Buddhis Mengenang Tragedi 30 September 1965
Setiap 30 September
Sahabat yang sekolah di tahun 90-an pasti pernah diwajibkan nonton bersama film “PENGKHIANATAN G30S/PKI”
Dari kecil, kita sudah diajak menyaksikan adegan sadis yang digubah berdasarkan tragedi pembunuhan 6 jendral TNI AD yang terjadi pada tahun 1965.
Takut? Pasti.
Tapi masih ada cerita lain…
SISI LAIN PERISTIWA G30S
juga difilmkan dan memenangkan banyak penghargaan. Film dokumenter “JAGAL” & “SENYAP” mengungkap kekejaman yang terjadi pada banyak rakyat Indonesia pada tahun 1965–1966 sebagai tanggapan dari peristiwa G30S. Orang-orang hidup dalam ketakutan, tidak tahu kapan akan tertuduh, atau bahkan terbunuh.
Selama puluhan tahun sisi lain ini disangkal, dianggap tidak pernah terjadi. Selama itu pula keluarga korban dan orang-orang yang bersimpati memperjuangkan keadilan. Jutaan orang meninggal, 600 orang terusir dari tanah air sendiri.
Baru tahun 2023 ini Presiden Joko Widodo mengakuinya sebagai salah satu pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi di Indonesia.
Apa hubungannya dengan umat Buddha?
Tragedi besar yang terjadi di satu negara adalah
AKIBAT KARMA KOLEKTIF RAKYAT
Respon terhadap tragedi itu pun menjadi
KARMA KOLEKTIF BARU
Masalah kita bukan pada
siapa pelaku dan siapa korban
Masalah kita adalah fakta
bahwa seluruh negeri terjerat
KARMA BURUK PIKIRAN
Lah? Kan yang saling bantai orang di zaman dulu?
Kita masih rentan menghimpun
KARMA BURUK KOLEKTIF
Saat nonton atau belajar tentang G30S, pernahkah kamu berpikir:
“PKI jahat sekali! Mereka pantas mati!” Itu adalah NIAT JAHAT
Saat menolak diberitahu ada sisi lain dari G30S, pernahkah kamu berpikir:
“Ah, itu pasti karangan orang asing saja. Buat apa dicari-cari lagi?” Itu adalah PANDANGAN SALAH
Ada sebab, ada akibat…
AKIBATNYA, TRAGEDI BISA TERULANG!
“Niat jahat menyebabkan tinggal di tempat dengan wabah penyakit atau perang serta banyak bahaya yang disebabkan oleh manusia dan bukan manusia; pandangan salah menyebabkan [tinggal di tempat di mana banyak orang]berpandangan terbalik, yaitu yang baik dianggap buruk, yang buruk dianggap baik.”
-Y.M.S. Dalai Lama V dikutip dari kitab “Sabda Suci Mañjuśrī
Kejadiannya mungkin tak sama, tapi jika kita tak pernah introspeksi, karma buruk kolektif akan berbuah menjadi tragedi baru yang menimpa seluruh negeri: pandemi, bencana alam, kebakaran, konflik politik, dan masih banyak lagi.
Ingat sifat karma:
KARMA BERKEMBANG PESAT
Satu-satunya cara menghentikannya dimulai dari menyadarinya.
What comes next?
Karma buruk bisa berbuah kapan saja.
Bahkan kalau pembahasan soal G30S membuatmu resah atau panas, artinya karma burukmu sedang berbuah. Bagaimana kita menghadapinya?
INGAT SELALU TISARANA!
Buddha, Dharma, dan Sangha bisa melindungimu dari penderitaan samsara, masa tidak bisa melindungi dari penderitaan dunia?
Bukan percaya buta
“Menerima Buddha sebagai Guru yang menunjukkan perlindungan, Dharma sebagai perlindungan yang sebenarnya, Sanggha sebagai teman yang membantu mencapai perlindungan.”
-Vinayasūtrațikā dikutip dalam kitap “Sabda Suci Mañjuśrī” karya Y.M.S. Dalai Lama V
TRISARANA
atau berlindung pada Triratna berarti yakin pada Buddhadharma dan menerapkannya dalam kehidupan!
Dalam konteks G30S, kamu bisa:
- Pelajari seluk-beluk peristiwanya dari berbagai sumber yang terpercaya
- Sadar akan emosi yang muncul saat menanggapinya
- Menerapkan 4 kekuatan penawar jika pikiran negatif muncul: menyesal, janji tidak mengulangi, tindakan yang berkebalikan, serta berlindung & membangkitkan bodhicita.
Himpun kebajikan kolektif & dedikasikan untuk Indonesia yang lebih bijak, penuh welas asih, dan bahagia!