makhluk yang sesungguhnya berjasa bagi hidupmu.

    Jika kamu buruh yang masih berusaha memperjuangkan hak, bermuditalah atas perjuanganmu. Kamu hebat bisa bertahan sampai hari ini dan mau capek untuk kepentingan banyak orang. Jaga motivasi bajik, jangan tersulut emosi, ingat tetap menghimpun karma baik dan dedikasikan agar perjuanganmu berhasil dan memberikan manfaat untuk banyak orang dalam jangka panjang.

    Agama Buddha Indonesia hari buruh
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleTiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    Editor Lamrimnesia

    Related Posts

    Agama Buddha dan Kemerosotan Moral

    Ini Dia Sulitnya Memperjuangkan Hak Umat Buddha atas Tempat Suci Agamanya Sendiri Sendiri

    Dulu Diajarkan Leluhur, Kini Diakui Dunia: Healing ala Muara Jambi

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.